NovelToon NovelToon

Olivia

Bertransmigrasi

Di sebuah rumah mewah yang terletak di tengah hutan belantara hiduplah seorang mafia perempuan yang terkenal akan kemalasannya bernama Luna.

Setiap pekerjaan yang dimiliki Luna akan diserahkan pada asisten pribadinya bernama Diego karena Luna terlalu malas menghandle semuanya.

Namun meski begitu Luna adalah salah satu mafia yang paling ditakuti orang - orang karena kekejamannya.

Karena itu banyak orang yang diam - diam merasa bersyukur karena Luna adalah seorang pemalas sehingga banyak orang mendapatkan kesempatan kedua hanya karena Luna malas untuk membunuh mereka.

" Nona tuan Matthew mengirimkan lamaran kerja sama kepada anda " ucap Diego sambil menyerahkan sebuah tumpukan berkas kepada nona mudanya.

" Huh Diego aku terlalu malas untuk mengurus itu semua, kamu saja yang mengerjakannya " jawab Luna sesekali menguap sambil berbaring di kursi santai kesayangannya.

" Baik nona muda " jawab Diego yang seolah - olah sudah terbiasa dengan sifat pemalas Luna.

Kemudian Diego pun melirik jam tangannya yang berkedip menandakan ada sebuah pesan yang masuk.

" Nona kepala koki memberi kabar bahwa dia sudah selesai menyiapkan makanan anda, sekarang anda bisa turun kebawah " ucap Diego sopan

" Sungguh merepotkan saat meja makan terletak di lantai pertama, bukankah lebih mudah jika meja makan terletak di lantai kedua " gumam Luna mengeluh sambil bangkit dari posisinya kemudian berjalan keluar.

Saat menuruni anak tangga tanpa sengaja Luna tersandung kakinya sendiri dan jatuh berguling - guling dari lantai dua rumahnya.

.

Di sebuah istana kerajaan berbaring seorang putri yang masih tidak sadarkan diri setelah gagal bunuh diri.

' Eughhh ' lenguh gadis di atas tempat tidur dan perlahan - lahan membuka matanya.

" Dimana aku ? " gumam gadis itu sambil mengusap pelan dahinya yang di perban.

" Tuan putri anda sudah sadar ? Apakah anda tahu siapa hamba ? " tanya gadis lain yang terlihat masih sangat muda dengan pakaian khas pelayan pada abad pertengahan.

" Siapa kamu ? " tanya gadis itu sambil mengerutkan keningnya.

" Tuan putri Olivia apakah anda melupakan hamba ? " tanya gadis pelayan itu sambil berderai air mata.

" Siapa Olivia ? Aku adalah Luna " jawab gadis itu. Ya gadis itu adalah Luna yang secara tidak sengaja bertransmigrasi dan masuk kedalam tubuh Olivia Orleans.

" Tuan putri tunggu sebentar hamba akan memanggilkan tabib " ucap gadis pelayan itu kemudian berlari keluar dari kamar.

Sebelum Luna sepenuhnya mencerna apa yang terjadi tiba - tiba saja kepalanya terasa sangat sakit dan ingatan - ingatan yang bukan miliknya membanjiri pikirannya yang membuatnya sedikit merasa kewalahan.

" Apa - apaan ini, jadi aku bertransmigrasi dan masuk kedalam tubuh gadis pengecut bernama Olivia de Orleans " ucap Luna merasa syok di dalam hatinya.

Tak berselang lama pelayan kecil itu kembali datang diikuti oleh seorang pria paruh baya di belakangnya.

" Tuan putri Olivia, hamba akan memeriksa kondisi tubuh anda terlebih dahulu " ucap pria paruh baya tersebut sambil memegang pergelangan tangan Olivia.

Setelah beberapa saat pria paruh baya itu kembali berkata " tuan putri anda sudah baik - baik saja sekarang, namun anda harus istirahat total selama beberapa hari lagi agar kondisi anda lebih stabil " ucap pria paruh baya tersebut sambil menulis sesuatu diatas kertas dan menyerahkannya kepada gadis pelayan yang sejak tadi menatap Olivia dengan pandangan mata khawatir.

Setelah kepergian sang tabib gadis pelayan tersebut pun akhirnya menangis tersedu - sedu di samping Olivia.

