Musik klasik saxophone yang sedang diputar disebuah restoran hotel bintang lima itu mengalun indah menemani para pengunjung yang sedang menyantap makan malam.
Walau tanpa kata, musik klasik selalu terdengar romantis ditelinga siapapun yang mendengarnya. Alunan indah nada yang lembut dan santai itu mampu menghipnotis pendengar seolah mampu membawa jiwa mereka tenggelam dalam lautan bunga asmara.
Momen ini sangat mendukung bagi Mahawira Mahardika setelah sekian lama tidak bertemu sang pujaan hati. Maklumlah, profesinya sebagai seorang pelaut membuatnya jarang sekali pulang. Paling cepat enam bulan, dan bisa bertahun-tahun tidak bisa berkumpul dengan keluarga tercinta meski hari-hari besar.
"Your like this, food. Sweety?" tanyanya menatap lembut wanita cantik dihadapanya.
Wanita yang merupakan kekasihnya itu menghela nafas, meletakkan garpu dan pisau, merasa jengah dan lelah dengan sikap pacarnya ini.
"I'm sorry to have to say this, Wira. But I can't hold it in anymore. I want to get married, now."
"Yes I know, we will get married soon. Tapi tunggu kontrak aku selesai dalam setahun ini."
"No, aku tidak memaksa kamu untuk berhenti dari pekerjaan mu. Aku tahu kamu berjuang sangat keras hingga bisa berada di posisi ini. Its your dream dan aku tidak mau menghancurkanya. Kita jalani hidup kita masing-masing, kamu dengan dunia mu, dan aku dengan dunia ku."
Selera makan Mahawira seketika hilang, ia langsung menelungkupkan sendok dan garpunya. "Setelah empat tahun yang kita lalui dan kamu menyerah begitu saja?"
Gadis cantik dihadapanya itu menunduk dengan mata terpejam. "Mama aku sakit, dan aku anak satu-satunya, beliau ingin segera memiliki cucu."
"Kita bisa melakukannya jika kamu mau, ayo aku akan menghadap orang tua mu sekarang."
Wanita itu menggeleng. "Aku tidak ingin berekspektasi tinggi karena setelah ini kamu akan pergi bertugas dalam waktu yang lama."
Mahawira mendesah dengan alasan yang dibuat-buat Jingga, kekasihnya.
"Aku tahu bukan itu alasan utamanya, kan? Kamu takut aku memiliki hubungan dengan wanita di luaran sana untuk sekedar pelampiasan? Setidak percaya itu kedua orang tuamu padaku, Jingga? Berkali-kali aku menjelaskan pada mu, jangan termakan berita hoax diluaran sana yang mengatakan jika pelaut itu suka jajan setiap kali kapal bersandar, aku setia dan aku yakin kamu pasti tahu itu."
"Tapi kebanyakan seperti itu 'kan?" ucap Jingga mengakui.
Mahawira tersenyum masam, ia pikir itu hanya alasan orang tua Jingga yang tidak menyetujui hubungan mereka. Namun Jingga malah mengatakan itu membuat hatinya perih.
"Baiklah, aku hargai keputusan mu. Aku harap kelak kamu bahagia dengan laki-laki pilihan mu," doanya tidak tulus. Bagaimana bisa tulus ketika hatinya sangat menginginkan sang gadis. "Jangan khawatir, aku tidak sakit hati sama sekali, karena ada wanita penghibur yang mampu menghibur ku." Setelah mengatakan itu, Mahawira bangkit dan meninggalkan Jingga yang beberapa detik lalu resmi menjadi mantan pacarnya.
Jingga, hanya dapat menatap nanar Mahawira yang menjauh dan menghilang di balik pintu kaca resto. Matanya berkaca-kaca ikut merasakan luka yang Mahawira rasakan meski tadi Mahawira mengatakan tidak sakit hati, dan wanita penghibur yang Mahawira bilang tadi. Jingga yakin itu hanya alasan Mahawira saja untuk menutupi sakit hatinya. Mereka sudah bersama selama empat tahun, bukan waktu sebentar untuk mereka memahami sifat satu sama lain.
Tak lama seoarang laki-laki muncul dari meja lain, cepat-cepat Jingga mengusap kelopak matanya tidak ingin kesedihanya diketahui oleh laki-laki yang akan menjadi suaminya.
"Kamu sudah memutuskan hubungan kalian?" tanya pria itu setelah menjatuhkan pantatnya di sebelah Jingga.
Jingga mengangguk. "Terima kasih. Aku lega mendengarnya karena akan menikahi wanita yang tidak memiliki hubungan dengan orang lain," ucapnya menggenggam tangan Jingga begitu erat.
* * *
Setelah mengendarai mobil sportnya dengan kecepatan tinggi, Mahawira tiba di sebuah club dimana dia sudah janjian dengan teman-temanya. Langkah Mahawira langsung menuju tempat vip yang sudah dipesan para temanya itu untuk menghibur diri. Ketika masuk, pandangan Mahawira langsung disambut adegan ciuman kedua temanya dengan wanita penghibur.
"Bisa usir para wanita ini? Aku tidak nyaman." Pintanya yang memang tidak suka pada wanita penghibur. Kedua temanya itu saling pandang, kemudian mereka mengusir para wanita yang baru beberapa menit menemani mereka setelah memberikan beberapa lembar uang.
"Kenapa muka suntuk sekali?" tanya temanya yang bernama Sultan menenggak minuman bersodanya diatas meja.
"Jingga memutuskan hubungan kami," jawabnya menyenderkan kepala di sandaran sofa.
"Pacaran putus itu hal biasa, Bro. Cari lagi lah yang baru, banyak wanita yang lebih cantik dari Jingga." Sahut Romeo memberi solusi agar temanya tidak galau.
"Ck, tidak semudah itu. Aku sangat mencintai Jingga. Dia wanita yang aku idam-idamkan untuk menjadi ibu dari anak-anakku kelak, dia wanita baik yang tidak neko-neko. Tapi mau bagaimana lagi, aku tahu dia pasti dijodohkan oleh orangtuanya dengan laki-laki pilihan mereka."
Jingga pernah menceritakan padanya jika orang tua Jingga ingin menjodohkan Jingga, namun tadi Mahawira enggan membahasnya karena dia malas untuk berdebat.
Kedua teman Mahawira itu hanya bisa menggaruk kepala mereka tak tahu harus berkomentar apa. Diantara mereka bertiga, hanya Mahawira yang sangat setia pada pasangannya meski ia berprofesi sebagai kapten laut yang terkenal suka jajan.
"Daripada kita sedih-sedih, lebih baik kita rayakan patah hati kapten kita dengan pesta minum sepanjang malam, bagaimana?" ujar Sultan memberi ide untuk menghibur temanya yang sedang galau karena putus cinta.
Mereka bertiga pun setuju dan bersulang, hingga akhirnya mereka menghabiskan malam dengan pesta minuman hingga menjelang fajar.
Mahawira pulang sekitar pukul delapan pagi setelah mabuknya mereda. Ketika tiba dirumah, suasana rumahnya terasa begitu sepi. Mahawira menghampiri Bi Sumi, pembantu rumahnya yang sedang memasak.
"Eh Den Mahawira sudah pulang? Maaf Den masakanya belum selesai," ucapnya memutar kepala menatap Mahawira yang muncul dari pintu ruang tengah.
"Tidak apa-apa, Bi. Amam sama Apap kemana? Kok rumah sepi?"
"Tadi Tuan membawa Nyonya ke rumah sakit, Nyonya besar sakit lagi."
Mahawira menghela nafas, menyesali perbuatanya yang lebih mengutamakan menemui pacarnya daripada menghabiskan waktu bersama kedua orangtuanya. Padahal dia sulit memiliki waktu quality time, bahkan harus menunggu waktu bertahun-tahun untuk bertemu, namun setiap kali dia free, dia lebih banyak menghabiskan waktu bersama Jingga.
Mahawira menghubungi nomor kakaknya namun nomornya langsung di blokir begitu saja oleh Marsha. Kakak sulungnya itu jika sudah marah sangat menakutkan bahkan bisa merobohkan tembok rumahnya, Mahawira ingat ketika Zidan melakukan kesalahan yang dia tidak tahu kesalahan apa yang Zidan lakukan, Marsha menghancurkan tembok kamar mereka.
Kali ini Mahawira harus menyiapkan diri jika ia di smakdown oleh kakaknya. Walau takut akan bertemu sang kakak, Mahawira tetap menyusul ke rumah sakit yang biasa untuk keluarga mereka.
* * *
Padahal tadi Mahawira sudah mempersiapkan diri untuk bertemu sang kakak, namun ketika melihat sang kakak yang sedang berdiri di depan ruangan dimana Amamnya dirawat sambil memainkan ponselnya, Mahawira mengurungkan niatnya. Dia memilih kembali ke lobby rumah sakit.
"Gaji aku belum turun, aku boleh minjem duit kamu dulu nggak? Nanti kalau sudah gajian langsung aku bayar. Mama masuk rumah sakit lagi," ucap seorang perempuan berbicara melalui sambungan telepon dengan wajah suram.
Mahawira menguping dibalik tembok.
"..."
"Aku tidak mau pinjam ke perusahaan ah, males."
"..."
"Makasih ya, aku janji kalau aku gajian nanti langsung aku transfer ke kamu." Wajah suratnya langsung berubah ceria setelah ia mendapatkan pinjaman dari orang yang dihubunginya.
Saat wanita itu berjalan menuju administrasi, Mahawira mencoba mengingat karena merasa tidak asing dengan wajah itu. Karena tidak bisa mengingatnya, Mahawira memutuskan pergi ke kantin mengisi perutnya yang keroncongan karena belum terisi makanan sama sekali setelah semalaman dia mendzalimi lambungnya dengan alkohol begitu banyak, sambil menunggu kakaknya pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Yuliana Purnomo
ooh adek Marsha yg kembar ini kan??
2024-06-03
0
Rachmawati 8281
dihajar ma Marsha and the bear baru rasa loh ...
2023-11-15
1
Ayuna milik Abinya
Bakal seru ini🫰
2023-10-05
1