"Woi! Kita pelajaran siapa?" Heboh Jose, berteriak kearah Gara.
"Ibu Gia!" Jawab Alvin karena hanya dirinya yang peka, daripada teman-temannya yang lain masih asyik bercanda gurau.
Yang mana mereka tidak sadar jika Gia sudah berjalan masuk ke kelas mereka. "Apa ini? pagi-pagi sudah ribut begini," Ujarnya setelah di rasa semua murid sadar akan kehadirannya. "Hari ini kita akan mengadakan ulangan harian."
Semua murid di kelas itu kaget bercampur bingung mendengar perkataan guru mereka yang akan mengadakan ulangan harian. Bagaimana tidak, baru belajar satu kali di semester awal tapi sudah memberikan ulangan harian. Benar-benar tidak masuk akal pikir mereka.
"Bu Cantik!" Gara mengangkat tangan dan langsung di persilahkan untuk berpendapat oleh Gia. "Kita baru belajar satu kali bu, kok udah ulangan aja?"
Gia tersenyum mendengar pertanyaan yang bagus menurutnya. "Ini permintaan kepada sekolah baru kita," Dilihatnya murid yang yang berjumlah delapan belas orang itu. "Buat materinya, nanti ibu coba bikin yang gampang-gampang aja,"
"Bu kalau boleh request, 1+1, 5x5. Gitu aja yaa, jangan berpangkat-pangkat akar kuadrat dulu," Perkataan Deandra itu sontak membuat yang lain menertawakannya. Tetapi jika boleh memilih, mereka juga menyetujui akan hal itu.
"Dean kamu mau Ibu balikin ke SD lagi, hm?"
"Dean mah, mau aja Bu. Tapi nanti kalau Ibu cantik kangen sama Dean gimana, hm?" Deandra balik bertanya, intonasinya bahkan sengaja ia bikin selembut mungkin.
Gia hanya bisa geleng-geleng kepala, jika imannya tidak kuat mungkin Gia bisa saja terbawa perasaan menghadapi cowok-cowok yang dimana itu adalah muridnya sendiri.
"Udah akh, nanti kita kehabisan waktu," Kata Gia, lantas menoleh kearah Alvin yang kebetulan duduk di depan, sejajar dengan nya. "Alvin, ini bagikan ke teman-teman mu!"
Setelahnya Alvin yang di beri amanat langsung maju dan lantas membagikan lembaran ketas ulangan harian itu dengan teratur.
Bel istirahat sudah di bunyikan, pertanda dua jam sudah mereka lalui. Tetapi semua siswa di kelas masih sibuk mengisi ulangannya masing-masing. Gia yang sedari tadi gelisah melihat jam di pergelangan tangannya karena murid-murid itu belum ada juga yang mengumpulkan pekerjaan nya, sedangkan mereka sudah kehabisan waktu.
"Anak-anak, nanti kalian bawa keruangan saya aja yaa," Ucap Gia sambil memperhatikan satu persatu murid di kelas itu. "Dean! Nanti kamu bawa hasil pekerjaan teman-teman kelas mu ke saya ya!" Perintahnya karena melihat Deandra yang tampak tenang mengerjakan ulangannya.
"Baik Bu cantik." Gia langsung beranjak meninggalkan ruangan yang di penuhi murid-murid bandel itu, setelah Dean menyetujui perintahnya.
Dengan begitu Dean langsung mengumpulkan kertas lembaran jawaban teman-teman sekelasnya. Ada yang ia ambil secara paksa karena belum mau mengumpulkan, ada yang berlarian karena belum selesai. Begitu semuanya terkumpul, Dean tidak mau membuang waktu istirahat nya. Ia lantas menuju ruang guru memenuhi apa yang di amanatkan oleh Gia.
"Ini Bu," Dean meletakkan lembaran kertas ulangan itu di meja Geya, tidak lupa juga dia menyusunnya serapi mungkin.
Geya memberikan senyuman melihat perlakuan Rajendra. "Makasih yaa Dean."
Deandra membalas senyuman nya sekilas, setelah berpamitan dia pun melangkahkan kakinya untuk segera keluar.