" huuuhuuuu tuan putri kenapa anda begitu nekat, jika anda pergi bagaimana dengan hamba " ucap gadis pelayan tersebut sambil menangis dan berlutut di samping tempat tidur Olivia.

" Sudahlah tidak apa - apa, bukankah aku baik - baik saja sekarang ? " ucap Olivia sambil menepuk - nepuk kepala gadis pelayan itu dengan canggung.

Menurut ingatannya gadis pelayan ini bernama Daisy, Daisy sudah bersama pemilik tubuh yang asli sejak berusia lima tahun dan hanya Daisy lah satu - satunya orang yang selalu ada di samping pemilik tubuh asli sehingga dia sangat menyayangi Daisy.

" Tuan putri anda belum makan apapun sejak anda jatuh koma, anda harus makan sesuatu terlebih dahulu " ucap Daisy tiba - tiba sambil bangkit dari posisi berlututnya.

Kemudian Daisy pun berjalan kearah meja dan mengambil semangkuk bubur dan secara perlahan - lahan menyuapkan bubur itu kepada Olivia.

Namun begitu bubur itu masuk ke mulut Olivia dia pun langsung memuntahkannya yang membuat Daisy terkejut.

" Bubur apa itu ? Apakah kamu yakin itu bubur dan bukan jus nasi ? Bagaimana bubur bisa se encer itu " ucap Olivia sambil mengerutkan keningnya.

" Tuan putri apakah anda lupa bahwa anggaran istana putri akan di korupsi setiap tahunnya oleh para pekerja sehingga kita tidak mempunyai dana yang cukup " ucap Daisy pelan.

" Apakah kamu tidak melaporkannya kepada raja ? " tanya Olivia sambil mengerutkan keningnya yang membuat Daisy terdiam seolah menutupi sesuatu.

" Katakan ada apa " ucap Olivia sambil mengangkat kedua alisnya.

" Tuang putri dua bulan lalu hamba sudah melaporkannya namun yang mulia raja meminta anda untuk mengurus urusan anda sendiri dan jangan mengganggu beliau " jawab Daisy dengan suara yang semakin pelan di akhir.

" Bagus sekali " ucap Olivia dengan nada yang sangat kesal. Karena di kehidupannya yang sebelumnya tidak ada orang yang berani memperlakukannya dengan buruk kecuali mereka sudah lelah untuk hidup.

" Kumpulkan semua pelayan yang ada di kediaman putri ke aula " ucap Olivia memberi perintah kepada Daisy. Pada awalnya Daisy merasa bingung dengan perintah majikannya, namun dia tetap menuruti perintahnya.

Setelah tiga puluh lima menit Daisy kembali dan memberitahukan kepada Olivia bahwa semua pelayan yang ada di kediaman putri sudah berkumpul di Aula.

Dengan langkah yang mantap Olivia pun pergi menuju Aula kediaman putri. Sesampainya di aula Olivia pun langsung membuka pintu dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam aula.

Saat Olivia masuk tidak ada satu orang pelayan pun yang memberi hormat padanya, sebaliknya para pelayan itu menatap Olivia dengan pandangan mencibir dan mencemooh yang sangat intens yang membuat Olivia terkekeh pelan.

" Lihatlah putri bodoh itu sudah datang " ucap salah satu pelayan mencemooh

" Benar, lihatlah bahkan putri pengecut itu tidak berani mengangkat kelopak matanya kearah kita " sahut yang lain membuat semua pelayan yang ada di aula tertawa secara terang - terangan.

Menarik, pikir Olivia. Sudah berapa lama sejak dia terakhir kali diremehkan oleh seseorang dan orang itu berakhir di kuburan massal.

Dengan aura yang tegas dan langkah yang penuh percaya diri Olivia berjalan memasuki aula. Para pelayan yang pada awalnya memandang remeh Olivia dan terang - terangan mencemoohnya tiba - tiba saja menjadi bungkam.

Dan tanpa sadar para pelayan yang memenuhi aula pun terbelah menjadi dua saat Olivia melangkahkan kaki menuju mereka.

Dengan sangat mengesankan Olivia pun duduk di kursi yang paling tinggi yang berada di aula tersebut untuk menunjukkan kedudukannya.

Pemecatan Besar - Besaran

Setelah duduk Olivia pun menatap para pelayan yang berada di depannya dengan tatapan merendahkan.

