Pagi itu di rumah Nathan terlihat ramai. Sanak saudaranya datang berkunjung untuk mengucapkan selamat untuk pernikahan Nathan yang kedua. Dan akan di langsungkan besok pagi.
Sementara Emeli masih bergelung dalam selimutnya. Ia sama sekali enggan untuk bangun mungkin selamanya. Berkali kali asisten rumah tangga di rumah itu mengetuk pintu kamar Emeli untuk mengantarkan sarapan pagi. Namun wanita itu sama sekali tidak perduli. Hari semakin siang. Nathan khawatir Emeli sakit karena belum makan sejak pagi.
Nathan berjalan menuju ke kamar Emeli, berpas pasan dengan Emeli yang membuka pintu kamar. Wanita itu kembali menutup pintu tapi Nathan mengganjal pintunya dengan sepatu yang ia kenakan. "Emeli, buka pintunya."
Akhirnya Emeli mengalah dan membiarkan Nathan masuk ke kamarnya. "Ada apa?" tanya Emeli malas.
"Duduklah." Nathan menarik tangan Emeli untuk duduk di kursi. "Kau harus makan Emeli, nanti kau sakit."
"Apa perdulimu," jawab Emeli ketus.
"Aku perduli." Nathan menarik dagu Emeli untuk melihat ke arahnya.
"Kalau kau perduli, kenapa kau harus menikahi wanita lain!" pekik Emeli berdiri dengan air mata berurai.
"Emeli, aku-?"
"Cukup Nathan! simpan kata katamu, aku tidak mau bicara lagi denganmu, sekarang juga kau keluar!" Emeli menarik tangan Nathan dengan paksa. "Keluar!" lalu wanita itu mengunci pintunya.
"Dor! Dor!
Nathan memukul pintu kamar berkali kali, " dengar Emeli, aku berjanji tidak akan menyentuhnya. Mungkin dia akan menjadi istriku, tapi aku tidak akan menjadi suaminya."
Di dalam kamar Emeli menutup kedua telinganya, ia tidak percaya lagi dengan janji yang di katakan Nathan semenjak pria itu menyetujui untuk menikahi wanita lain hanya demi Ibunya yang menginginkan seorang anak.
***
Keesokan paginya, Nathan dan Ibunya telah berangkat menuju gedung tempat resepsi pernikahan antara Nathan dan Sandra, gadis berusia 21 tahun.
Sementara Emeli tidak ingin menghadiri pernikahan itu yang hanya menyakiti hati dan perasaannya. Ia duduk ditepi tempat tidur menatap file hasil pemeriksaan dari Dokter tentang Emeli yang yang mandul sementara Nathan di nyatakan subur. Wanita itu menangis tersedu sedu, air matanya membasahi file itu. Ia biarkan dirinya larut dalam kesedihan yang entah sampai kapan. Yang pasti hari harinya akan seperti itu selama wanita itu masih satu rumah dengan madunya nanti. Kemudian ia simpan kembali file itu ke laci meja. Lalu berdiri menuju lemari pakaiannya. Ia memilih salah satu kemeja berlengan pendek. Lalu masuk ke kamar mandi.
Emeli memutuskan untuk mencari angin segar untuk menghibur dirinya sendiri. Tak lama ia telah selesai dengan tas kecil di pundaknya. Emeli bergegas keluar dari rumah menuju jalan raya.
Namun pada akhirnya Emeli kembali terpaku di tepi jalan raya sembari terisak, "tapi aku mau main kemana?" ucapnya sembari menyeka air matanya. Lalu ia menoleh ke belakang mencari tempat duduk. Lalu ia duduk di bawah pohon sembari terus terisak. Dia menginginkan udara segar? bukan, Emeli tidak menginginkan itu. Menghibur diri? juga bukan. Dia hanya ingin diam dan menangis berharap semua ini tidak terjadi padanya. Pernikahan Nathan, ia yang mandul?
"Aaahhhkkk! Emeli menjerit pelan. Rasa kecewa, rasa sakit semua bercampur menjadi satu. Pada siapa ia harus mengadu sekedar menyandarkan bahunya. Tidak ada, Ibunya sudah lama tiada, sang Ayah entah ada di mana ia sendiri tidak pernah tahu sejak kecil. Tante May? tidak, dia akan mentertawakan Emeli lalu memaksanya untuk menikahi pria tua itu lagi.
