Ayana Zakiyah, nama yang cantik seperti pemiliknya. Nama itu merupakan pemberian sang ibu ketika beliau sebelum meninggal saat melahirkan Ayana. Meski dibesarkan tanpa ibu, Ayana sangat bersyukur karena bapaknya sangat menyayanginya bahkan mengajarkannya akan ajaran agama Islam. Itulah kenapa Ayana memutuskan untuk menggunakan hijab, karena bapaknya yang meminta sebelum beliau menyusul istrinya ketika usia Ayana masih 14 tahun.
Saat orang tuanya meninggal, Ayana di titipkan kepada paman dan bibinya. Dan beruntung, paman dan bibi Ayana juga sangat menyayangi Ayana layaknya anak mereka sendiri. Ayana di sekolah di sekolah agama, pendidikan agama seolah begitu berarti bagi keluarga Ayana. Karena hidup di kota kecil bernama Tapak tuan, membuat Ayana menjadi gadis yang sangat polos, bahkan paman dan bibinya sangat menjaga dirinya untuk tidak bergaul dengan anak yang dipandangan mereka tidak sesuai dengan ajaran agama. Namun, Ayana begitu penasaran akan dunia anak-anak tersebut, terkadang dia ingin seperti mereka dengan mempunyai pemikiran yang bebas tanpa harus takut dengan dosa.
Karena hidup dengan keluarga yang sangat kukuh akan ajaran agama, Ayana di sekolahkan di pondok, karena kebetulan paman dan bibinya juga mengajar di pondok tersebut. Di sekolah pondok itulah Ayana bertemu dengan Azka. Azka sendiri merupakan anak dari salah satu ustadz yang juga mengajar di pondok tersebut. Azka yang pintar dan rajin beribadah membuat Ayana sangat menyukai laki-laki tersebut. Namun, lagi-lagi Ayana mendapatkan keberuntungan, Azka yang disukai ternyata juga menyukainya.
Hingga saat lulus SMA, Azka langsung datang untuk melamar Ayana. Namun, pernikahan yang tertunda karena Ayana mendaftar dirinya untuk melanjutkan pendidikan di Korea Selatan. Meski sering mendapatkan ilmu agama, Ayana adalah gadis remaja seperti pada umumnya. Era KPop yang merajela hingga terdengar di kota kecil tempat Ayana tinggal. Ayana mengenal dunia K-Pop karena teman satu kamarnya di pondok suka mengoleksi foto idol Korea. Bahkan bukan hanya foto temannya bernama Laras juga menyimpan buku yang menuliskan tentang idolanya itu.
Ayana yang memiliki rasa ingin tahu, mulai penasaran dan ingin tahu tentang idol K-Pop tersebut. Dia membaca buku yang berisikan biodata dan perjuangan sebuah boyband bernama Hype boy pemberian Laras. Dari situlah jiwa fangirl mulai tumbuh. Dia mengagumi sosok idol K-Pop bernama Kim Seungmin. Dia mengagumi perjuangan Seungmin yang memutuskan jalan hidupnya dan menentang keinginan orangtua atas dirinya. Ayana ingin seperti Kim Seungmin.
Meski dia hidup dengan kasih sayang dari paman dan bibinya. Pemikiran Ayana justru sangat bertolak belakang. Dia tahu jika ajaran agama sangatlah penting, namun bagi anak seusia dirinya, Ayana ingin menikmati dunia dengan penuh kebebasan serta jalan hidupnya sendiri. Karena rasa kekagumannya terhadap Kim seungmin, membuat dia memutuskan untuk mencoba mendaftar beasiswa di Korea Selatan. Keputusan yang berat, karena dirinya harus berpisah dengan orang di cintai, Azka. Bagi Ayana jalan hidupnya sangat berarti, dia tidak ingin menikah cepat, dia ingin menikmati hidup dengan jalannya sendiri.
" Bibi!" teriak Ayana, " lihat ini.." Ayana menghampiri bibinya yang tengah memasak di dapur.
" Ada apa, nak? Kok teriak-teriak, gak baik loh."
" Bibi lihat! Aku di terima! Aku di terima beasiswa di Korea bi!" Ayana menunjukan tampilan laptopnya.
" Serius?"
" Lihat ini!" ucap Ayana sangat bersemangat.
" Alhamdulillah.. tapi kamu harus berbicara dengan paman mu dulu ya. Bibi tidak masalah dengan keputusan mu, tapi kamu ini sudah bertunangan dengan Azka. Jadi bicarakan dulu sama pamanmu ya."
Ayana mendaftar beasiswa tersebut tanpa memberitahu pamannya. Dia takut jika paman tidak menyetujuinya, apalagi dirinya sudah bertunangan dengan Azka. Namun, Ayana melakukannya secara diam-diam tanpa sepengetahuan pamannya.
" Baik bi, aku akan bicarakan dengan paman."
