Bab 2 (berangkat)

... happy reading all...

Dengan hati setengah tak ikhlas Cilla mengangkat telpon dari Steven.

"Apa?!" Sembur Cilla langsung membuat Steven ayang ada di balik telpon itu menjauhkannya dari telinganya.

"Lo nangis?" Tebak Steven kerana mendengar suara Cilla yang parau.

"Nggak, ini habis karaoke gue." sambar Cilla jengkel, sudah jelas Cilla habis menangis Steven malah bertanya.

"Sensi amat sih. Ini ak-" sungut Steven dengan wajah lelah.

"Mau apa Lo telpon gue?" Tanya Cilla dengan berjalan gontai menuju taman.

"Ini, anu itu loh Cill, in.."

"Ini anu, ini anu! Gagu Lo?!" Bentak Cilla hingga membuat beberapa orang menatap dirinya bingung.

Sedangkan Steven tanya bisa mengelus dada dan  menarik nafas dalam sambil terus mengucapkan kata 'sabar' di dalam hatinya.

"Ini, surat resign kamu nggak di terima sama pihak HRD." Ucap Steven dengan hati hati takut gendang telinganya berdengung lagi.

Cilla terdiam sesaat mendengar sambil menelaah kata demi kata yang terucap dari mulut Steven di seberang sana.

Tak lama kemudian terdengar Cilla tertawa terbahak bahak karena  ucapan Steven tadi.

"Ngaco Lo! Mana ada gitu. Ngarang Lo ya!" Tuding Cilla tak terima.

"Ini beneran Cill, aku nggak bohong sama kamu, lagian kenapa kalian satu circle yang ngajuin resign barengan gitu?" Tanya Steven dengan nada lemah.

"Wait, maksud Lo Winda, Siska sama Ayu juga resign gitu?!" Tanya Cilla tak tak percaya.

"Iya, kalo nggak pe.." Steven hanya bisa menghela nafas panjang saat ucapannya terpotong karena Cilla sudah mematikan sambungan teleponnya.

"Sabar, orang sabar ya pasti kesal." semangat Steven untuk dirinya sendiri.

Steven memutar video yang di kirimkan oleh anak buahnya.

"Pertemuan yang lumayan mengharukan." Gumam Steven.

🍃🍃🍃

"Gila ya tuh orang, udah tau gue nggak mau ambil nih kerjaan malah tetap di kasih, lihat aja nanti gue bakal balikin ke asalnya biar dia tau rasa." Cilla terus mengoceh dengan tangannya yang cekatan mengemas barang barang bawaannya ke dalam koper.

Handphone Cilla berdering di atas meja rias Cilla membuat sang empunya memutar bola mata malas karena jarak meja rias dan lemarinya terbilang cukup jauh didalam kamar yang luas ini.

"Huh, siapa sih yang telpon telpon gue tengah malam gini." Dumel Cilla dan mengambil handphone melihat siapa yang menghubunginya.

"Siska? Tumben dia nelpon gue jam segini?" Heran Cilla dan langsung menggeser tombol hijau itu ke samping dan mengaktifkan loud speaker.

"Cilla, gue mau ngadu sama Lo." rengek Siska terlebih dahulu saat Cilla mengangkat panggilannya.

"Apa? Tumben Lo nelpon gue jam segini? Ngadu apaan Lo?! Berantem Lo sama cowok Lo?!" Tanya Cilla dengan sedikit judes.

pasalnya sering kali Siska curhat tentang pacarnya yang selalu jelalatan namun demikian Cilla tetap mendengarkan Siska agar menuntaskan rasa penasarannya meski dirinya sudah menebak apa yang akan di katakan Siska nantinya.

"Cill, Lo tau nggak, gue barusan putus sama cowok gue. Dia ketauan selingkuh, gue mergokin dia di cafe sama selingkuhannya." Cerita Siska dengan suara lirih menahan tangis.

"Nah kan bener tebakan gue, Pricilla gitu loh." Bangga Cilla dalam hati.

"Lah kan biasanya juga gitu, lagian ya sis, kan gue udah bilang sama Lo tinggalin aja tuh Doni di kadal nggak tau diri, sekarang lihat kan dia nggak bisa berubah, sekali selingkuh pasti bakal keterusan." Oceh Cilla yang memang sangat menentang hubungan Siska dengan Doni.

Bukan tanpa alasan Cilla sangat menentang hubungan keduanya, Cilla sangat membenci yang namanya perselingkuhan karena dirinya cukup trauma dengan perpisahan kedua orang tuanya dan di tambah lagi dengan jejak masa lalunya yang juga di khianati oleh orang orang yang di anggapnya tempat pulang.

"Tapi gue sayang sama dia, gue cinta banget sama dia Cilla Tapi kan cinta itu buta Cill dan Lo tau itu." Terang Siska dengan suara yang bergetar.

"Iya cinta itu buta Siska, tapi Lo nggak harus buta beneran Siska." Geram Cilla dan tanpa sadar Cilla menendang satu koper kecil yang ada di sudut ranjang.

"Tempat Lo ribut banget Cill, Lo lagi dimana?" Heran Siska yang sudah sejak tadi mendengar suara grasak-grusuk Cilla dan sekarang malah terdengar suara benda jatuh.

"Ini di kamar lagi packing barang buat besok." Siska yang mendengar itu menjadi teringat jika dirinya belum menyiapkan apa apa untuk di bawa besok pagi.

"Astaga Cill, aku belum nyiapin apa apa buat besok untung kamu ingetin Cill." Panik Siska yang seketika melupakan masalah hatinya.

"Ya udah, sana siapin barang barang Lo, besok gue ngg.." Cilla terdiam saat mendengar suara benda jatuh dari balik telpon.

"Sstt, si*lan! Siapa yang mindahin kursi di sini hah?! Lo ya!" Teriak Siska menggelegar.

"Sis ini gue matiin dulu ya, bye." Cilla cepat cepat matikan sambungan telponnya sebelum telinganya berdengung karena mendengar Siska mengomeli adiknya.

"Buset dah tuh anak, udah tengah malam gini masih sempat ribut." Gumam Cilla.

Besoknya pagi menjelang siang saat Cilla menjemput siska di basemen apartemen Siska, namun dia sudah di suguhkan dengan pemandangan Siska dan adiknya yang sedang lomba menangis.

"Huft, drama kalian ini kapan akan berakhir, gue nggak mau telat." Cilla membuka suara setelah sekian lama.

"Sabar kak, ni orang pelit amat, aku minta cuma satu juta kagak di kasih padahal dia ninggalin aku lama." Drama Ryan adik Siska.

"Nggak Cill, ni cebong rawa pinter bohong, udah gue transfer kagak bersyukur dia, sekarang gue juga di palak." Adu Siska.

"Ryan." Panggil Cilla.

"Iya kak." Jawabnya dengan muka melas.

"Kamu nggak malu nangis nangis kek gini?" Heran Cilla, Ryan yang mendengar itu langsung saja mengedarkan pandangannya melihat apakah ada orang atau tidak.

"Kalo demi duit aku rela nangis kayak gini kak Cill." Rengek Ryan seketika membuat Siska yang hendak menarik ingusnya berhenti.

"Matre banget Lo jadi cowok." Kesal Siska memukul bahu Ryan.

"Udah Sis, kasih aja dari pada kita telat." Ujar Cilla yang tidak ingin membuang buang waktu lagi.

"Tuh kak dengerin." Ryan mengusap ingusnya di lengan cardigan diska tanpa di ketahui sang empunya, sedangkan Cilla yang melihat itu hany bisa menahan tawanya.

"Nih, inget ya jangan bawa orang sembarangan ke apartemen. Apalagi bawa cewe!" Peringat Siska pada adik nya.

"Iya kak iya, gue nanti fokus buat belajar aja biar Lo nggak kerja lagi." Saut Ryan sambil mengelap air matanya dengan uang yang di berikan Siska dengan wajah tengilnya.

"Si*lan Lo!" Kesal Siska hendak memukul pundak Ryan lagi.

Namun sebelum Siska memukul Ryan, tangannya langsung di tarik Cilla agar menyudahi debat lagi mereka.

...terimakasih sudah membaca....

...jangan lupa tinggalkan jejak, like dan komen....

...to be continued....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!