Kaisya duduk dengan letih di ujung tempat tidur. Kepalanya sangat pusing mungkin menghadapi perilaku muridnya yang diluar ekspetasi. Baru saja mulai masuk sudah dihadapkan dengan masalah. Apalagi terdengar guru lain membuat semakin tidak enak. Memang tugas sebagai Wali Kelas sungguh luar biasa.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Ridho mengamati istrinya.
"Biasa masalah di sekolah. Baru juga masuk sudah ada masalah," ucap Kaisya.
"Masalah apa?" tanya sang suami.
"Ada yang bertengkar," balas Kaisya.
"Sudahlah. Ini sudah malam lebih baik kita tidur, besok harus kembali bekerja bukan. Biar nanti bangun lebih segar," ucap Ridho yang sudah berbaring di tempat tidur.
"Kamu duluan saja. Aku belum bisa tidur," kata Kaisya.
"Jangan tidur terlalu malam nanti sakit," kata Ridho hanya diberi anggukkan Kaisya sebagai jawaban.
Kaisya tiduran di atas tempat tidur namun tak mampu memejamkan matanya. Bayangannya terpusat pada kejadian disekolah. Dimana ia menghubungi Gian perkara pertengkaran anaknya dengan teman sekelas.
"Apa yang terjadi, Kay?" tanya Gian yang sudah berada di sekolah menghampiri Kaisya dan anaknya yang masih menangis di ruang piket.
"Mikayla bertengkar dengan teman sekelasnya," jawab Kaisya.
"Kamu bertengkar dengan siapa, Kayla?" tanya Gian pada anaknya.
"Haris," jawab Mikayla.
"Sudahlah jangan selalu bertengkar dengan Haris. Dari dulu selalu saja kalian berdua tidak ada yang mau mengalah," ucap Gian.
"Dia bilang Kayla anak yang gak jelas. Bahkan ibu saja kabur entah kemana dan dia juga bilang Kayla menyogok guru," ucap Mikayla membuat Gian terdiam.
"Jangan didengarkan perkataan Haris. Hapus air matanya jangan seperti ini. Ayah gak mau Kayla jadi cengeng," kata Gian.
Mikayla akhirnya berhenti menangis meskipun masih dengan sesenggukan. Matanya sudah bengkak akibat itu.
"Kay, maaf ya sudah membuatmu terganggu dengan masalah seperti ini. Biasalah Kayla dan Haris dari dulu selalu bertengkar. Kami dulu tetanggan. Entah bagaimana bisa kembali bertemu dengannya padahal kami sudah pindah ke tempat yang baru tapi malah satu sekolah bahkan sekelas pula. Mungkin aku bisa minta tolong jika Haris atau Mikayla dipindah saja ke kelas yang berbeda," pinta Gian.
"Sepertinya sudah tidak bisa. Karena sudah masuk data sekolah. Tapi jika bisa pun tetap saja karena masih satu sekolah mereka akan sering bertemu juga kan," balas Kaisya.
"Benar juga. Sekali lagi terima kasih banyak ya, Kay sudah menghubungiku," ucap Gian. Kaisya mengangguk sebagai jawaban.
"Maaf Gian. Kalau boleh tahu apa yang diucapkan Haris itu benar?" tiba-tiba Kaisya menanyakan hal yang mungkin pribadi pada lelaki itu.
"Yang mana ya?" tanya Gian.
"Ibunya Mikayla," ucap Kaisya.
"Nanti kita lanjutkan pembahasan tentang ini. Untuk sekarang mungkin aku mau bawa Kayla pulang dulu. Kasihan juga matanya sudah bengkak," kata Gian sambil tersenyum.
"Oh, iya baiklah," kata Kaisya sedikit malu dengan jawaban Gian. Bisa-bisanya menanyakan hal pribadi disaat seperti ini. Tapi memang apa salahnya juga sebagai Wali Kelas paling tidak tahu seluk beluk anak didiknya. Untuk menindaklanjuti jika ada masalah pada siswanya.
"Kalau begitu kami pamit dulu," ucap Gian.
Mikayla mencium punggung tangan Kaisya dan memberikan salam padanya.
"Bisa-bisanya aku memikirkan kejadian tadi," lirih Kaisya.
Ia berusaha memejamkan matanya. Namun yang terjadi malah benar-benar tidak bisa sama sekali. Disaat ia gelisah ponselnya mendapat notifikasi pesan WA. Kaisya melihat itu dari Gian.
"Assalamu'alaikum. Kay, maaf sudah tidur?"
Kaisya melihat pesan tersebut. Tak ingin membalas namun sudah terbaca jika tidak diberi balasan pasti akan berpikir yang buruk. Sebagai Wali Kelas yang sigap ia pun membalas pesannya.
"Wa'alaikumsalam. Iya, ada apa ya?"
Setelah beberapa saat kemudian. Muncul kembali balasan dari Gian.
"Mengganggu?"
Jelas saja Kaisya mengerutkan keningnya. Memangnya ada apa malam begini Gian menghubunginya meskipun lewat pesan WA. Jika memang ada hal yang berkaitan dengan masalah di sekolah tadi pasti akan langsung membicarakannya secara lugas. Tapi ini seperti pesan basa-basi.
"Memangnya ada apa ya? Apa terjadi sesuatu dengan Mikayla?"
Kaisya berpikir mungkin ada kaitan dengan Mikayla.
"Tadi kamu ingin tahu kan tentang ibunya Kayla. Sebenarnya dia memang kabur saat Kayla berusia masih sangat kecil. Sudah dicari ke rumah orang tuanya pun tak ada. Hingga dia mengirimkan surat perceraian. Aku sempat mendengar kabar jika dia terlibat perselingkuhan dengan teman kerjanya. Awalnya memang ingin mempertahankan pernikahan kita tapi ibunya Kayla tetap memaksakan keinginan untuk berpisah. Sampai saat ini anakku gak pernah bertemu dengan ibu kandungnya sama sekali. Dia tak pernah berkabar untuk anaknya."
Ia termenung dengan kisah Gian yang ditinggal istrinya berselingkuh. Pantas saja Mikayla terlihat sangat membutuhkan sosok seorang ibu. Dilihat begitu manja apalagi saat berbicara waktu mengatakan bahwa ayahnya adalah teman masa sekolah Kaisya.
"Begitu ya. Maaf aku mungkin tadi terlalu ingin tahu."
"Tidak apa-apa, Kay. Aku justru sangat senang, melihat kamu begitu memperhatikan latar belakang siswanya. Itu pasti berat ya buat kamu menghadapi kemanjaan Mikayla dan kenakalan Haris. Tapi aku yakin kamu bisa mengatasinya."
Kaisya sedikit blunder dengan yang dikatakan Gian. Maksudnya bagaimana dia berbicara begitu padanya. Seolah ada sesuatu yang ingin sekali disampaikan lebih dari sekedar orang tua siswa pada Wali Kelasnya. Meskipun jujur saja, Kaisya dalam hati sedikit menghangat dengan hubungannya ini meskipun sebatas pekerjaan. Tapi mengapa rasanya ada yang aneh dengan hatinya.
"Oh, iya. Kamu pasti sudah sangat ngantuk ya. Apalagi besok kembali kerja pagi. Aku jadi menganggu istirahatnya."
"Tidak begitu ngantuk. Terima kasih sudah menjawab pertanyaanku tadi."
Kaisya bingung ingin mengatakan apalagi pada Gian. Sebab lelaki itu seperti curhat saja dengan kehidupan pribadinya itu.
"Kay, besok kalau ada waktu bisa kita berbicara tentang Mikayla?"
"Masalah apa ya?" Kaisya tersentak kaget Gian ingin bertemu lagi dengannya. Padahal lewat WA saja juga sudah bisa sebenarnya.
"Besok saja ya. Itu pun jika kamu tidak keberatan."
"Baiklah. Mungkin disekolah saja kebetulan besok ada jam kosong."
"Siap. Besok aku hubungi lagi ya, Kay. Silahkan kalau mau istirahat. Salam juga ya untuk suami dan anakmu. Malam Kay. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Kaisya menyimpan ponselnya di atas nakas. Hembusan nafas berat keluar dari mulutnya. Entah apa yang akan terjadi besok dengannya ketika bertemu lagi dengan Gian. Tadi saja di sekolah hatinya tak bisa terselamatkan, jantungnya berdetak tak normal. Padahal rasa itu sudah seharusnya terkubur sangat dalam. Tak perlu lagi kembali terangkat.
"Sayang, kamu belum tidur?" tanya Ridho dengan suara paraunya terbangun mungkin karena suara decitan kasur saat Kaisya mengambil selimut.
"Ini mau tidur, Yah," balas Kaisya.
"Sini aku peluk ya biar cepet tidur," ucap Ridho mengulurkan lengannya. Kaisya pun sudah berada di antara pelukan suaminya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments