Bab 3 (flashback)

...happy reading all......

Tepat saat jam makan siang Cilla dan Siska baru sampai di lokasi tujuan. Mereka langsung mencari restoran untuk mengisi perus dan beristirahat.

Saat mereka masuk kedalam restoran yang sedikit asing begi mereka, tiba tiba ada satu orang waiters yang hampir tersandung kaki kursi, dan untung saja Cilla dengan refleks menahan lengan waiters itu.

"Terima kasih." Saut waiters itu dengan tersenyum menatap Cilla, namun dengan cepat senyuman itu langsung hilang bergantian dengan ekspresi bingung dan seperti mengingat sesuatu.

Bukan hanya reaksi waiters itu saja yang berubah tapi juga raut Cilla yang terlihat datar.

Tapi dengan cepat Cilla merubah raut wajahnya dan kembali tersenyum walau terkesan sedikit kaku.

"Apa ada meja yang masih kosong?" Tanya Cilla dengan kikuk.

"Oh, di lantai dua masih ada, mari." Waiters itu mempersilakan Cilla dan Siska ke lantai dua dengan di tuntun oleh waiters tadi.

Setelah mendapatkan meja dan memesan makanan, Cilla dan Siska sibuk mengotak-atik handphone Mading masing hingga makanan datang.

"Permisi, pesanannya kak." Ramah waiters mengantarkan makannya.

Keduanya masih belum mengeluarkan suara nya dan hanya berfokus ada makanan.

Selesai makan keduanya hanya saling diam dan menatap dengan senyum aneh tersungging di bibir keduanya.

Tak lama kemudian Cilla mengeluarkan kartu kredit milik Steven dari dalam tasnya.

"Kuras aja duitnya, selagi kartunya ada sama kita." Itulah kira kira arti tatapan mereka berdua saat melihat kartu kredit Steven.

"Untung dia mau nerima persyaratan kita Sis." Kata Cilla dengan menyeringai.

"Gimana nggak akan di turutin, kamu kan anak emas nya perusahaan. Kamu nggak ada main kan sama pak Steven?" Imbuh Siska dengan di ikuti cengiran menyebalkan menurut Cilla.

"Ya nggak lah, ya kali gue murahan gitu. Lagian dia juga udah nikah." Kata Cilla santai yang membuat Siska heran karena mengira Steven selama ini masih membujang.

"Loh selama ini dia cuma sendiri, kalo dia udah married pasti di pamerin." Siska menyangkal.

"Serius, tapi istrinya kerja di luar negri, makanya istri ya nitip suaminya sama aku, bisa di bilang aku ini mata mata nya istri Steven. Begitu, bukan main belakang, dan soal kartu kreditnya gue nggak tau kenapa dia tiba tiba jadi baik ngasih nih kartu." Terang Cilla agar tidak ada tidak ada ke salah pahaman nantinya.

Siska yang mendengar penuturan Cilla hanya mengangguk anggukkan kepalanya tanda mengerti.

Selesai membayar makanan dan melepas lelahnya perjalanan, akhirnya mereka kembali berangkat menuju mess yang sudah di sediakan kantor untuk mereka.

Di sepanjang perjalanan Cilla tertidur dan Siska yang masih memikirkan kejadian kemarin sebelum akhirnya berangkat ke ibu kota.

Siska masih ingat saat Cilla datang ke kantor dan mengomel kepada Winda, Ayu, dan dirinya.

Flashback.

Saat sedang mengomel, Cilla mendapat telpon untuk naik ke ruangan wakil CEO yaitu Steven, dan menjelaskan bahwa dia sudah terikat kontrak kerja dan jika ingin resign harus membayar denda penalti.

Sedangkan Winda dan

Ayu masih bisa resign tanpa denda penalti karena belum menjadi pegawai tetap.

Dan akhirnya mau tak mau Cilla harus tatap bertahan di perusahaan yang selama ini tempat dia menggantung kan hidup.

Cilla yang di panggil ke ruangan wakil CEO langsung misuh misuh meninggalkan teman temannya.

Tak lama setelah Cilla masuk keruangan Steven Siska juga masuk.

Flashback.

Ceklek.

Pintu ruangan di buka Siska.

Siska langsung masuk dan berdiri di samping Cilla yang ada di depan meja Steven.

Keduanya langsung saja menghela nafas dalam dan menatap Steven jengah.

Steven yang melihat temannya seperti itu langsung saja memijat jidatnya pusing.

"Lo manggil kita cuma buat liat Lo bengong kek orang tol*ol gitu?" Pedas Cilla tak tahan setelah beberapa menit mereka hanya saling diam, dan kakinya mulai terasa kebas terlalu lama berdiri.

"Kalian akan tetap di pindahkan ke kantor induk dengan posisi yang masih sama." Jelas Steven tanpa basa basi.

"Iya, gue tau! Tapi gue nggak mau gue maunya tetap di sini." Ngotot Cilla tak mau pindah.

"Lagian apa susahnya sih pindah tempat kerja doang? Lagian ini juga buat menunjang karir kalian." Kata Steven sedikit membentak Cilla dan Steven.

"Lo bentak gue!?" Teriak Cilla dengan muka memerah, sedangkan Siska hanya diam masih menyimak.

"Sorry Cill, aku nggak maksud bentak kamu, tapi please kamu kerja yang profesional." Imbuh Steven dengan nada lemah.

"Kamu juga Siska, kenapa malah juga ingin resign sedangkan kantor sedang mengalami sedikit krisis." Tambah Steven lemah.

Siska yang sedari tadi hanya diam tersentak mendengar Steven menyebut namanya.

"I-ini saya mau pulang kampung pak." Gugup Siska.

"Jika hanya pulang kampung kenapa tidak mengajukan cuti saja? Dan saya masih ingat jika kamu tidak memiliki keluarga selain adik kamu, dan sekarang adik kamu juga kuliah di sini." Siska yang mendengar itu langsung saja terdiam dan tersenyum dengan kaku.

"Saya nggak jadi resign kok, beneran. Saya akan ikut peraturan kantor dan besok berangkat dinas." Kata Siska cepat. Takut dengan tatapan intimidasi Steven yang di tujukan untuknya.

Sedangkan Cilla yang mendengar pengakuan Siska langsung berdecak kesal dan menggerlingkan matanya kesal.

"Lo mah nggak asik Sis, katanya mau resign malah nggak jadi. Plin plan Lo!" Cilla berkata dengan kesal.

"Sorry." Siska nyengir dan menunjukkan jarinya membentuk piece.

"Sekarang kamu Nadira Pricilla, gimana? Lanjut resign dan bayar penalti atau ikut Siska?" Tanya Steven dengan menyeringai. Dia sangat yakin jika Cilla akan memilih opsi pertama karena  Cilla sangat menyayangi uangnya.

"Tolonglah ya bapak Steven Stoward! bapak kan sudah tau apa alasan saya menolak tugas kali ini, lagian saya nggak punya duit. "Kata Cilla dengan melas.

"Huft." Steven merogoh saku jasnya mengeluarkan dompet dan mengambil salah satu kartu kreditnya.  "nih! Pakai ini." Steven menyodorkan kartu kreditnya membuat Cilla sumbringah dan Siska hanya melongo seperti orang bodoh.

"Ini mereka pasti ada something." Gumam Siska dalam hatinya.

"Ok sekarang deal, kamu besok berangkat bareng Siska." Kata Steven dengan senyum mengembang, karena akhirnya Cilla juga mau di pindahkan dan membatu kantor yang hampir pailit.

sedangkan di kantor induk sedang kekurangan orang karena banyak yang di pecat akibat ketahuan korupsi dan hampir menyebabkan perusahaan pailit.

Sedangkan mencari karyawan yang kompeten akan lumayan lama, dan akhirnya para direksi dan  dewan komisaris sepakat akan menarik beberapa karyawan yang ada di perusahaan cabang di pindahkan ke perusahaan induk.

Penarikan karyawan itu bukan asal tunjuk tapi juga melalui beberapa tahap seleksi dan juga Benyak dedikasi yang sudah di lakukan untuk perkembangan perusahaan.

Flashback off

......**terimakasih sudah membaca.......

...jangan lupa tinggalkan jejak, like dan komen....

......to be continued**.......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!