Saat makan malam, Ayana langsung menyampaikan niatnya kepada pamannya. Paman sangat menentang hal itu, karena merasa tidak enak dengan Azka yang sudah melamar Ayana. Namun, Ayana terus meyakinkan keinginannya.
" Bukannya paman menolak dengan keputusan Ayana. Tapi, kamu sudah terikat dengan Azka, lebih baik kamu bicarakan saja dulu dengan Azka. Itu tergantung dari keputusan kalian berdua, pihak keluarga Azka maupun paman dan bibi akan menerimanya." ujar paman Ayana memberikan solusi.
" Baiklah, akan aku bicarakan ini kepada Azka."
Besoknya, Ayana memutuskan untuk menemui Azka. Mendengar keputusan Ayana, Azka merasa tidak rela melepaskan Ayana untuk melanjutkan pendidikannya namun di satu sisi Azka juga tidak ingin menjadi laki-laki yang egois. Pihak keluarga meminta mereka untuk menikah dulu sebelum Ayana berangkat kuliah. Namun, Ayana sudah berbicara kepada Azka jika dia ingin menundanya dulu. Akan terasa lebih berat lagi jika dia pergi dengan status istri, karena Ayana merasa jika dirinya begitu beban, sebagai istri dia tidak bisa berada disisi sang suami. Bahkan Azka juga tidak bisa mengikuti Ayana ke Korea, karena pekerjaannya yang melanjutkan tugas bapaknya sebagai ustadz di pondok pesantren.
Setelah berunding dengan kedua pihak keluarga, mereka memberikan keputusan untuk Ayana tetap melanjutkan dengan status masih bertunangan dengan Azka. Mereka menyetujui alasan Ayana membuat ayana begitu senang, dan berjanji kepada Azka jika dirinya akan selalu mencintai Azka dan tetap untuk setia, begitupula dengan Azka.
" Nak, kamu baik-baik ya disana. Jangan lupa sholat. Ingat, tujuan mu kesana untuk kuliah, dan jangan menentang apa yang sudah di ajarkan dari pondok pesantren mu, nak." Bibi Ayana menasihati, karena Korea Selatan merupakan negara yang mayoritas tidak beragama muslim. Sebagai orang tua Ayana, bibinya sangat takut jika ayana tidak kuat akan imannya.
" Tenang saja bi, Ayana tidak akan melakukan hal-hal yang sudah di larang oleh agama. Ayana akan selalu ingat tujuan Ayana." ujar Ayana sambil mengemasi barang-barang untuk berangkat ke Jakarta.
" Sekarang, keluarlah. Pamit sama Azka, karena dia tidak bisa mengantarkan kamu ke Jakarta."
Ayana keluar, dia pamit kepada Azka dan keluarganya. Ayana ke Jakarta diantar oleh pamannya. Kebetulan Ayana masih belum tahu kota jakarta, karena selama ini Ayana hanya hidup di kota tempat tinggalnya. Belum pernah Ayana menyentuh kota besar seperti Jakarta. Karena itu, membuatnya harus di antar oleh sang paman ke sana.
Ayana pamit ke calon suaminya, ada rasa berat untuk berpisah. Namun, Ayana ingin mewujudkan mimpinya dengan di Korea dia juga bisa bertemu dengan idola yang sudah mengubah pola pikirnya.
" Azka, aku akan kembali secepat mungkin demi pernikahan kita. Aku janji, di pikiran ku tujuan ku hanya belajar." ujar Ayana mengancungkan jari kelingking sebagai bukti janjinya.
Paman hanya mengantar sampai jakarta, Ayana harus berangkat sendiri ke Korea. Beruntungnya, Ayana memiliki teman yang baru dia kenal karena sama-sama mendapatkan beasiswa tersebut. Namun sayang, saat penentuan kelas bahasa Korea, mereka di kota berbeda. Karena beasiswa yang diambil oleh Ayana, merupakan beasiswa dengan persyaratan satu tahun belajar bahasa Korea di universitas yang ditentukan di kota-kota Korea Selatan. Setelah lulus akan di tempatkan di universitas yang sudah disediakan untuk anak beasiswa dengan jurusan yang di ambil.
Ayana memilih kota Daegu, di kota Daegu dia berkenalan dengan seorang gadis yang juga jalur beasiswa bernama Gisel dari Thailand. Karena sama-sama dan memiliki kecocokan, membuat mereka semakin dekat. Setelah setahun belajar bahas Korea, mereka berdua di tetapkan di universitas di Seoul, untuk melanjutkan kuliah sesuai dengan jurusan masing-masing.
Belum genap setahun, Ayana berada di Seoul, dia harus mendapatkan masalah. Dengan polos Ayana mengikuti Gisel pergi ke klub malam. Hingga dirinya terjebak dengan seorang laki-laki di sebuah kamar hotel. Awal kehancuran Ayana sudah di mulai, ketika Ayana membutuhkan penjelasan, Gisel justru kabur dengan alasan pulang liburan ke negara asalnya. Ayana hanya bisa pasrah, karena kebodohannya dia menghancurkan janjinya kepada Azka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments