Toko kain Magenta, salah satu toko kain dan toko pakaian yang sangat terkenal di kota itu. Bisnisnya cukup lancar, tetapi tentu saja semua itu butuh usaha dan kerja keras.
Nyonya Manta dan tuan Magenta mengoperasikan bisnis ini sejak mereka belum menikah hingga saat ini. Saat Ruby mulai berusia lima tahun, anak itu dijadikan sebagai pembantu tanpa upah untuk memperbaiki semua jahitan yang rusak dan belum selesai.
Ini kali pertama Ruby dibawa ke toko itu, ini kali pertama gadis itu keluar dari guanya.
Ruby menatap seluruh area toko dengan wajah berbinar-binar. Segala benda yang belum pernah dia lihat ada di sana. Maklum, tidak pernah keluar dari hutan, sekalinya keluar langsung kaget dengan peradaban modern.
"Wahhh.... apa itu!!" Gumamnya sambil menatap aquarium milik nyonya Manta yang dipajang di sudut ruangan.
Kakinya melangkah kecil menghampiri gelas kubus itu. Dengan wajah polos dia menatap bebas itu.
"Ada danau super kecil!!"
"Kenapa bisa seperti ini!? Wahhh... ini juga ada gelembung-gelembung airnya, seperti sungai di belakang rumah tapi ini kecil sekali!!" Gumamnya sambil menyentuh kotak kaca itu dengan jari telunjuknya.
"Apa ini!?" Ucapnya sambil menatap alat penyaring air, di dalam akuarium itu ada beberapa ekor ikan kecil, rasanya Ruby belum pernah lihat ikan yang bisa mengalahkan kecantikan ikan ****** di sungai belakang rumahnya.
"Lebih cantik dari keluarga ******!!" Celetuk Ruby sambil mengangkat tangannya hendak memasukkannya ke dalam aquarium.
"Apa yang kau Lakukan!" Hardik salah satu pegawai toko yang tidak tahu kalau Ruby adalah anak dari pemilik toko.
Penampilannya yang lusuh juga wajahnya yang tak mirip dengan kedua kakaknya membuatnya tidak dianggap sebagai anggota keluarga Magenta.
"Eh.. i.. itu, mau nangkep ikan kak," jawabnya dengan tatapan lugu nan polos.
Tentu saja mendengar ucapan Ruby, pekerja itu terkejut. Manusia goa dari mana gadis ini. Wajahnya jelas mengatakan bahwa dia terkejut dengan tingkah Ruby.
"Mau nangkap ikan!? Kamu pikir kali!? Dasar perempuan sinting, sana pergi!! Kau mengotori toko ini!!" Usirnya dengan kasar.
Ruby berjalan dengan wajah ketakutan karena dibentak.
Gadis lugu nan polos itu berjalan keluar dari toko sambil menatap ke sana kemari. Semua tempat itu tampak sangat asing baginya.
Ruby melangkah ke bagian depan toko, menatap kedua kakaknya yang tampak sangat senang di dalam sana.
"Kak Yani, Kak Jenna, Ruby lapaaarr.... kenapa kalian lama sekali!?" Gumamnya sambil duduk di teras toko dengan kedua kakinya dia masukkan ke dalam paret yang dia pikir jalan kecil untuk anak-anak.
Semua yang lewat menatap gadis polos yang tidak tahu apa-apa. Bayangkan dikurung di hutan selama dia hidup, saat keluar tentu saja dia tak tahu apa-apa. Membaca saja dia kesulitan apalagi bergaul dengan orang lain.
Ruby merogoh kantongnya, di dalam ada beberapa koin yang diberikan para tetangga padanya sebagai uang jajan katanya, jajan bagaimana? Keluar saja dia tak pernah, sampai-sampai uang pemberian tetangganya dia simpan di kantong hingga jumlahnya lumayan banyak.
Sekedar membaca uang, tentu dia tahu, tapi untuk bacaan yang banyak, dia akan gelagapan dan kebingungan.
"Apa ini bisa dipakai beli makan?" Pikirnya sambil melemparkan pandangannya kesekitar tempat itu.
Ruby menatap anak-anak kecil yang sedang membeli jajanan pinggir jalan, mereka memberikan uang yang sama seperti dia pegang.
Gadis itu berdiri lalu menatap ke dalam toko dengan wajah sedih," Ruby juga mau punya teman seperti kak Yani dan Kak Jenna," gumamnya dengan suara kecil.
Dia berdiri di dalam selokan, sampai orang pikir dirinya itu pemulung.
Saat dia asik menatap kedua kakaknya yang tampak sangat ceria tiba-tiba sekujur tubuhnya menjadi basah.
Dia disiram dengan air es oleh karyawan toko!
"Dasar pemulung sialan, pergi kau! Merusak pemandangan saja!!" Umpatnya dengan tatapan bengis mirip anjing yang sedang PMS.
Ruby terkejut bukan main, dia tidak berniat jahat tapi orang pikir dia jahat.
