Setelah membersihkan rumah dan memasak makanan untuk Paman, Bibi juga Sela Caca bersiap untuk bekerja ke toko Bunga milik Dinda.
Dia akan bekerja setiap hari karena dengan seperti itu dia bisa melupakan semua yang terjadi di rumah.
Caca berjalan menyusuri jalanan, memang Caca akan berjalan menuju Toko karena untuk naik kendaraan dia pun tidak memiliki uang. Semua gaji nya sudah di serahkan kepada Mariska.
"Caca" Teriak seseorang dari Jalan seberang membuat Caca menoleh.
Laki-laki berbadan tinggi tampan terlihat berjalan menghampiri.
"Kak Bastian"
"Kamu baru mau berangkat Ca"
"Iya Kak, Kak Bas ngapain di sini ?"
Bastian tersenyum.
"Kebetulan lewat, aku antar aja yuk lagian juga panas gini sayang sama kulit putih kamu Ca."
"Apa sih Kak" Ucap Caca tersenyum.
"Ya udah Yuk, sekalian aku juga lewat toko kamu kok Ca."
Caca terdiam, namun akhirnya pun mengangguk.
Mereka berjalan menuju Mobil Bastian di seberang.
Tin..
Tin..
Tin..
"Awas Ca." Ucap Bastian menarik tangan Caca.
Sebuah mobil sedan mewah melaju, jika saja Bastian tidak menarik tangan Caca sudah pasti akan tertabrak.
"Maaf Kak, aku gak lihat ada mobil tadi." Ucap Caca yang juga merasa ketakutan.
Bastian menghela napasnya dan mengangguk.
"Gapapa Kok, Yang penting Kamu gapapa."
Caca mengangguk dan mereka masuk ke dalam mobil.
Namun di seberang jalan terlihat seorang laki-laki berjas hitam dengan kaca mata hitamnya menatap ke arah mereka.
Ya disalah Alvaro yang kebetulan melewati jalan itu dan dia melihat apa yang terjadi dengan Caca.
"Jalan." Ucap Alvaro
"Baik Tuan."
Caca kini sudah mulai bekerja setelah diantar Bastian, seperti biasanya dia selalu mengirim pesanan juga membuat buket. Caca bekerja dengan sangat semangat.
Tidak melanjutkan kuliah karena tidak memiliki biasa tidak membuat Caca menyerah, dia yakin jika suatu saat dia akan bisa kembali melanjutkan kuliahnya dan mengejar cita-cita.
"Sudah siang, kamu sudah makan belum Ca?" Ucap Dinda menghampiri Caca.
"Belum Bu"
"Kamu makan dulu, nanti malah sakit. Ibu sudah masak sup iga kesukaan kamu."
"Wah, serius Bu"
Dinda mengangguk.
"Caca selesaikan buket ini dulu, setelah itu Caca makan."
"Ya sudah."
Dinda terus menatap Caca.
Walaupun usianya masih sangat muda tapi semangat bekerjanya sangat tinggi.
Dinda tau, jika selama ini Caca menyimpan sedikit gajiannya untuk bisa melanjutkan kuliah.
"Permisi."
Dinda menolak, terlihat seorang laki-laki berjas hitam masuk ke dalam toko.
"Silahkan ada yang bisa di bantu."
"Saya mencari Bunga Lili putih."
"Sebentar."
Dinda mengambil buket bunga lili putih dan memberikannya.
"Berapa?"
"Tiga ratus ribu."
Setelah membayarnya Laki-laki itu pun keluar, namun dia terlihat melirik ke arah Caca yang masih sibuk.
"Maaf Tuan ini Bunganya, dan benar saja perempuan itu bekerja di toko ini."Ucap Laki-laki itu saat masuk ke dalam mobil.
"Jalan."
Alvaro menatap bunga Lili putih yang begitu cantik, dia teringat dengan mendiang Ibu nya yang begitu menyukai Lili putih.
Bahkan di mension nya pun masih ada taman lili yang terawat.
Alvaro selalu meminta Maid di sana untuk merawat dan menjaganya.
"Kita ke makam Sekarang."
"Baik Tuan."
Mobil melaju menyusuri jalanan Ibu Kota yang sangat padat dan juga terik matahari yang begitu menyengat.
Alvaro yang baru saja sampai memakai kaca mata hitamnya dan berjalan masuk ke sebuah pemakaman Elit.
"Ibu apa kabar, Maaf Al baru bisa menemui Ibu sekarang."
Alvaro meletakkan bunganya di samping Makam, dia pun menatap nisan bertuliskan Bertha Alexander.
Alvaro di tinggalkan oleh Ibunya di Usia 15tahun setelah karena penyakit yang di Derita Bertha.
Perceraian orang tuanya membuat Alvaro bersikap dingin juga kejam. Apalagi Ayahnya yang berselingkuh dengan Sekretaris nya sendiri membuat masalah di keluarganya.
Terpuruk, Apalagi saat Alvaro yang masih sangat muda harus melalui hidup sendiri di tinggal Ayahnya yang lebih memilih perempuan lain, tidak lama Ibu nya malah meninggal.
Setelah beberapa lama, Alvaro beranjak menuju Mobilnya.
"Silahkan Tuan."
Alvaro masuk dan melepas kaca matanya, dia menatap keluar jendela.
Rasa sedihnya kembali terasa, di saat dia melewati hidup sendiri tanpa adanya orang tua. di saat dia harus bertahan hidup dan mencari makan setiap harinya.
Namun semua kini berubah, Kini Alvaro hidup sebagai seorang Pengusaha Sukses Nomor 1 di Dunia.
Bahkan begitu banyaknya Orang-orang yang kini bersujud kepadanya hanya untuk bisa bekerjasama dengannya.
Namun, Alvaro bulan lagi laki-laki kecil yang penurut. Dia tumbuh besar menjadi pria yang kejam juga dingin. Tidak segan melukai atau bahkan membunuh siapapun yang mengusik hidupnya.
"Ada apa?" Ucap Alvaro saat Asisten kepercayaan nya membaca sebuah tablet di tangannya.
Kini Alvaro sudah sampai di Perusahaan besar.
Perusahaan yang menjual dalam hal properti juga penjualan senjata ilegal.
"Ada satu nyamuk yang kembali membuat keributan karena dia tidak bisa membayar hutang juga bunganya." Ucap Miko.
"Urus nyamuk kecil seperti mereka."
"Baik Tuan."
Miko berjalan keluar meninggalkan Alvaro yang masih berkutat dengan Laptop miliknya di dalam sebuah Ruangan besar dengan dinding Kaca yang menampilkan suasana Keramaian Ibu Kota.
"Kalian, urus orang ini." Ucap Miko kepada pengawal yang selalu ada di sana.
"Baik Tuan."
***********
Hari semakin sore,
Sudah waktunya Caca pulang, namun dia akan selalu merapikan semuanya lebih dulu sebelum pulang.
"Ca"
"Ya Bu"
Dinda berjalan mendekat,
"Ini untuk kamu."
Caca menatap sebuah amplop putih dan menerimanya.
"Ini Apa Bu"
Dinda tersenyum dan mengusap wajah Cantik Caca.
"Sedikit rejeki untuk kamu tabung, Ibu tau kamu masih ingin kuliah tapi semua gaji kamu bahkan di minta oleh paman juga bibi kamu."
"Tapi Bu, Caca sudah gajian setiap bulannya."
"Gapapa Ca, ini rejeki kamu. Kamu simpan ya Nak."
Caca menatap amplop di tangannya.
"Makasih ya Bu, Bu Dinda selalu baik dengan Caca." Ucap Caca yang langsung memeluk Dinda.
"Sama-sama, Ibu sudah menganggap kamu seperti anak ibu sendiri. Tapi kamu ingat kamu harus menjaga uang ini jangan sampai Bibi atau paman kamu tau."
"Baik Bu."
"Ini makanan untuk kamu makan"
"Makasih Bu Dinda, Caca pamit pulang dulu."
*Hati-hati Nak."
Caca keluar dengan wajah bahagia.
Dia terus menatap amplop di tangannya, dia akan menyimpan nya untuk biaya kuliahnya kembali.
"Aku harus menyimpannya, jangan sampai Paman atau Bibi bahkan Sela tau kalau aku punya uang. Bisa mereka minta lagi.
Tidak tidak,, aku ingin melanjutkan kuliahku yang tertunda. mengejar cita-cita ku selama ini."
Caca menyimpan uangnya dan berjalan menyusuri jalan untuk pulang ke rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
yono PGSD Tasikmalaya
trims bu dinda
2024-01-21
0
yono PGSD Tasikmalaya
trims bu dinda
2024-01-21
0