"Nak, kamu sini dulu!" Langkah kaki Dean harus terhenti karena ulah wakil kepala sekolah. Dengan gontai Dean berjalan menuju orang yang memanggilnya.
"Tolong ini kasih dulu ke Kepala Sekolah di ruangan nya!" Wakil kepala sekolah itu menyodorkan buku besar yang berisikan nama-nama seluruh siswa di sekolah itu.
Di Lain Sisi.
"Jane! Aku keluar dulu, ada janji sama orang," Pamit Grace.
"Iya Kak, Jangan lama-lama." Setelah mendapat izin, Grace langsung keluar karena ada janji dengan lbunya Jane. Ia sengaja tidak memberitahu adik sepupunya itu.
"Wait, bukannya dia temennya cewek itu? Apa gue tanyain sama dia aja ya?" Monolog Dean setelah melihat Grace yang berjalan kearahnya.
"Permisi Kak," Grace yang kini sudah berada di belakang Dean terpaksa membalik badan karena merasa terpanggil.
"Ya?" Singkat Grace, dipandanginya Dean dengan wajah datarnya.
"Ruangan kepala sekolah dimana ya?" Tanya Dean berusaha sesopan mungkin karena aura Grace yang begitu membuatnya merasa terintimidasi.
"Jalan aja lurus, lalu belok kiri dan kau akan sampai di ruangan itu." Setelah memberikan petunjuk, Grace langsung melanjutkan langkah kakinya.
Dean mengikuti arahan dari Grace. Bukannya apa, tetapi setelah pergantian Kepala Sekolah baru ruangan itupun juga otomatis digantikan atau berpindah tempat, jadi wajar saja jika Dean tidak tahu. Tak lama ia menemukan pintu yang bertengger tulisan Kepada Sekolah.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk!"
Ternyata Dean tidak perlu waktu lama untuk mendapatkan izin masuk dari pemilik ruangan yang nampak masih baru itu.
Dilihatnya Jane yang sedang sibuk memainkan handphone. "Kak, Gue di suruh Wakepsek buat kasihin ini."Ujar Dean tanpa embel-embel memanggil Jane dengan kata ganti Kak yang harusnya Ibu.
Mata Dean tidak berhenti melirik setiap sudut ruangan itu, ia bahkan tidak menoleh kearah Jane sama sekali.
"Apa anda tidak punya sopan santun?!" Pekik Jane, ia cukup penasaran dengan orang di depannya dan lantas mendongkak. "Ckck! Bocah yang kemarin memanjat pagar,"
Deandra yang masih menyimpan kekesalannya tehadap Jane, sengaja ia tidak mau terlalu sopan. "Ya, itu saya!" Ucap Dean datar. Sejurus mereka saling menatap dengan tatapan tajam. Jane yang memang mempunyai tatapan tajam dan Dean yang tidak mau kalah.
Jujur Dean merasa ciut, ia sudah menahan gugupnya karena di tatap seperti itu oleh Jane. "Saya akan Keluar," Dean mencoba menetralkan dirinya. Tidak mau jika wanita angkuh di depannya itu harus mengetahui kegugupannya.
"Bocah! Apa anda sering mempermainkan wanita?" Jane sudah bisa menilai jika Dean salah satu cowok pengoda.
Dean yang kini sudah di depan pintu, harus terhenti karena mendengarkan pertanyaan yang sangat privasi antara murid dan Kepala Sekolah. Dean yang memang pada saat itu tidak menoleh kearah Jane langsung membuka pintu. Tanpa menjawab pertanyaan sang Kepala Sekolah ia beranjak dari ruangan itu.
Entah kenapa Jane merasa kesal menerima perlakuan Deandra yang seperti mengabaikannya. Ia sudah bisa menilai dari wajah dan gayanya jika Dean adalah anak nakal yang suka mempermainkan wanita.
"Cih! Bisa-bisanya dia gak natap aku pake tatapan kagum. Apa dia berusaha menahan atau tau tempat, kalau lagi di lingkungan sekolah?" Monolog Jane, dalam hati dia bertanya-tanya, kenapa ia berpikiran akan hal itu. Seharusnya ia senang karena tidak ada yang menatapnya seperti orang-orang kebanyakan, kan memang itu yang sangat ia inginkan selama ini? Tetapi entah kenapa Jane merasa kesal jika Deandra yang memperlakukannya seperti itu.
"Keren! Dia bisa tau hanya dengan ngeliat mata gue," Heboh Dean, sekarang ia sedang berjalan menuju kearah kantin dimana teman-teman nya berada.
"Apa penampilan gue terlalu keliatan kayak cowok nakal, ya?" Deandra terus saja bermonolog, dia sampai harus melihat penampilan nya, apakah ada yang aneh.
"Tapi perasaan tadi sikap gue selow aja. Akh! Apa dia berusaha nantangin gue?" Betapa Dean sangat berpikir keras saat ini di buat wanita angkuh menurutnya. Ia sampai berpikir jika Jane menantangnya.
Di Cafe depan Sekolah.
"Jadi gimana? Apa sekarang dia udah keliatan ada deket sama cowok?" Bisik Aryna, sekarang mereka sedang mengobrol di Cafetaria depan sekolah.
Grace menggeleng, terasa berat baginya. "Hum! Aku rasa gak ada, Tante. Dia sangat fokus sama kariernya," Jawab Grace dengan lesu. "Apa perlu aku cariin cowok buat dia?" Perubahan raut wajah kesal Aryna setelah mendengar anak bungsunya itu belum juga ingin memiliki kekasih.
"Ish! anak itu, mau sampai kapan dia menutup hatinya?" Gerutu Aryna sejurus dia nampak berfikir. "Gini aja, gak perlu nyariin dia cowok nanti dia curiga. Tapi kamu cukup bantuin dia kalau sekiranya dia kayak lagi deket sama cowok!"
Grace tersenyum, ide Aryna cukup bagus menurutnya. "Boleh Tante, nanti aku coba bantuin dia."
Di Kediaman Rajendra.
"Mari kita lihat apakah ada orderan hari ini?" Monolog Dean, dia meraih ponsel di atas meja belajarnya. Mendapati ada notifikasi dari nomor baru. Jika sudah begini, itu artinya ada yang membutuhkan jasanya pada saat ini. Pesan itu berisikan alamat yang akan Dean tuju nanti malam.
"Akhirnya bisa isi dompet lagi." Gumamnya, lantas melirik arloji dan mendapati sudah pukul empat belas. "Siap-siap dulu, Akh!" Ia pun langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.
Tepat pukul empat belas tiga puluh Dean berangkat menggunakan taksi untuk menemui orang yang akan menyewa jasanya hari ini.
Sesampainya di sana Dean melihat seorang wanita cantik sudah menunggunya duduk di Restoran seorang diri. Ia tersenyum kearah wanita cantik itu, lalu dengan sigap Deandra berjalan mendekatinya.
"Hai, kamu udah lama nungguin ya?" Tanya Dean dengan intonasi lembut. Senyuman manis diwajahnya masih terlihat.
Wanita itu hanya memberikan senyuman, ia cukup terpesona dengan Dean yang memilik aura menawan.
"Sini duduk! Kamu udah makan?" Dia menarik pergelangan tangan Deandra untuk segera duduk disampingnya. Dean hanya menurut dengan apa yang wanita itu lakukan. Kepalanya mengangguk, untuk menjawab pertanyaan dari wanita itu.
"Ternyata kamu memang ganteng dilihat secara langsung ya." Ucap sang wanita, di elusny pipi kiri Rajendra. Terlihat wanita itu begitu berbinar menatap orang disampinnya dengan kagum.
Jangan kira Dean akan grogi menerima perlakuan dari wanita cantik itu. Tidak! Ia tidak grogi sama sekali, karena baginya sudah terbiasa akan hal itu. Malahan dengan mudah Dean memegangi tangan wanita itu sangat mesra, seperti pasangan.
Beginilah kegiatan Dean jika sedang menjalankan pekerjaannya. Ia harus sigap untuk melakukan tugasnya. Sekarang mereka sedang berjalan bergandengan tangan menuju Mall karena tugas Dean hari malam ini adalah menemani wanita itu shopping. Menyusuri setiap sudut Mall sambil sesekali mampir melihat-lihat barang yang wanita itu inginkan.
Sedangkan di lain sisi, di tempat yang sama. Mereka; Jane, Jihan, Gia, Irene dan Grace baru saja sampai di Mall. Jihan yang punya ide, untuk mengajak wanita-wanita itu pergi berbelanja bersama. Terlihat mereka sedang berbincang-bincang dengan gelak tawa di wajah mereka masing-masing.
"Girls, kesana yuk!" Ajak Gia menunjuk kearah timezone.
Irene sudah tidak heran dengan hoby Gia. "Gia, kita udah dewasa. Kamu gak sadar?" Gemas Irene sampai mendayu kata Gia.
Gia hanya bisa memoutkan bibir mendengar ucapan fakta dari Irene. Tapi dia sangat ingin bermain disana. Bukan hanya anak kecil saja kan, yang bisa pergi ke timezone?
"Tunggu dulu!" Ujar Jihan setelah menyadari bahwa dia mengenali seseorang di ujung sana. "Kak Rin, Bukannya dia anak sekolah yang aku tabrak kemarin? Apa kakinya udah sembuh?" Matanya menyincing menatap kearah Dean, yang sekarang sedang bersama seorang wanita, sepantaran mereka.
Irene, Gia dan Grace dengan dengan cepat menoleh kearah pandangan Jihan, lantas mendapati Deandra bergandengan tangan dengan seorang wanita.
Irene menyipitkan matanya. "Iya itu dia! Siapa wanita itu? jangan-jangan?" Irene refleks menutup mulutnya setelah menyadari wanita yang bersama Deandra sepantaran dengan mereka. "Pacar nya?Liat! mereka gandengan," Pekik Irene, mengira wanita itu pasti kekasih Dean.
"Dia murid ku di sekolah," Ujar Gia, menatap Jihan dan Irene secara bergantian.
Grace mulai sadar akan sesuatu. "Kayaknya dia orang yang pas-pasan sama aku tadi pagi di lorong sekolah deh," Grace mencoba mengingat-ingat kembali. "Ya, bener banget! Dia yang nanyain ruangan Jane," Tambahnya, membuat Jane yang sedari tadi tidak penasaran langsung menoleh cepat kearah tatapan ke empat wanita di depannya.
Dengan sembunyi-sembunyi Jane berusaha melihat Deandra dan seorang wanita bersamanya, yang sekarang sedang bergandengan tangan. Jane tidak mau kalau-kalau ketahuan orang-orang yang bersamanya, jika seorang Jane penasaran akan hal-hal yang berbau pasangan.
Tidak terasa hari semakin petang. Sekarang kelima wanita cantik itu sedang menikmati Cake dan minuman starbucks.
"Aku ketoilet dulu," Pamit Jane yang kini sudah berdiri.
"Perlu ku temenin?" Tanya Grace. Jane hanya menjawab dengan gelengan sambil tersenyum tipis. Dia berjalan keluar, untuk pergi mencari toilet sambil menoleh kesana kemari entah apa yang Jane cari tetapi tidak juga dia temui. Merasa tidak melihat apa yang dia inginkan, dengan memelas Jane menuju toilet.
Tetapi secara tidak sengaja Jane terhenti di persimpangan yang mengarah di tangga darurat. Matanya melotot tidak percaya setelah menyadari dirinya menyaksikan langsung seorang wanita yang sedang menciumi pria dengan penuh nafsu.
"Apa-apaan ini?!" Batin Jane, berniat memalingkan wajahnya tetapi ketika pria yang sedang dicumbui wanitanya itu menatap kearahnya, dengan sengaja Jane malah memperhatikan kegiatan mereka. Wajahnya memerah menahan emosi, entah kenapa Jane sangat kesal ketika mengetahui pria itu adalah murid yang jelas-jelas tidak dirinya suka.
"Cih! Dia memang nakal! Ternyata cewek itu pacarnya." Lagi-lagi Jane membatin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments