Skip dua minggu kemudian
Mbak Cahya sudah pulang ke australia seminggu yang lalu karena banyak tugas yang harus di selesaikan dan akan kembali pulang tiga hari sebelum pernikahan.
"Assalamualaikum" kata orang dari luar sambil mengetuk pintu rumah, kalau dari suaranya sepertinya aku mengenal suara itu.
"Wa'alaikumsalam, tunggu sebentar" jawabku kuat dari dalam, lalu sedikit berlari untuk membuka pintunya, ya aku sedang berada di dapur yang jaraknya lumayan jauh makanya harus berlari.
"Eh mas Faiz, ada apa mas" tanyaku pada seseorang yang mengetuk pintu yang ternyata ialah mas Faiz, sambil menundukkan pandangan sedih dan pastinya canggung tidak seperti diriku sama sekali.
"Cahya ada dek" ucapnya dengan suara yang sangat lembut, sambi tangannya mencoba mengusap kepalaku.
Sebelum dia mengusap kepalaku aku pun menghindar dari tangannya.
"Ada apa dek, kok malah menghindar" selidiknya aneh karena tidak biasanya aku menghindar.
"Gak papa mas, bukan muhrim gak boleh pegang pegang".
(Mas jika aku tidak menghindar aku yakin gak akan sanggup menahan rasa di hatiku ini) kataku membatin
"Oh maaf dek, mas janji gak akan ulangi lagi".
"Mas cari siapa" aku mengalihkan pembicaraan yang sedang berlangsung dan menanyakan kedatangannya kemari.
"Cahya ada dek".
"Mbak Cahya gak ada mas, mbak sedang pulang ke kampusnya" jawabku cuek ya Allah aku tak tega harus bersikap cuek kepada orang yang hamba cintai, andai saja dia jodoh hamba, pasti hamba akan sangat bersyukur padamu ya Rabb.
"Sejak kapan dek? bukannya seminggu lagi resepsinya?" gerutunya dengan suara yang hampir tidak jelas tapi masih bisa aku dengar dan raut wajah yang sangat kentara bahwa dia sangat mengkhawatirkan pernikahan ini.
"Seminggu yang lalu mas" jawabku tanpa mempersilakan mas Faiz masuk terlebih dahulu karena tidak ada orang di rumah selain aku, takutnya jika ku persilahkan masuk malah jadi fitnah nantinya.
"Lalu bagaimana resepsinya" tanyanya balik bertanya
"Mbak Cahya akan pulang tiga hari sebelum pernikahan mas" ucapku mencoba tuk memastikan nya agar tak kecewa dan tentu akan berdampak pada hati ini jika dia kecewa.
"Mas datang kesini mau ajak dek Cahya untuk fitting baju pengantin, jika tiga hari gak akan bisa dek. Jadwal butiknya padat lagian bunda sudah menunggu di sana dan mas juga banyak kerjaan sebelum mengambil cuti pernikahan".
"Jadi bagaimana mas".
"Dek,bisa minta tolong" katanya menggantung ucapannya.
"Tolong apa mas" balasku
"Temani mas fitting baju, adek memakai gaun yang akan di kenakan oleh Cahya".
"Loh mas kok jadi saya".
"Saya mohon dek, besok sampai hari sebelum resepsi mas sibuk" katanya memohon.
"Mas gak bisa gitu" jawabku mengelak enak saja bagaimana kondisi hati ini entar, makin gak karuan.
"Kali ini aja dek".
"Ukuran bajuku dengan mbak Cahya beda mas, gak akan cocok" jawabku mencoba berkilah untuk tidak melakukannya semoga saja dia mengerti.
"Itu gak masalah dek, cuma beda di tinggi doang".
"Mas_
"Dek saya mohon, bunda akan sedih jika mas gak jadi fitting baju hari ini" potongnya membawa nama bundanya, aku paling lemah jika harus berhadapan dengan yang namanya orang tua karena aku tidak akan menolaknya.
"Baiklah mas, tapi kita gak boleh berdua saja melainkan membawa sahabatku. Biar gak jadi fitnah mas" usulku cepat sebelum dia berbicara yang di jawab dengan anggukan kepala.
"Baiklah dek, kamu siap siap dulu mas tunggu di depan".
"Iya".
Padahal aku cuma akan membawa handphone ku supaya bisa mengabari ayah dan ibu untuk meminta izin kepada mereka serta menghubungi Nina sahabatku untuk menemani kami hari ini.
"Sudah siap dek" tanyanya
"Iya sudah".
"Yaudah langsung berangkat".
****
Skip di rumah Nina, aku pun memanggil Nina sahabatku dan tak lama Nina muncul dari pintu dan berjalan memelukku.
"Kangen aku Rana sama kamu. Uluh uluh makin cantik aja ni anak" katanya seraya menarik hidungku pelan seraya mencubit kedua pipiku kuat.
"Sakit Nina, jangan lebay deh" ucapku seraya memutar bola mata malas.
"Hehehe".
"Ekhem" mas Faiz mengkode aku dan Nina dengan dehemannya, setelahnya kami pun masuk ke mobilnya.
****
Tak lama kemudian mobil yang di kendarai oleh mas Faiz berjalan membelah jalan ibukota yang ramai ini untung saja tidak macet kalau sempat macet bisa sampai berjam-jam nunggunya, setelah berkendara hampir 30 menit lamanya akhirnya kami sampai di butik mewah tempat mas Faiz untuk fitting baju. Kami pun masuk dan disambut oleh tante Mirna tantenya mas Faiz, ya tante Mirna adiknya tante Mila bundanya mas Faiz. Bunda sempat kaget karena yang datang bukan mbak Cahya melainkan aku adiknya, tapi mas Faiz lalu menjelaskan tentang mbak Cahya yang tidak dapat hadir karena sedang kembali ke aussie dan akan kembali lagi sebelum H-3 acara, syukurlah bunda Mila memakluminya.
"Iz ini calonmu ya" seraya menunjuku sambil tersenyum dan mengulurkan tangan mengusap kepalaku lembut. Bunda mengajak Nina berkeliling butik meninggalkan kami bertiga, ya Nina itu orangnya mudah akrab dengan orang yang baru ditemuinya jadi jangan heran ketika bertemu orang baru mudah akrab.
"Bu_
"Cantik ya Iz, kamu pinter milinya" ucap tante Mirna memotong ucapannya mas Faiz serta memuji diriku yang sedari tadi hanya diam. Tante Mirna membawaku keruang ganti untuk mencoba pakaian yang sudah di siapkan untuk pernikahan mereka, setelah aku memakainya di bantu para karyawan butiknya, lalu keluar tak lupa kembali memasang jilbab senada dengan warna gaun ini, dalam hati kecil ini aku meyakini kalau gaun ini pasti akan sangat cocok bila di kenakan oleh mbak Cahya nantinya, lalu tante Mirna membawa aku menemui mas Faiz yang juga sudah mengganti pakaian senada dengan gaun yang aku kenakan.
"Bukan tante, ini adiknya calon saya. Kakaknya masih kuliah tan" jelasnya memberi tahu kepada tante Mirna perihal masalah tadi.
"Oh, maaf ya nak" sesalnya merasa bersalah padaku, aku memeluknya dan menjawab kalau tidak apa apa.
"Gak papa tan".
"Iz, adeknya aja cantik banget apalagi kakanya. Beruntung kamu Iz" tante Mirna menggoda mas faiz. Kan yang di goda mas Faiz mengapa pula pipi ini yang terasa panas.
"Hehehe, tante bisa aja" jawab mas faiz sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Udah di coba gaunnya nak, gimana gaun pilihan bunda untuk Cahya bagus kan".
Tak lama bunda Mila dan Nina datang membawakan bingkisan salah satu brand terkenal negara ini yang baru aku ketahui isinya cincin berlian biru yang sangat indah serta beberapa makanan untuk kami santap.
Skip, kami pun selesai memilih pakaian dan menyantap makan siang di ruangan tante Mirna, pakaian yang akan di gunakan untuk resepsi mas faiz dan mbak Cahya dari awal sampai akhir resepsi sudah terpilih serta sudah di berikan pada jasa laundry khusus agar di cuci, Kebaya putih dan kemeja putih untuk akad. Sedangkan untuk resepsi menggunakan gaun tertutup dengan menggunakan hijab senada serta untuk mas Faiz tuxedo biru laut dan celana hitam yang sama pula. Kami pun pamit pulang kepada tante Mirna lalu tak lupa pula mengantarkan Nina kembali pulang tentu saja, ya gak mungkin dia kami tinggalkan di jalan kasihan dianya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
elayn owo
Boss banget deh thor, jangan lupa terus semangat nulis ya!
2023-10-07
1