Rencana kuliah

Suasana pagi hari di kediaman keluarga besar Kalingga saat sedang melakukan sarapan bersama diselingi obrolan-obrolan ringan hingga perkataan Chelsea membuat suasana menjadi hening seketika.

"Pa, Ma Sea berencana untuk melanjutkan kuliah di universitas Alberta Kanada" ucapnya hati-hati namun mampu membuat kunyahan dimulut mereka terhenti, membuat suasana terasa mencengkam.

"Universitas Alberta Kanada?" ulang sang papa untuk memastikan jika yang diucapkan oleh putrinya tidaklah salah.

"I-iya pa" jawabnya lirih karena tahu perkataan nya akan membuat keluarga nya terkejut, dan kemungkinan besar akan melarang nya melanjutkan kuliah ditempat yang jauh dari negaranya.

"T-tapi sea ap....." ucapan mama terhenti ketika sang kakak memotong ucapannya.

"Kenapa harus di Kanada? Siapa yang mengajakmu untuk kuliah disana? dengan siapa? dengan kedua sahabatmu yang miskin itu? ingat Sea mereka itu membawa pengaruh buruk untukmu, dan mereka berteman denganmu hanya untuk memanfaatkan kekayaan keluarga kita, untuk apalagi kamu berteman dengan mereka!" begitu banyak pertanyaan yang terlontarkan dengan kata-kata yang begitu pedas penuh penghinaan.

"Kak! Malvin!" ucap ketiganya tidak menyukai ucapan Malvin yang begitu memandang rendah orang miskin.

"Benar bukan yang kakak katakan? mereka mengajakmu kuliah jauh disana supaya mereka leluasa memanfaatkanmu, kamu ini anak manja yang apa-apa serba bergantung kepada mama papa, mau jadi apa kehidupan kamu disana hah?" tegasnya dengan kata yang begitu menyakitkan hati adiknya.

"Tapi aku tidak selamanya seperti yang kakak pikirkan, dengan mereka aku bisa menjadi diriku sendiri. Tidak seperti dirumah ini yang bagaikan boneka kalian, semuanya harus mengikuti perkataan dan kemauan kalian. Aku sudah bukan anak kecil lagi yang kehidupannya selalu di campuri, aku punya jalanku sendiri dan aku bisa menjalani nya" lalu berdiri meninggalkan ruang makan dengan perasaan marah, sedih dan kecewa menjadi satu.

"Lihatlah adikmu, perkataanmu sungguh sudah menyakitinya, seharusnya kita bicarakan ini dengan kepala dingin supaya bisa diterima dengan baik olehnya" kata papa dengan wajah yang datar namun tersirat ketegasan dalam ucapannya.

"Malvin berangkat dulu" ucapnya dengan dingin.

...****************...

Sedangkan dirumah lainnya namun masih di bumi yang sama, ada seorang gadis cantik yang sedang bercengkrama bersama adik dan ibunya sambil menikmati acara televisi yang menayangkan film kehidupan.

"Bu" Alesya memulai pembicaraannya.

"Hem iya nak, ada apa?" tanpa menoleh ke arah Alesya karena terfokus dengan acara televisi yang ditayangkan.

"Dua bulan yang lalu Alesya bersama Eleena dan Chelsea mendaftar beasiswa kuliah di universitas Alberta Kanada...." ucapannya terjeda sejenak untuk melihat reaksi Ibu dan adiknya.

Dan benar saja, Ibu dan adiknya seketika langsung menoleh untuk mendengarkan kelanjutan apa yang akan diucapkan oleh Alesya.

Dengan menarik nafas cukup panjang Alesya melanjutkan ucapannya "Karena Alesya tahu jika kuliah jalur mandiri kita tidak akan sanggup untuk membayarnya Bu, maka dari itu Alesya mencoba untuk mendaftar melalui jalur beasiswa, dan ternyata berhasil lulus" ucapnya dengan tersenyum.

Melihat raut wajah ibunya yang penuh dengan kekhawatiran, Alesya pun kembali berkata

"Ibu jangan khawatirkan biaya apapun itu selama Alesya disana, nanti Alesya bisa berkuliah sembari bekerja paruh waktu, yang Alesya butuhkan saat ini adalah doa dan dukungan dari ibu dan Alona untuk kelancaran kuliah Alesya nanti". tersenyum sembari menggenggam tangan ibu untuk menyakinkan nya.

"Baiklah jika itu keputusan mu nak, ibu akan berusaha dukung apapun yang menurutmu baik, walaupun kita hanya orang biasa tapi tetaplah jadi dirimu sendiri, jika orang membencimu cukuplah balas dengan kebaikan, ingatlah nak dendam itu tidaklah baik". mendengar hal itu Alesya pun tersenyum lega, menganggukan kepala nya lalu memeluk ibunya erat.

"T-tapi kak..." suara Alona memecah moment haru ibu dan kakak nya.

"Jika kakak kuliah disana itu sangat jauh, rumah ini akan terasa sepi tanpa kakak, lalu siapa Yang akan menjadi teman Alona bermain saat dirumah?" ucapnya dengan sendu.

Alesya pun tersenyum mendengar perkataan adiknya, lalu ia pun menangkup wajah Alona "Hei lihat kakak" sembari mendongakkan wajahnya untuk menatap nya "Jangan bersedih seperti ini nanti manisnya hilang lho" Alona yang mendengar candaan kakaknya pun seketika langsung terkekeh pelan. "Disini ada Ibu, nanti setiap kakak ada waktu senggang pasti kakak telepon supaya kamu tidak lagi rindu, adik kakak sudah besar sudah tahu juga yang namanya cinta monyet masa ditinggal kakak untuk melanjutkan pendidikan jadi sesedih ini sih hihi"

"Kakak" langsung memeluk Alesya tak kalah eratnya dengan perasaan malu.

"Hei kenapa jadi lebay seperti ini, kakak kan belum berangkat untuk waktu dekat ini" lalu bergabung memeluk kedua anaknya, sembari mendongakkan wajahnya untuk menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk mata.

...****************...

Tok

Tok

Tok

"Masuk"

"Pagi boss, kenapa tuh muka datar sekali pagi-pagi begini" herannya ketika memasuki ruangan kerja bos sekaligus sahabatnya ini melihat pemandangan wajah yang sangat datar, sembari meletakkan berkas di atas meja untuk di tanda tangani.

"Ada masalah?" Tanya nya sekali lagi karena tidak mendapatkan jawaban dari bos nya.

"Hem" jawab Malvin hanya dengan deheman saja.

"Ada apa sih? Masalah Milea yang sibuk lagi dan tidak ada waktu untuk bertemu dengan lelaki tertampan ini? tapi sayangnya lelaki ini adalah seorang gurun salju hahah" candanya untuk mencairkan suasana

"Bukan, Chelsea" sembari memijit pelipisnya yang terasa berdenyut nyeri ketika mengingat perdebatan nya dengan sang adik saat sarapan tadi. Membuat Marcel mengernyitkan dahi nya bingung

"Chelsea? ada apa dengannya? kalian bertengkar lagi ckk" decaknya tidak heran lagi, karena sudah menjadi kebiasaan adik dan kakak ini bertengkar hanya karena hal-hal kecil.

"Dia ingin Kuliah di Alberta Kanada" seketika membuat Marcel terkejut, namun segera ia hilangkan keterkejutan nya dan berkata

"Woah bagus dong bro itu artinya dia ingin menjadi wanita yang mandiri, ingin merubah sifat manjanya supaya tidak lagi bergantung pada kalian, dia sudah dewasa bukan lagi kanak-kanak sudah tahu mana jalan yang harus dia ambil. Sudahlah biarkan saja, tugasmu sebagai kakak nya hanya perlu mendukung apapun keputusannya, jadi apalagi yang mengganjal pikiran mu?" menepuk pundak Malvin memberikan sedikit pengertian terhadap sahabatnya ini.

"Aku tahu!" ucapannya dengan tegas "Tapi dia pergi ke Kanada dengan sahabatnya yang tidak berguna itu, bagaimana kalau dia disana mendapatkan pengaruh buruk dari kedua wanita itu" mengepalkan tangan erat untuk menahan segala emosinya yang kian memuncak.

"Jangan berburuk sangka bro, jika memang benar kedua sahabatnya membawa pengaruh buruk untuknya, atau bahkan hanya memanfaatkan Chelsea saja, mana mungkin Chelsea mau bertahan bersahabat dengan mereka selama bertahun-tahun ini jika mereka tidak membawa pengaruh baik untuk dirinya?" berusaha mengingatkan Malvin akan kebenarannya.

Seketika itu Malvin terdiam memikirkan perkataan sahabat nya yang ada benar nya, namun dengan cepat ia tersenyum sinis "cihh pengaruh baik, sudahlah lebih baik kamu keluar dari ruangan ini, menambah pusing kepala ku saja" usirnya agar tidak terus-menerus mendengar ceramah Marcel.

menghembuskan nafas kasar Marcel pun segera berbalik melangkahkan kaki nya keluar, namun sebelum itu dia berbalik dan berkata "Renungkan baik-baik ucapan ku tadi, tidak selama nya yang kamu anggap buruk itu benar buruk, begitupun sebaliknya, selama Chelsea tidak di ajak mabuk-mabukan bahkan menjadi wanita yang tidak benar dia tetap aman bersahabat dengan mereka. Dan oh ya jangan lupa tanda tangani berkas perjanjian kontrak dengan perusahaan maxkal itu" lalu ia benar-benar pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Seperginya Marcel membuat Malvin kembali termenung memikirkan semua perkataan sahabatnya, memang benar selama ini adik nya masih dalam tahap wajar dalam menjalani kehidupan sehari-hari, namun entah mengapa jika menyangkut dengan dua wanita yang menjadi teman baik adik nya membuatnya selalu ingin marah, mungkinkah karena latar belakang dari keduanya yang membuat dirinya enggan untuk bersikap baik kepada mereka?

Ah dengan memikirkannya saja sudah membuat dirinya semakin di buat pusing.

...****************...

...~ To bee Continue...

Terpopuler

Comments

Laily maulida💍

Laily maulida💍

lanjutt thor

2023-11-04

0

Laily maulida💍

Laily maulida💍

nextttttttttt

2023-11-04

0

Lancelot Ting ting

Lancelot Ting ting

Novel nya ga ngebisenin👍👍👍

2023-10-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!