Saat ini Olivia sedang berendam di dalam bak mandi yang berisi air hangat dan beberapa kelopak bunga mawar sambil memikirkan pembicaraannya tadi dengan Olivia yang asli.
" Jadi aku harus mencari pembunuh ibu Olivia agar aku bisa kembali " gumam Olivia pelan sambil menutup matanya dan menyandarkan kepalanya pada pinggiran bak mandi.
" Dimana kira - kira Olivia yang asli menyimpan semua bukti itu " gumam Olivia lagi sambil terus mencari dalam ingatannya berharap menemukan sebuah petunjuk.
Namun setelah hampir tiga puluh menit Olivia tetap tidak bisa mengingat apapun seolah - olah ingatan tentang bukti - bukti yang dibicarakan oleh Olivia asli tidak pernah ada.
Setelah itu Olivia pun memutuskan untuk menyudahi acara berendam miliknya dan segera bangkit dari bak mandi lalu mulai memakai pakaiannya satu per satu.
Setelah hampir satu jam di dalam kamar mandi, Olivia pun akhirnya keluar dari sana. Saat keluar Olivia tertegun melihat kehadiran kakak pertamanya yang saat ini sedang duduk di kursi kamarnya dan menyesap secangkir teh.
" Salam kepada yang mulia putra mahkota " ucap Olivia memberi salam setelah sempat tertegun sejenak.
" Untuk apa kamu bersikap terlalu hormat, bukankah tidak ada siapapun disini. Kamu bisa memanggilku kakak pertama seperti yang kamu lakukan sebelumnya " ucap William yang membuat Olivia hampir tersedak karena mendengarnya.
" Saya tidak berani " jawab Olivia mencibir.
' Dasar, bukankah kamu dulu selalu menyia - nyiakan adik perempuanmu yang tidak bersalah ini ? Lalu kenapa saat dia sudah mati kamu baru menunjukkan perhatian padanya ' ucap Olivia di dalam hati sambil mendengus pelan.
" Duduklah " ucap William memberi perintah dan tanpa berkata apapun Olivia pun duduk tepat di depan William.
" Bagaimana keadaanmu ? " tanya William sambil menatap lekat ke arah sang adik perempuan yang entah kenapa membuat Olivia merasa tidak nyaman.
" Apakah anda membutuhkan sesuatu ? " jawab Olivia yang justru berbalik bertanya yang membuat William mengerutkan keningnya.
" Tidak bisakah aku datang karena khawatir akan kondisi adik perempuanku ? " tanya William sambil mengangkat alisnya yang membuat Olivia ingin bertepuk tangan dengan keras namun ditahannya.
" Yang mulia sebenarnya apa tujuan anda kemari, anda bisa langsung mengatakannya. Jadi anda tidak perlu memaksakan diri anda untuk mengucapkan kata - kata menjijikkan seperti mengkhawatirkanku " jawab Olivia dengan cibiran yang jelas diwajahnya membuat William tiba - tiba merasakan sakit di hatinya.
" Kenapa aku tidak boleh mengkhawatirkanmu ? " tanya William pelan.
" Haha anda sangat lucu yang mulia, hubungan kita berdua tidak dalam kondisi untuk saling mengkhawatirkan satu sama lain. Jadi anda tidak perlu berpura - pura mengkhawatirkan saya seperti ini yang membuat saya mual " jawab Olivia tidak memberi wajah kepada kakak laki - lakinya sama sekali.
Untuk pertama kalinya setelah mendengar perkataan Olivia, William merasa bahwa adik perempuannya sudah sangat jauh darinya.
Sejak pertama kali bertemu adik perempuannya setelah dia bangun dari komanya William merasa bahwa adiknya sudah berubah sepenuhnya.
Dimana dia yang biasanya hanya akan diam ketika ditindas oleh para pelayan mulai berani menyuarakan ketidak adilan yang di deritanya. Dia yang selalu menyambutnya dengan senyuman dan pandangan mata berbinar kini menjadi sangat acuh tak acuh dengan pandangan mata yang penuh dengan ketidak pedulian.
Sebenarnya sejak kapan dan bagaimana adik perempuannya bisa berubah secepat ini seolah - olah dia adalah orang lain.
" Olivia aku- " kata - kata William pun terhenti di tenggorokannya setelah melihat tatapan dingin adik perempuannya.
" Kenapa kamu berubah, kamu...kamu seperti berubah menjadi orang lain " ucap William pada akhirnya sambil menghela nafasnya kasar.
" Entahlah, kenapa ya " ucap Olivia sambil tersenyum miris
" Sebenarnya saya bukanlah Olivia adik anda lagi yang mulia, adik perempuan anda sudah meninggal saat dia memutuskan untuk bunuh diri " jawab Olivia.
" Jadi anda jangan berharap bahwa saya akan bersikap manis seperti dulu karena saya yang saat ini sudah terlanjur mati rasa " lanjutnya lagi.
" Kalau begitu yang mulia bisakah anda pergi sekarang, tabib mengatakan bahwa saya harus istirahat total dan tidak boleh kelelahan untuk saat ini " ucap Olivia yang secara terang - terangan mengusir William.
William pun memandang ke arah Olivia seakan ingin mengatakan sesuatu namun pada akhirnya dia mengurungkan niatnya dan bangkit dari duduknya lalu pergi dari kamar adik perempuannya.
Setelah kepergian William Olivia akhirnya menghela nafas lega.
" Kenapa dia begitu menyebalkan, mengkhawatirkanku katanya ? Cih sudah terlambat " ucap Olivia mencibir sambil bersandar pada sandaran kursi.
" Daisy " teriak Olivia yang membuat Daisy terburu - buru untuk masuk ke kamar Olivia.
" Tuan putri apakah anda membutuhkan sesuatu ? " tanya Daisy sambil berjalan cepat mendekat ke arah Olivia.
" Kenapa kau meninggalkan aku sendiri dengan makhluk itu " ucap Olivia menggerutu
" Makhluk ?" tanya Daisy tak mengerti
" Orang yang baru saja pergi " jawab Olivia sambil menunjuk ke arah pintu.
" Bukankah yang baru saja pergi adalah yang mulia putra mahkota " ucap Daisy.
" Tepat sekali " jawab Olivia.
" Tuan putri bagaimana anda bisa- "
" Aku tahu " ucap Olivia menyela sambil menutup kedua telinganya.
" Em Daisy bisakah aku meminjam satu set pakaianmu ? " tanya Olivia sambil menatap Daisy dengan pandangan mata berbinar.
" Boleh, namun tuan putri untuk apa anda meminjam pakaian hamba ?" tanya Daisy
" Aku akan pergi keluar sebentar, aku merasa sangat jenuh berada di tempat ini setelah kehadiran putra mahkota " jawab Olivia
" Lalu Daisy ketika aku pergi ganti semua seprai dan semua yang bisa di ganti karena aku masih bisa mencium bau putra mahkota yang membuatku merasakan luapan emosi yang tidak tertahankan " ucap Olivia serius memberi perintah kepada Daisy.
" Baik hamba akan menggantinya. Namun tabib mengatakan anda harus istirahat total, tidak bisakah anda menahan diri untuk tidak keluar atau melakukan sesuatu yang berat untuk sementara ? Hamba takut bahwa anda akan kembali pingsan " ucap Daisy merasa khawatir dengan kondisi Olivia.
" Tidak apa - apa, aku tahu batasan tubuhku sendiri " jawab Olivia sambil menepuk- nepuk pundak Daisy.
" Jadi bisakah kamu meminjamkan pakaianmu sekarang ? " tanya Olivia.
" Baik tuan putri, mohon tunggu sebentar " jawab Daisy kemudian meninggalkan kamar Olivia.
Setelah delapan menit Daisy pun kembali dengan satu set pakaian di tangannya. Kemudian dia pun menyerahkan pakaian itu dengan sedikit tidak enak kepada Olivia
" Tuan putri pakaian hamba adalah pakaian murah yang kasar,hamba takut kulit anda akan iritasi saat memakainya " ucap Daisy merasa malu.
" Aku tidak selemah itu sampai iritasi karena menggunakan pakaian orang lain, oke ?" ucap Olivia sambil memutar kedua bola matanya malas.
Kemudian Olivia pun mulai mengganti pakaiannya menggunakan pakaian milik Daisy.
" Oh iya tolong ganti juga wewangian kamar ini, aku sudah tidak menyukainya. Ganti saja wewangiannya menjadi aroma jeruk " ucap Olivia lagi.
Kemudian Olivia pun memanjat jendela kamarnya yang membuat jantung Daisy hampir copot karena terkejut. Namun sebelum Daisy mengatakan apapun Olivia lebih dahulu melompat dari jendela yang membuat jantung Daisy terasa berhenti sejenak.
Dengan terburu - buru Daisy pun berlari menuju ke arah jendela. Disana dia akhirnya melihat tuan putrinya melambaikan tangan padanya kemudian pergi yang membuatnya merasa lega.
" Untung saja tuan putri tidak apa - apa " gumam Daisy sambil menepuk - nepuk dadanya.
" Namun setelah bangun tuan putri menjadi sangat berbeda, beliau menjadi lebih tegar dan sedikit bar - bar. Beliau bahkan mengucapkan kata - kata yang tidak aku mengerti sama sekali " gumam Daisy lagi sambil menggaruk - garuk kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments