BAB 4

"Do you get De Javu, baby?"

Amanda memutar bola matanya mendengar perkataan Jeff. Hari ini adalah hari special sepupu nya Kanaya bertunangan dengan Erion. De Javu? melihat sekumpulan orang yg sama bertepuk tangan melihat kedua pasangan yg tersenyum bahagia di bawah lampu sorot begitu bersinar. Mengingat hari itu perasaan bahagia yg hampir mencapai puncaknya. Bersamaan dengan perasaan benci mengingat betapa sampahnya Nicholas mencampakkan Amanda.

Hari itu hanya satu kata yg terlintas di kepala nya yaitu kenapa? Apa Amanda terlalu lengah dan merasa Nicholas terlalu mencintai nya sehingga tidak mungkin melakukan hal rendahan seperti itu. Namun Amanda ingat satu hal.

Jika dia memang yg terbaik tidak akan hilang, Jika hilang, dia bukan yang terbaik.

"May i? "

Jeff mengulurkan tangannya mengajak Amanda berdansa. Amanda menyambut uluran tangan itu dan membiarkan Jeff menuntun setiap langkahnya. Semua orang terpaku melihat pasangan yg sempurna ini. Amanda dengan gaun merah berbahan silk begitu sempurna di tubuhnya. Membuat siapapun tidak akan bisa mengalihkan pandangannya. Tidak lupa dengan Jeff pria mempesona memakai jaz fit body dengan warna dasi selaras dengan gaun Amanda.

"Am i pretty?"

"of course you are."

Amanda memutar kedua bola matanya. "Gombal."

"Kamu bertanya kepada ku, lalu aku jawab."

"oke then stop menempelkan adik mu di bokong ku kak."

Jeff mendekatkan telinga nya ke bibir Amanda, ia ingin mendengar apa yg di katakan perempuan nakal yg sedang dalam pelukannya. Dia masih belum paham sedang bermain-main dengan siapa.

"Jauhkan adik mu yg keras itu dari bokong ku." Bisik Amanda.

"Watch your mouth baby. Anak kecil ngga boleh bilang kayak gitu. Kamu tau konsekuensi nya sayang."

"Ngga tau." Amanda tersenyum meledek Jeff yg terlihat sedang menahan sesuatu. laki-laki ini mudah terpancing bukan? Seberapa jauh Jeff berhasil mengikuti alur Amanda.

"Adik yg kamu bilang ini bakal bikin kamu melayang."

Amanda merinding setengah mati. Memang tidak seharusnya ia bercanda dengan player seperti Jeff ini.

"Udah yuk dansa nya aku cape."

Jeff mengangguk, tangannya masih menggenggam tangan Amanda. Menariknya keluar dari lantai dansa dan mengambil kan segelas red wine dan duduk di meja bundar yg sudah di siapkan.

"Tampan sekali calon mertua mama." Elina menghampiri Jeff dan Amanda yg sedang duduk di sudut ballroom.

Jeff berdiri menyambut —calon mertua nua itu— memeluk dan mencium pipi nya. Elina terlihat sangat menyukai Jeff berbeda dengan Calvin yg memberi peringatan kepada Jeff, Elina justru memberi peringatan kepada Amanda anaknya sendiri. Awas ya kalau kamu masih lirik lirik cowon lain.

Kata-kata itu harusnya disampaikan ke Jeff, baru minggu kemarin calon menantu kesayangan nya ini tertangkap oleh Amanda habis tidur dengan wanita lain di apartemen nya.

"Jeff udah makan?" Tanya Elina.

"Sudah tante tadi bareng sama Amanda."

"Bagus deh kalau sudah. Mama sudah lama tidak bertemu dengan orang tua kamu. Bagaimana kabarnya?"

"Mereka baik-baik saja tante. Tidak lama lagi tante akan menemui mereka nanti."

"Lebih cepat lebih baik ya kan Manda?"

Amanda yg dari tadi sibuk dengan pikirannya sambil meminum wine hanya mengangguk sambil senyum biar mama nya senang.

"Yaudah nikmatin waktu kalian ya. Tante mau balik lagi ke sana." Elina menatap Amanda yg masih diam saja sejak tadi. "Sayang kamu baik baik aja?"

"i'm fine mom."

Elina tersenyum mengusap pundak Amanda sebelum pergi meninggalkan mereka berdua.

"Mau bermain teka teki nakal, sayang?"

Amanda menoleh ke Jeff yg duduk berseberangan dengannya. Mengangkat sebelah alisnya, "teka teki nakal?"

"Let me guess, warna apa yg sedang kamu pakai di bawah sini."

Amanda melotot seperti ada sesuatu yg menyentuh miliknya. Amanda menatap sekitar semuanya terlihat sibuk tidak ada yg memperhatikan mereka. Untungnya table cloth round table ini panjang menjuntai menutupi tindakan tidak senono Jeff.

"what are you doing hah?" Amanda melotot.

"sama seperti dress kamu kah? Merah?"

Amanda menendang kaki Jeff di bawah sana. "Salah. Udah diem."

"Umm black? " Jeff masih belum menyerah. ia kembali membiarkan jari kaki nya menari di kaki jenjang perempuan nya. Hingga melihat Amanda terlihat tegang dan meringis kecil.

Amanda mulai risih getaran yg tak tau muncul dari mana seperti ingin mengambil alih. "Can u stop? Ini sangat ngga sopan kak."

"Answer me, black? red?"

"white."

"Salah semua ternyata." Jeff menarik kaki sialannya dan bertindak seperti tidak melakukan apa-apa. Amanda menatap Jeff kesal, ia benar-benar menguji kesabarannya sekarang.

...***...

Esok nya

"Ini rumah kakak?"

Pagi hari minggu yg cerah ini seharusnya Amanda tertidur cantik namun Jeff sudah menjemput nya untuk pergi ke rumah orang tua nya. Amanda belum mempersiapkan pakaian apa yg akan ia pakai dan lain-lain. Jeff pun tidak memberi kabar apapun soal hari ini.

"Iya. Ayo keluar."

Rumah yg begitu megah namun terlihat sederhana ini terlihat sangat tenang. Banyak nya pohon pohon yg tertanam serta gazebo di tengah tengah taman. Siapa pun yg masuk ke rumah ini pasti akan sangat betah. Begitu masuk Jeff di sambut oleh mama nya yg sangat cantik. Rambut sebahu yg terlihat memutih namun tidak sepenuhnya di biarkan terurai tersenyum manis.

"Sekalinya pulang bawa calon istri ni."

Amanda tersenyum kepada tante Clarissa dan memeluknya. "Terakhir kamu ke sini masih ngerondang, sekarang udah secantik ini."

Amanda terkejut dikit, jadi dia pernah main kesini dengan orang tuanya. Amanda dan Jeff memang selisih 7 tahun umurnya Jeff sekarang 34 tahun. Sudah cukup matang untuk menikah namun pria itu malah lebih asik bermain dengan perempuan random.

Mareka semua masuk ke dalam rumah besar yg terlihat hening karena hanya di huni sepasang orang tua. Jeff tidak memiliki saudara, ia anak tunggal kaya raya. sejak kecil ia sudah terbiasa kesepian, bermain sendiri di rumah sebesar ini. Clarissa memang tidak seberuntung wanita lain, ia susah untuk mengandung. Untuk mendapatkan Jeff saja butuh tahun tahun lamanya. hasil usaha tanpa rasa lelah apalagi menyerah.

"Kok kamu bisa sih sama Jeff?" Tanya Clarissa. "Dia kan playboy." sambung nya.

"Mah." Teriak Jeff dari dapur yg sedang mengambil minum untuk Amanda.

Clarissa terkekeh. "Kamu tau kan Jeff seperti apa. Tante harap dia tidak akan pernah melakukan hal itu lagi setelah ada kamu. Sejauh ini ia tidak pernah membawa perempuan ke rumah ini selain kamu."

"Serius tan?

"Iya, tante sama om ngga pernah nyuruh Jeff untuk cepat cepat menikah atau mendesak Jeff untuk segera memberikan cucu. Namun tante khawatir dengan sikap playboy nya."

bukan cuma playboy tan, anak mu lebih brengsek dari yg tante tau —gumamnya dalam hati Amanda.

"Kak Jeff udah ngga separah dulu tante. Ada perubahan semenjak ada aku. soalnya aku marahin terus kalau dia ketauan temuin cewek lain."

Maaf tante bohong, semoga aja iya bener.

"Syukur deh kalau gitu." Mereka tertawa.

Jeff yg membawa minuman merasa kuping nya panas sejak tadi seperti sedang di gunjing kan.

"Papa mana mah?"

"Papa lagi ke rumah temennya."

Jeff mengangguk-angguk dan pergi ke lantai dua, ke kamarnya. Badannya terasa pegal semua gara-gara menyetir mobil Jakarta-Bandung tanpa berhenti.

"Kamu istirahat dulu aja ya sayang. Tante mau belanja makanan dulu ke supermarket terdekat buat makan malam nanti. Om kayaknya pulang pas waktu makan malam nanti."

Amanda mengangguk. "Oke tan, mau aku temenin? aku gapapa kok"

"Gapapa sayang ga usah kasian kamu pegel pasti, Kamar Jeff di pojok sebelah kanan."

"yaudah deh, hati hati di jalan ya tante maaf ngerepotin."

"Ngga sama sekali sayang."

"Kalau gitu aku izin ke atas ya tan."

Clarissa tersenyum dan mengangguk, "Iya sayang. "

Amanda pergi menghampiri Jeff di kamarnya sambil memperhatikan setiap bingkai foto di dinding tangga. Semuanya rasa-rata foto Jeff dari kecil sampe lulus kuliah. Ada satu foto yg menarik perhatian Amanda. Foto Jeff saat ulang tahun ke 4 tahun. Rambut nya di kuncir satu dan wajahnya penuh dengan cream, ekspresi nya yg seperti ingin menangis sangat lucu.

Sesampainya di kamar Jeff terlihat sedang tertidur. Amanda membuka pintu pelan-pelan supaya Jeff tidak terbangun. Kamarnya sama seperti apartemen di Jakarta. Penuh dengan lukisan, namun semuanya lukisan buatan Jeff semua. Amanda baru tahu ternyata Jeff bisa melukis juga?

Amanda berjalan ke arah jendela dan membuka jendela itu. Membiarkan udara segar Bandung memasuki ruangan kamar itu. Saat berbalik Jeff sedang menatap nya sambil bersandar.

"Ngapain kamu di sini?"

Amanda duduk di tepi ranjang. "Di suruh tante istirahat."

"Disini?"

"Iya aku di sofa aja. Atau kalau ga diizinin gapapa aku pergi ke kamar lain aja."

"Di rumah ini cuman ada 2 kamar utama. sama 2 kamar bibi yg kerja di rumah ini."

Amanda mengangguk-angguk. "Kalau gitu aku di ruang tamu aja, maaf ya ganggu waktu tidur kak Jeff."

Amanda pergi namun di tahan oleh Jeff, "Mau kemana?"

"Ya pergi lah."

"Di sini aja." Jeff menarik tubuh Amanda hingga terjatuh di pangkuan nya. Amanda mencoba untuk bangun namun di tahan.

"Diem."

"Isss dasar modus."

"Kamu juga modus waktu itu tiba-tiba duduk di paha aku."

"Ga usah di ungkit bisa?"

"Ngga bisa."

"Kakkkk."

"Okay."

"Lepasin ih."

Bukannya melepaskan Amanda justru di dorong hingga tertidur. Tubuhnya tidak bisa gerak karena kaki nya di tahan oleh kaki Jeff. Amanda dalam bahaya.

"Jangan macem-macem." Ancam Amanda.

"Macem-macem kayak gimana sayang. Kayak gini?" Jeff menempelkan bibirnya ke bibir Amanda tanpa izin, tidak lama hanya menempel. Amanda melotot, tangannya tidak bisa bergerak Jeff menahannya dengan tangannya.

"kak aku serius."

"Baiklah."

Jeff melepaskan cekalannya. Amanda memukul dada Jeff cukup kencang sampai mengaduh kesakitan. Amanda ingin berdiri namun Jeff tarik kembali.

"Kak!"

"Sebentar aja." Jeff memeluknya, tidak melakukan hal aneh.

Amanda diam tidak bisa bergerak melihat langit langit kamar Jeff yg terdapat banyak sticker bintang dan astronot. Amanda menengadah, Jeff tertidur. Amanda hanya bisa pasrah, hingga kantuknya datang dan ia pun ikut tertidur.

...***...

Amanda terbangun dari tidurnya Jeff masih memeluknya namun tidak dengan mata terpejam. Sedari tadi Jeff menatap Amanda yg tidur begitu lelap di pelukannya. Saat Jeff ingin bangun dari tidurnya Amanda menariknya seperti tidak memperbolehkan dirinya untuk pergi. Jeff tersenyum, perempuan yg berontak saat dipeluk tadi malah nyaman sampai tidak boleh dirinya pergi.

Jeff meraih sebuah kotak di jaket yg ia taro di nakas. Benda yg ingin ia berikan malam nanti namun sepertinya akan di berikan sekarang saja. Pada saat membuka mata cincin itu sudah terpasang cantik di sebelah cincin yg Amanda beli waktu itu.

"Kak Jeff kok ngga bangunin aku."

"Aku mau bangun aja kamu tahan sayang."

"Dih siapa yg nahan."

Jeff menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir. "Sini tangan kamu."

"Mau apa?"

"Udah sini."

Amanda mengulurkan tangan kanannya dan melihat cincin yg Jeff pasangkan. Lalu Jeff mencium tangan Amanda dengan lembut sambil tersenyum. Amanda sedikit terkejut, tiba-tiba Jeff memasang kan cincin. Lebih gagal fokus lagi dengan tulisan di cintin itu “Ms. Sanders” begitulah tulisannya.

"Dalam rangka apa cincin ini di pasang? Di cium cium segala lagi. dari tadi kak Jeff udah banyak modus ya sama aku."

"Itu tanda kepemilikan."

"Sejak kapan aku milik kakak?"

"Sejak kontrak itu aku tanda tangan."

Amanda mengubah posisinya menjadi duduk. "Waktu itu kak Jeff asal tanda tangan aja dan ga baca persyaratan nya kan? Sini aku jelasin."

"1. Kita bakal tidur di kamar terpisah. Kakak akan tinggal di rumah yg aku beli.

Skinship selain peluk, cium kening, pipi, itu tidak diperbolehkan."

Jeff memotong perkataan Amanda. " Seriously? Kamu berdosa karena tidak melayani suami kamu."

"Ini bukan sungguhan ingat?"

Jeff menghela nafas nya. Membiarkan Amanda lanjut membahas persyaratan lainnya.

"3. Kalau kak Jeff mau pergi sama cewek lain harap lapor dulu. Jaga-Jaga kalau misal kak Jeff ketauan aku bisa rancang alibi untuk kedua orang tua kita.

Tidak boleh membawa perempuan lain ke rumah kita. Kalau mau main di luar aja.

Kalau bertengkar jangan pernah pulang ke rumah orang tua masing-masing. Biar tidak ada orang tua yg curiga.

Kalau bisa jangan pernah memiliki hubungan dengan orang lain selama kontrak berlangsung.

nomor 6 itu opsional. "

"Apa kamu akan keluar dengan pria lain juga?"

Amanda menggeleng. "Aku tipe orang yg setia, walaupun hubungan kita cuma Pura-pura aku tetap menghormati kak Jeff sebagai suami."

"Baiklah."

"Kak Jeff tidak keberatan?"

"Tidak, aku pun tidak akan bermain dengan wanita lagi. Oleh karena itu sayang apa aku boleh mengajukan keringanan?"

"Apa?"

"Aku laki-laki normal dan sangat sehat. Aku yg paling tersiksa disini karena kebutuhan ku tidak akan terpenuhi."

Amanda paham kebutuhan apa yg Jeff maksud. Jika benar Jeff tidak akan melakukannus lagi dengan perempuan lain maka ia akan tersiksa. Amanda berpikir sebentar, selama pacaran dengan Nic kita tidak pernah tidur bersama. Melakukannya dengan orang yg tidak kita cintai apa hal yg benar? Walaupun sah sah saja karena sudah suami istri tapi tetap saja terasa berat untuk Amanda.

"Baiklah kalau yg itu harus ada consent. Kalau aku siap pasti nya." Amanda memalingkan wajahnya. Pipi nya terlihat merah di cermin belakang Jeff.

Jeff tertawa, "Hahahaha pipi kamu merah. Apa yg kamu pikirin baby? Malam yg panas dengan ku?"

"Tau ah!" Amanda berdiri meninggalkan Jeff yg masih tertawa kencang di kamarnya.

DASAR COWOK MESUM.

Amanda memegang kedua pipi nya yg terasa hangat.

"Aku bercanda sayang." Ujar Jeff di dalam kamar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!