" Ru.. Ruby sedang menunggu...." belum selesai dia bicara, tubuhnya sudah disiram lagi.
Byuur!!
"Pergi ku bilang pergi!!" Pekik pekerja itu dengan kasar.
Ruby yang dibentak menjadi ketakutan, dengan wajah sedih dia melangkah keluar dari selokan. Pakaian yang dia kenakan sudah basah kuyup, bahkan sekujur tubuhnya kedinginan karena perbuatan orang itu.
Dengan langkah gontai, Ruby meninggalkan toko meski takut kedua kakaknya tidak akan menemukannya.
"Ruby cari makan dulu, nanti ke sini lagi," gumamnya.
Gadis itu melangkah perlahan-lahan. Wajah cantiknya tertutupi dengan debu yang menempel di wajahnya. Penampilannya acak-acakan sampai orang berdecih kala melihatnya.
Gadis itu mendekati beberapa tempat jajan, hendak membeli tapi dikira mengemis, akhirnya dia diusir bahkan sampai dicaci maki oleh mereka.
Ruby menangis sedih, tak ada yang menerimanya di dunia ini. Dia tiba-tiba merindukan ladang cabainya, pohon beringin tuanya, bunga anggrek kesayangannya dan si mawar merah saingannya, juga para tetangga berusia tua yang jadi temannya sehari-hari di ladang itu.
"Lapar... Ruby gak tahu jalan pulang, ini di mana hiks hiks hiks hiks...." gadis itu menangis sambil berjalan terseok-seok.
Saat di jalan dia juga dilempari anak kecil karena dikira orang gila. Keningnya terluka dan tubuhnya terasa sakit, belum lagi perutnya sudah keroncongan minta makan.
Hari semakin gelap, dan Ruby semakin jauh dari kedua kakaknya. Tak tahu dia caranya pulang ke rumah, dia seolah berputar putar di tengah labirn besar yang menjebaknya.
Semakin paniklah gadis polos itu, hampir tertabrak berkali-kali bahkan digoda para hidung belang berengsek.
Ruby melewati rel kereta api, entah bagaimana dia bisa sampai di sana padahal jaraknya belasan kilometer jauhnya dari toko keluarganya.
"Mamaaa.... papaaa... kakaaaakk... Ruby takuuutt...."
"Kalian di manaaaa...."
"Hiks hiks hiks... Ruby takuuuttt...." ucapnya sambil menangis sesenggukan menatap ke kanan dan kiri.
Tubuhnya terasa dingin, angin malam membuatnya gemetar. Hingga hidungnya mencium aroma lezat dari sebuah rumah makan di pinggiran, dekat dengan stasiun kereta api.
Kedua kakinya membawa dia masuk ke rumah makan itu. Orang-orang menatapnya kesal karena penampilannya yang buruk.
"Mbak... saya mau minta makan," ucap Rby dengan tatapan memelas.
Wajah pelayan rumah makan itu langsung berubah bengis, sama persis dengan orang-orang yang dia temui tadi.
Ruby segera mengeluarkan uang dari kantongnya," saya bawa uang kok mbak," ucapnya menyodorkan selembar uang limapuluh ribu yang ada di dalam kantongnya.
Betul saja, wajah bengis tadi langsung hilang begitu melihat cuan.
"Bilang dong kalau punya uang, tak Kirain tadi minta minta!" Celetuknya sambil menyambar uang Ruby.
Dua bungkusan ayam goreng dan nasi diberikan pada Ruby tak lupa minumannya, juga diberi beberapa bonus agar gadis itu tak terlalu kelaparan," ini saya sudah kasih bonus mbak, dimakan baik-baik, terus pulang ke rumah, jangan keluyuran, ini sudah malam!" Ucap si penjual.
Ruby menatap kantongan itu, belanja pertamanya sejak keluar rumah,'' Wahhh satu lembar itu bisa dapat segini banyak? Mbaknya baik banget, terimakasih kasih mbak, saya lapar banget ini!!" Seru Ruby dengan suara lantang sampai membuat semua menatapnya heran.
Tak terkecuali, pria misterius dengan wajah tampan yang sedang menikmati makan di di tempat itu.
Sejak Ruby masuk, dia terus menatap Ruby dengan tatapan heran bahkan sampai membuatnya berhenti makan.
Ruby tersenyum begitu cerah, gadis itu duduk di kursi luar, tepat di hadapan pria tampan itu.
"Paman, saya boleh duduk di sini kan?" Ijin Ruby dengan sopan sambil menatap pria itu dengan wajah polos.
Pria itu hanya membalas dengan anggukan kecil, lalu melanjutkan makannya dengan ribuan pertanyaan muncul di kepalanya.
"Ada apa dengan penampilannya!? Sangat berbeda dengan apa yang ada di foto!? Kenapa dia sejelek ini!? Berantakan sekali! Dekil dan bau!!! Apa dia yang akan ku nikahi besok!???" Batin pria itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
💞Aileen 💞
eh ketemu jodohnya
2023-12-17
0