" Beginilah seharusnya caraku untuk memandang kalian " ucap Olivia dengan nada dingin dengan kaki yang dilipat dan kepala yang bersandar malas dengan tangan kanan sebagai tumpuan.

 Ucapan Olivia tersebut berhasil membuat semua orang yang berada di aula merasakan sebuah tekanan yang tak terlihat.

" Daisy, bawakan kepadaku buku anggaran bulanan untuk kediaman putri " ucap Olivia memberi perintah kepada Daisy.

" Dia hanyalah putri yang bodoh dan pengecut. Apakah dia bisa mengerti maksud dari buku anggaran " ucap salah satu pelayan pria merendahkan Olivia secara terang - terangan sambil terkekeh.

Kemudian Olivia pun menarik salah dua buah belati yang tersimpan di samping tempat duduknya yang memang sudah di sediakan untuk keperluan darurat. Kemudian tanpa berkata apapun Olivia melemparkan salah satu belati itu hingga menggores pipi pelayan pria itu yang membuat pelayan itu gemetar dan langsung jatuh terduduk.

" Ah maafkan aku, sepertinya kemampuanku sedikit menurun sehingga belati itu hanya menggores pipimu dan tidak menancap di kepalamu " ucap Olivia acuh tak acuh sambil memainkan salah satu belati di tangannya yang membuat hati para pelayan bergetar seketika.

" Tuan putri anda tidak bisa melakukan ini kepada kami, kami adalah orang yang telah mengabdi di kerajaan ini selama bertahun - tahun " ucap salah satu pelayan wanita memprotes Olivia dan diikuti oleh pelayan lainnya.

Kemudian Olivia pun tertawa terbahak - bahak dan melemparkan belati kedua kearah pelayan wanita yang memprotes tersebut dan belati itu berhasil menancap di kaki pelayan wanita tersebut yang membuat pelayan wanita itu berlutut seketika yang membuat para pelayan lain akhirnya benar - benar merasakan rasa takut kepada Olivia.

" Aku tidak pernah menyuruhmu berbicara,sejak kapan pelayan rendahan sepertimu diizinkan untuk menyela ucapan majikanmu ? Bahkan anjing pun lebih patuh daripada dirimu " cibir Olivia.

" Namun aku merasa penasaran dengan satu hal, apakah keberanian kalian itu muncul hanya karena kalian sudah bekerja disini selama bertahun - tahun ? " tanya Olivia sambil terkekeh pelan karena merasa hal ini sangatlah lucu.

" Mari kita berlogika kalau begitu, meskipun aku adalah seorang putri bodoh sekalipun kedudukanku tetaplah seorang putri. Dan sepintar apapun kalian, kalian hanyalah para pelayan rendahan " ucap Olivia lagi sambil tersenyum sinis.

" Sekarang katakan padaku apa hukuman yang di terima pelayan ketika menghina majikannya ? Terlebih lagi yang mereka hina adalah seorang putri kerajaan " ucapan Olivia seperti seember air dingin yang di tuangkan kepada para pelayan itu.

Mereka semua tiba - tiba saja merasakan ketakutan yang intens di hati mereka.

" Bahkan jika kalian tidak melakukan kesalahan pun aku masih bisa dengan bebas menghabisi kalian semua. Karena kontrak budak kalian ada pada diriku " ucap Olivia lagi sambil menyeringai lebar.

" Daisy " teriak Olivia yang membuat Daisy buru - buru mendekat kearahnya.

" Catat semua dana yang telah di korupsi oleh mereka semua, pastikan mereka mengembalikan semua dana yang sudah mereka ambil. Jika mereka tidak mau maka bunuh saja dan pastikan seluruh keluarga mereka ikut dimakamkan juga " ucap Olivia memberi perintah kepada Daisy.

Kemudian ' brukkk ' satu per satu pelayan mulai berlutut di hadapan Rosetta. " Maafkan kami tuan putri Olivia " ucap mereka semua serentak.

Mereka semua pun mulai berpikir sejak kapan majikan mereka berubah, kenapa setelah terbangun dari koma nya majikan mereka seperti berubah menjadi orang lain.

Dan kemampuan untuk melempar belati tepat sasaran itu tidak mungkin bisa di pelajari secara singkat yang artinya bahwa sejak awal majikan mereka tidak benar - benar bodoh.

Majikan mereka hanya berpura - pura bodoh untuk mengetahui sejauh mana mereka akan bertindak.

Tiba - tiba saja para pelayan di aula merasakan keringat membanjiri mereka.

" Kata maaf saja tidak akan bisa mengganti semua kerugian yang kalian berikan kepadaku " ucap Olivia dingin.

" Aku bisa mengampuni nyawa kalian jika kalian mengembalikan semua dana yang kalian gelapkan, jadi jangan mengecewakanku atau lain kali belati yang aku lemparkan akan menancap di jantung kalian " ucap Olivia mendominasi.

" Nona kami semua tidak sanggup menganti semua kerugian itu " ucap sang kepala koki dengan keringat yang bercucuran deras di dahinya.

" Begitu ? Jadi kalian semua tidak sanggup menggantinya ? " tanya Olivia yang diangguki oleh semua pelayan.

" Baiklah, kalau begitu Daisy panggilkan beberapa penjaga kerajaan kemari " ucap Olivia kembali memberikan perintahnya.

Setelah delapan menit Daisy pun kembali diikuti oleh beberapa penjaga kerajaan.

" Salam kepada tuan putri Olivia " ucap para penjaga serentak sambil berlutut di hadapan Olivia.

" Bangunlah, kalian bawalah semua pelayan yang ada disini dan jual mereka ke pasar budak. Karena mereka tidak mampu mengganti uang yang mereka gelapkan maka mereka hanya bisa membayar dengan tubuh mereka sendiri " ucap Olivia memberikan perintah yang membuat para penjaga kerajaan terkejut bukan main.

Mereka berpikir apakah ini adalah tuan putri mereka yang dirumorkan sebagai putri bodoh dan pengecut ? Bukankah jelas - jelas tuan putri di hadapan mereka ini sangat tangguh dan mempunyai aura yang mendominasi.

" Apa yang kalian lihat ? Apakah kalian tidak mendengar perintahku atau kalian mengabaikan ku ? " tanya Olivia datar yang membuat bulu kuduk para penjaga kerajaan berdiri dan mereka tiba - tiba merasakan sebuah tekanan yang tak terlihat.

" Kami akan mematuhi perintah yang mulia putri " ucap salah satu penjaga yang ada di tengah. Sepertinya dia adalah kaptennya.

Setelah itu para pelayan kediaman putri pun di seret oleh para penjaga dan di jual ke pasar budak. Sepanjang jalan para pelayan kediaman putri menangis dan meronta - ronta dan meminta maaf yang menarik perhatian para pelayan lainnya.

Hingga pada akhirnya perbuatan Olivia yang menjual semua pelayan yang ada di kediaman putri ke pasar budak menggemparkan seluruh istana.

Semua orang yang berada di istana merasa bingung dengan apa yang terjadi, kenapa tuan putri mereka menjual para pelayan itu dan bagaimana mungkin sikap tuan putri mereka sangat jauh berbeda dari rumor yang beredar.

Sementara itu orang yang sedang di bicarakan dimana - mana di penjuru istana saat ini sedang berbaring malas di kursi santai yang berada di kamarnya sambil memakan buah - buahan.

" Tuan putri apakah anda tidak berencana mencari para pelayan baru ? " tanya Daisy yang berdiri di belakang Olivia.

" Bagaimana kalau kamu saja yang merekrut mereka ? Aku terlalu malas untuk pergi keluar, jadi aku serahkan tanggung jawab ini padamu " ucap Olivia sambil memasukkan satu buah stroberi ke dalam mulutnya.

" Tuan putri hamba tidak bisa mengemban tanggung jawab ini karena biasanya tugas mencari pelayan dilakukan oleh kepala pelayan. Jika hamba yang mencarinya hamba takut bahwa hamba akan membawa mata - mata atau orang yang berniat buruk kepada keluarga kerajaan secara tidak sengaja " jawab Daisy sambil menggelengkan kepalanya.

" Kalau begitu kamu minta saja pada kepala pelayan, biarkan dia yang mencarikan pelayan baru untukku " ucap Olivia.

' tok tok tok ' terdengar bunyi ketukan pintu. Dengan segera Daisy pun membuka pintu kamar Olivia, dan masuklah seorang penjaga kerajaan yang langsung berlutut di depan Olivia.

" Salam kepada tuan putri. Kakak pertama anda pangeran William datang untuk mencari anda, beliau saat ini sedang menunggu anda di aula istana putri " ucap penjaga itu.

" Untuk apa orang itu mencariku " ucap Olivia sambil mengerutkan keningnya

" Baiklah aku akan kesana dalam dua menit " jawab Olivia.

Kemudian Olivia pun bersiap - siap dan berangkat menuju aula kediaman miliknya.

Kedatangan Kakak Pertama

Sesampainya di depan aula Olivia pun berhenti sejenak, kemudian setelah menghela nafas besar Olivia pun masuk kedalam aula.

Disana sudah terlihat kakak pertamanya sekaligus putra mahkota kerajaan ini William sedang duduk di kursi tertinggi tempat Olivia duduk sebelumnya.

" Salam kepada yang mulia putra mahkota " ucap Olivia memberi salam formal yang membuat sang putra mahkota mengerutkan keningnya karena merasa asing dengan sikap Olivia.

Jika itu dulu maka Olivia akan langsung bahagia ketika dia mengunjunginya. Olivia bahkan akan menghilangkan semua tata krama dan etiket bangsawan karena terlalu senang hingga dia akan memarahi Olivia beberapa kali karena sangat tidak sopan.

Namun kali ini Olivia yang ada di depannya memiliki aura yang sangat mengesankan dan penuh dengan rasa percaya diri yang membuatnya lengah sejenak.

" Kamu boleh bangkit, duduklah " ucap William dengan mata yang terus menerus mengawasi adik perempuannya itu.

" Jadi yang mulia,ada apa anda menemui saya " ucap Olivia menatap langsung kearah sang kakak pertama dengan pandangan yang terkesan sangat jauh seperti sedang memandang orang asing membuat William merasa tidak nyaman di dalam hatinya.

" Kenapa kamu memanggilku yang mulia ? Bukankah biasanya kamu akan memanggilku kakak tertua setiap kali kita bertemu " ucap William tanpa sadar.

" Maafkan saya yang mulia, saat itu saya masih muda dan naif sehingga mengharapkan hal - hal yang tidak berguna seperti cinta dan kasih sayang keluarga. Namun berkat sikap tidak peduli anda dan saudara - saudara anda serta ayah anda saya jadi bisa menyadarkan diri saya sedikit lebih cepat " jawab Olivia dengan nada acuh tak acuh yang semakin membuat William merasa tidak nyaman dengan rasa bersalah yang muncul entah dari mana.

" Jadi yang mulia apakah ada sesuatu yang penting sehingga anda datang kemari secara langsung untuk menemui saya ? " tanya Olivia lagi yang membuat hati William tiba - tiba merasakan sesak yang tak tertahankan.

" Apakah jika tidak ada sesuatu, aku tidak boleh menemui adik perempuanku ? " tanya William tanpa sadar yang membuat Olivia tertawa terbahak - bahak hingga mengeluarkan air mata.

" Maafkan kelancangan saya yang mulia, saya tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. " ucap Olivia di sela - sela tawanya.

" Yang mulia coba tanyakan kediri anda sendiri, selain untuk menghukum saya atau menyalahkan saya atas kesalahan yang tidak pernah saya perbuat apakah anda pernah datang menemui saya ? Tidak. Jadi ayolah yang mulia anda tidak perlu berbasa basi lagi " ucap Olivia masih dengan nada acuh tak acuh miliknya.

Setelah mendengar perkataan Olivia, William pun menelan kembali kata - katanya yang akan diucapkan kepada Olivia.

" Apakah benar kamu memecat semua pelayan dari istana putri ? " tanya William pada akhirnya.

" Iya benar " jawab Olivia seakan - akan itu bukanlah sebuah masalah yang besar.

" Kenapa ? " tanya William lagi.

" Kenapa ya ? " ucap Olivia berbalik bertanya sambil terkekeh pelan.

" Mungkin karena saya sudah muak ? Saya bukanlah seorang dewi yang akan berbaik hati kepada orang - orang yang berbuat seenaknya di tempat saya. Karena mereka melakukan penggelapan dana kediaman putri saya hanya berinisiatif untuk meminta uang itu di kembalikan dan saya akan memecat mereka baik - baik "

" Namun karena mereka tidak sanggup membayarnya maka aku menjual mereka ke pasar budak untuk mengganti penggelapan dana yang mereka lakukan " jawab Olivia ringan sambil mengangkat bahunya.

" Kenapa kamu tidak melaporkan masalah ini dan malah berbuat seenaknya saja " ucap William merasa marah karena adik perempuannya memberikan hukuman yang sangat ringan kepada para pelayan tersebut.

Namun kemarahan William disalah artikan oleh Olivia sebagai kemarahan untuknya

" Yang mulia saya sudah pernah melaporkan hal ini namun yang mulia raja membalikkan badannya dan mengatakan kepada saya bahwa saya harus menangani masalah ini sendiri. Karena itulah bukankah sedikit tidak masuk akal jika anda memarahi saya disini, lagipula saya adalah korban " jawab Olivia sedikit tidak terima.

Kemudian setelah itu Olivia pun mulai terbatuk hebat dengan mata yang sedikit berkunang - kunang dan wajah yang memucat.

' Gawat, sepertinya aku terlalu memaksakan tubuh ini hari ini ' ucap Olivia di dalam hati.

Disisi lain saat mendengar adik perempuannya terbatuk hebat William pun langsung menoleh kearahnya. Disana William dapat melihat bahwa wajah adiknya sudah mulai berubah menjadi pucat.

" Yang mulia jika tujuan anda kemari hanya untuk menyalahkan saya bisakah anda datang lain waktu ? Karena kondisi tubuh saya belum pulih sepenuhnya, jadi saya sudah merasa sangat kelelahan hari ini " ucap Olivia tepat setelah batuknya mereda.

" Kalau begitu saya pamit undur diri terlebih dahulu, salam kepada yang mulia putra mahkota " ucap Olivia memberi salam kemudian berbalik dan pergi meninggalkan William yang masih membeku di tempat.

William seketika mengingat bahwa adik perempuannya baru sadar hari ini.

" William kenapa kamu jadi seperti ini " gumam William sambil memijat pelipisnya pelan. William merasa ada sesuatu yang hilang di dalam hatinya ketika adik perempuannya yang selalu menyambutnya dengan penuh senyum dan harapan berubah menjadi acuh tak acuh kepadanya seakan - akan dia hanyalah orang asing.

Kemudian tanpa berkata apapun lagi William pun bangkit dari tempat duduknya dan pergi dari istana putri milik adik perempuannya.

.

Disisi lain Olivia saat ini sedang berjalan kembali ke kamarnya sambil mengumpat di sepanjang jalan.

" Kakak sialan memangnya dia siapa mau memarahiku,huh. Aku bukanlah Olivia yang lemah dan mudah tertindas seperti dulu jadi jangan berharap aku akan diam saja dan hanya menundukkan kepalaku jika ada yang memarahiku " ucap Olivia merasa kesal di dalam hatinya.

" Salam kepada tuan putri Olivia " ucap seseorang dari arah belakang yang membuat Olivia seketika berhenti dan memutar badannya.

" Kamu adalah....? " tanya Olivia sambil mengangkat sebelah alisnya.

" Tuan putri, hamba adalah Morgan kepala pelayan utama di kerajaan ini " ucap Morgan memperkenalkan diri.

" Oh benar Morgan, lalu ada apa ? " tanya Olivia lagi

" Tuan putri salah satu pelayan anda yang bernama Daisy mendatangi hamba dan mengatakan bahwa anda butuh beberapa pelayan baru. Jika hamba boleh tahu berapa pelayan yang anda butuhkan ? " tanya Morgan sopan.

" carikan saja aku delapan pelayan wanita untuk membersihkan kediaman putri dan tiga orang koki untuk menyiapkan makanan. Pastikan untuk mencari pelayan yang benar - benar setia kepada majikannya karena jika pelayan kali ini juga sangat tidak sopan maka aku tidak bisa menjamin apakah aku akan langsung memenggal kepala mereka karena merasa kesal " ucap Olivia yang membuat Morgan membeku di tempat dengan mata yang membelalak karena merasa terkejut.

Apakah ini benar - benar tuan putrinya ? Tuan putri yang terkenal lemah lembut dan sedikit pengecut ini bagaimana bisa mengucapkan kata - kata yang sangat kejam seperti itu.

" Jika sudah mendapatkan orangnya bawa saja langsung kesini. Kalau begitu aku pergi dulu " ucap Olivia kemudian berbalik dan pergi meninggalkan Morgan yang masih membeku di tempat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!