Sementara itu di sebuah bar megah yang kerap disebut sebagai Crocodile Bar, seorang pria yang dikenal berwajah buruk rupa dengan topeng yang menutupinya duduk bersandar pada kursi kebanggaannya. Sambil menatap datar ke arah para penari kabaret yang penuh semangat meliuk-liuk di atas panggung dengan tiang pole dance sebagai tempat menari mereka.
Lampu redup, nuansanya sangat liar dan bebas, tampak beberapa orang lainnya tengah menikmati tarian para penari kabaret itu.
Di saat yang sama, seorang perempuan seksi berjalan dengan melenggak-lenggok kan tubuhnya. Bunyi gemerincing hiasan tubuhnya terdengar. Dia adalah gadis favorit para pengunjung, sangat terkenal akan keseriusannya dalam menari tapi anehnya, dia satu satunya penari yang tidak pernah 'telanjang' seperti penari lainnya.
Dia mendekati pria berusia pertengahan tiga puluhan dengan wajah buruk rupa itu.
"Jika kau tidak menikmatinya, kenapa kau duduk di sini dan menonton Gama!?" ucap gadis itu seraya menatap Gamaliel Falcon dengan tatapan datar.
Gama hanya menggerakkan pupilnya, "Bukan urusanmu!" ucapnya sambil menatap foto gadis cantik yang ada di hadapannya saat ini. Foto Ruby yang diberikan nyonya Manta sebagai tawaran untuk pelunas utang besar keluarga mereka.
"Dia cantik, " ucap Jessica si gadis penari yang juga teman dekat Gamaliel, tetapi Gama sama sekali tidak menghiraukannya.
"Wahhh... bro, cantik nih cewek!!" Pria tampan dengan rambut ikal bertubuh tinggi nan tegap menarik paksa foto itu dari tangan Gama dan menatapnya dengan mata berbinar-binar.
Sebagai seorang playboy kelas kakap, Robinson selalu membuat teman-teman nya jengah dengan pergaulan liar pria itu.
"Robin!" ucap Gama dengan suara bergema.
Glek!!
Sontak semua orang menelan saliva mereka saat melihat ekspresi mematikan itu di wajah Gama.
"Kembalikan goblok! kau tau sendiri dia seperti apa!" ucap pria lain dengan wajah khas Arab, mereka memanggilnya Marcopolo si pria berengsek penghancur bisnis orang lain.
Robin cepat-cepat melangkah dengan wajah cemberut, dan meletakkannya kembali ke tangan Gama.
"Bagaimana menurutmu gadis ini? apa dia mau menikah denganmu!?" tanya Marco dengan wajah penasaran.
"Mau tidak mau, dia akan tetap menikah denganku, untuk menutup mulut para keparat itu!"
"Juga bagian balas dendam ku pada jal4ng sialan itu," tutur Gama dengan nada dingin.
"Tapi dia terlalu muda, apa kau tidak masalah!?" tanya Jessica dengan wajah tak senang. Sebab sejak lama dia telah menyimpan perasaan pada pria itu, namun Gama sama sekali tidak pernah menatapnya sebagai seorang wanita.
Mendengar ucapan Jessica, Gama hanya terdiam tanpa membalas apapun. Dia terus menatap foto gadis yang masih remaja itu.
"Jawab aku Gama, kan masih banyak perempuan yang lebih dewasa!" Ucap Jessica dengan nada sedikit protes.
"Apa kau menawarkan dirimu sendiri Jes? Tentu saja aku tidak akan memilihmu sekalipun perempuan di muka bumi ini hanya tinggal dirimu!" Tegas Gama yang membuat wajah Jessica cemberut.
"Cih... kepala batu, apa kau tidak pernah menganggap ku sebagai wanita!? Aku menyukaimu Gama!!" Ungkap Jessica dengan wajah memelas, berharap Gama meliriknya.
"Kau sahabatku Jes, dan sahabat selamanya tidak akan ada hubungan romansa, kau sudah seperti adik bagiku," ucap Gama.
"Kau berhak mendapatkan yang lebih baik, lihat Marco dan Robin, mungkin salah satu dari mereka dapat menggetarkan hatimu!" Ucap Gama seraya menatap kedua bocah ajaib yang tengah duduk di barisan paling depan menonton para gadis sedang menari.
"Hempkhhh... dasar sialan, kupikir kau tergoda, kau pikir aku serius menyukaimu!? Dasar narsis!" Ketus Jessica yang berdiri dan kembali ke panggung untuk menari dengan perasaan yang kacau.
"Benar Gama, selamanya kita hanya bisa menjadi sahabat sampai mati, tapi aku terlalu mencintaimu, arrkhhh... apa aku bisa menerima gadis yang akan menikahimu nanti? Aku takut jadi perusak hubungan kalian!" Batin Jessica.
Sementara itu, di tempat duduknya, Gama terus meneru menatap foto Ruby yang cantik itu. Ada yang aneh dengan hatinya, gadis yang masih begitu belia dan masih terbilang remaja tanggung itu berhasil menggetarkan hati, jiwa dan pikirannya.
"Kenapa aku memilihnya? apa karena dia mirip dengan Ziva, tetapi dia malah menggetarkan jiwaku !? siapa gadis ini? siapa dia?" batin Gama sambil mencengkram erat foto itu.
Diamnya Gama membuat mereka yang ada di sana tak bisa berkutik. Tak ada yang berani mengusik pria itu bahkan bertanya meski penasaran.
Gamaliel Falcon, adalah seorang pria berumur yang dikenal dengan wajah buruk rupanya yang disebabkan oleh kecelakaan besar di masa lalu.
Setelah wajahnya rusak karena terbakar, menyebabkan pria ini ditinggalkan oleh semua teman. Bahkan kecelakaan itu merenggut nyawa mendiang istrinya.
Dia pernah menikah, tetapi beberapa jam setelah pernikahan itu, dalam perjalanan menuju bulan madu, Gama dan mendiang istrinya mengalami kecelakaan yang berujung merenggut nyawa pria itu.
Sampai saat ini, dia menahan dendam dan merencanakan pembalasannya satu persatu. Mulutnya berkata bahwa dia sudah mengikhlaskan kematian istrinya, tetapi hatinya masih milik mendiang istrinya.
Dia terus menerus dijodohkan, bahkan karena sering menolak, Gama sampai disebut sebagai pria impoten dan disebut menyukai pria. Status singlenya membuat dia kerap diserang oleh keluarga pamannya, bahkan beberapa kali hampir terjebak dengan perempuan bayaran untuk menghancurkan nama baiknya.
Gamaliel Falcon, seorang pria muda sukses yang menjadi seorang pengusaha memimpin puluhan perusahaan dan ratusan ribu karyawan, menjadikannya sosok pria yang tak tergapai. Semua orang iri padanya, semua wanita mendambakannya, tetapi sampai saat ini hatinya masih milik Ziva, mendiang istrinya!
"Marco, apa kalian masih mau disini!?" Tanya Gama seraya bangkit berdiri.
Duo mata keranjang, Marco dan Robin angguk-angguk kepala dengan cepat sambil menunjukkan jari jempol mereka ke arah Gama tanpa menoleh pada pria itu.
Benar benar mata keranjang, lihat yang bening sedikit, kedua bola matanya hampir keluar.
"Dasar mata keranjang!" Gumam Gama.
Pria itu melangkah keluar dengan wajah datar, sedang Jessica terus melirik Gama, pria yang dia cintai tapi gak bisa dia gapai.
Gama dengan tegas melangkah keluar dari bar itu. Pesonanya sebagai pria muda tentu membuat semua orang hendak mendekatinya, tetapi wajah di balik topeng itu membuat semua orang menghindarinya.
Kalaupun ada yang berani menggodanya, berarti orang itu punya niatan busuk yang akan langsung berakhir di tangan Gamaliel.
Pria itu disambut beberapa pengawalnya. Dia mengemudi sendirian tanpa asistennya si Marco mata keranjang dan juga dua sahabatnya yang lain.
Sesekali menikmati liburan di tengah sibuknya dunia bisnis yang dia jalani membantu pikirannya untuk relaks.
Dia memang workaholic, tetapi cerdas mengendalikan waktu untuk dirinya sedikit bersantai.
Sementara itu, Ruby yang tidak pernah keluar dari gubuk tempat tinggalnya dibawa ke kota oleh kedua kakak perempuannya.
"Bisa cepat gak sih jalannya!? Lambat banget kaya siput!" Ketus Yani kakak pertama Ruby.
"Tau nih, mataharinya panas bodoh!"
"Kulit kami bisa terbakar!" Ketus Jenna kakak keduanya.
Ruby berjalan tertatih-tatih sambil memegang semua kantong dan menggendong buntalan besar berisi kain hasil jahitan yang harus diantarkan ke toko pakaian keluarga mereka.
Gadis bertubuh kurus dan kecil itu harus berjalan dengan beban berat di bawah terik matahari sedang kedua kakaknya berjalan dengan gaya sok selebriti. Tak membawa beban bahkan memakai payung tapi mengeluh. seolah mereka yang membawa semua barang berat itu.
" kaki Ruby lecet kak, pelan-pelan jalannya," ucap gadis itu dengan suara memohon.
Tapi yang namanya gadis sok seleb, keduanya hanya mencibir Ruby dan mengatai Ruby sebagai gadis manja yang tidak tahu diri.
"Cih, dasar parasit, membawa barang sedikit itu saja kau sudah mengeluh!" Ejek Yani.
Sedikit!? Yang benar saja!? Apa mata gadis ini perlu dicongkel? Bagaimana bisa dia mengatakan itu barang yang sedikit saat kedua tangan, bahu dan punggung Ruby sedang menahan banyak beban!?
"Ini banyak kak, kalian bantu aku membawanya," bujuk Ruby.
Plak!!
Satu tamparan mendarat di pipi Ruby.
"Mulai berani ya nyuruh-nyuruh, aku bilangin Mama tahu rasa kau dihajar sampai mampus!!" Ancam Jenna yang sukses membuat Ruby membungkam bibirnya.
Setelah beberapa menit perjalanan mereka tiba di toko pakaian keluarga Magenta. Kedua kakaknya disambut oleh para karyawan bagikan bos sedang Ruby disuruh masuk membawa semua barang itu melalui pintu belakang, karena dianggap memalukan jika sampai langganan melihatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
kompiang sari
Kasian Ruby punya Ibu Kandung serasa Ibu Tiri .... kejam thor
2023-12-10
1