Entah sudah berapa lama Emeli terdiam duduk di bawah pohon, ia tidak perduli dengan orang yang lalu lalang memperhatikannya. Hari mulai sore, Emeli menatap langit yang menyisakan semburat oranye. Perlahan wanita itu bangun dan berdiri. Membenarkan pakaian, dan rambutnya yang berantakan. Dengan tisu ia menyeka sisa sisa air matanya. Setidaknya ia sedikit lega setelah seharian menangis. Lalu ia berjalan kembali ke rumah.
Sesampainya di rumah, Emeli melihat Nathan sudah kembali ke rumah tengah duduk bersama Sandra, wanita yang baru saja pria itu nikahi.
Nathan yang menyadari kedatangan Emeli langsung berdiri dan berjalan mendekat. Emeli, kau dari mana? aku mengkhawatirkanmu."
"Urus saja dirimu sendiri," Emeli menepis tangan Nathan.
"Menantu tidak tahu diri!" seru Ibu Nathan dari arah pintu. "Masih bagus kau di izinkan tinggal di rumah ini, wanita tidak berguna."
Emeli menarik napas dalam bibirnya mengatup menatap Ibu Nathan marah. "Cukup Ibu! pekik Emeli. "Kau yang melarangku pergi! lalu apa masalahnya sekarang?!"
"Emeli!" Nathan membentak Emeli untuk pertama kalinya, karena melihat Ibunya di bentak oleh Emeli.
"Apa? apa kau sekarang juga mulai mengikuti Ibumu? hah? katakan!" jerit Emeli melotot ke arah Nathan.
"Plak!"
Emeli memegang pipinya terasa sangat panas dan telinganya berdengung mendapat tamparan tak terduga dari Nathan. Air matanya kembali merembes tanpa bisa ia bendung lagi.
"Kemarin kau berjanji untuk kesekian kalinya, sekarang kau menamparku, Nath." Emeli menatap tajam Nathan.
"Kau pantas mendapatkan itu, kau sudah berani membantah suamimu sendiri dan membentakku," timpal Ibu Nathan.
Sementara Sandra yang sedari tadi diam memperhatikan, akhirnya ia berdiri menghampiti Nathan dan bergelayut manja di lengannya. "Sudahlah, buat apa ribut dengan wanita itu. Aku lelah mau istirahat."
"Nathan, kau ke kamarmu saja, biar wanita ini Ibu yang urus." Ibu Nathan berjalan menghampiri Emeli dan menarik kasar tangannya.
"Tidak Ibu! jangan sakiti Emeli. Dia istriku." Nathan menepis tangan Ibunya.
"Nathan, apa apan kau ini?" ucap Ibunya tidak suka dengan Nathan yang selalu membela Emeli.
Emeli yang sudah tidak tahan metasakan dadanya sesak dan panas, berlari menuju kamarnya. Nathan berjalan hendak menyusul Emeli, namun Ibunya mencegah. "Sudah biarkan, biar dia menyadari posisinya di rumah ini."
"Ibu!"
"Cukup Nathan!" Ibunya melotot ke arah Nathan lalu berlalu meninggalkan Nathan dan Sandra di ruang tamu. Sandra menarik napas panjang, lalu menarik paksa tangan Nathan menuju kamarnya.
***
Emeli tak dapat memejamkan matanya, ia tidur sendirian di kamar itu mulai malam ini. Mungkin untuk selamanya selama Emeli masih menjadi istri sah Nathan. Wanita itu tidak akan pernah mau di sentuh lagi oleh Nathan.
"Ya Rabb, apa salahku. Hingga kau berikanku cobaan seberat ini," ucap Emeli lirih. "Ya Rabb, berikanku kekuatan untuk menghafapi semua ini."
Emeli mengusap wajahnya pelan, lalu ia membarungkan tubuhnya di atas tempat tidur. Wanita itu berusaha keras untuk memejamkan mata dan mengistirahatkan pikirannya yang lelah. Lelah dengan masalah yang tengah ia hadapi. Wanita mana yang mau di madu. Apalagi hanya karena Eneli tidak bisa memberikan keturunan. Seberat itukah hukuman untuknya? Kembali Emeli terisak dan membenamkan wajahnya di bantal
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Sherly Ly
emeli lemah bgt anjing, bkin kesel aja. mau lu mandul atau lu miskin ga punya siapa2 bukan brrti lu hrus tunduk dn ptuh sma para binatang itu, jdi cwe jgn goblok
2023-08-16
0
Aska
ayolah Emeli kabur aja dulu tempat tinggal numpang dimana 2,
2022-01-10
0
Marita
kabur aja Emili.dari pada makan hati dan tersiksa
2021-11-28
0