Bab 1

Disebuah perusahaan besar di kota ada seorang pria yang terburu buru memasuki kantornya.

“Nio, kapan kita akan berangkat ke desa kembang sari?” Tanya Vano sambil terus berjalan cepat

“Besok pagi boss” Jawab nio sekretaris vano

“Baik, saya mau kamu menyiapkan semuanya, tidak boleh ada yang tertinggal, kamu harus benar benar teliti” ucap Vano tegas

“Siap boss” jawab Nio

🍓🍓🍓🍓

-Keesokan Harinya

Pagi hari Nio dan Vano sudah berada di perjalanan menuju sebuah desa yang sangat jauh dari kota, mungkin bisa menghabiskan waktu 5 jam lebih.

Selama perjalanan Vano hanya diam menatap layar laptop yang berada di pangkuannya, karena Vano memang tipikal orang yang tidak banyak bicara bila sedang diluar. Vano berbicara hanya karena ada yang memang perlu dibicarakan.

Sedangkan Nio, Nio menatap jengah sang bos yang sedari tadi hanya menatap layar laptopnya saja. Nio termasuk orang yang banyak bicara namun ada kalanya dia tidak banyak bicara, seperti sekarang contohnya Nio tidak banyak bicara karena sekali dia bicara pasti sang bos akan memarahinya.

‘Gini amat yak nasib gue, kerja sama bos yang ngomong aja pelit’ Batin Nio menatap sang bos sinis.

Vano yang menyadari tatapan sini Nio langsung menoleh kearah Nio dan seketika Nio menciut dan kembali membuang mukanya kearah jendela mobil.

“Ada masalah? Sampai kamu menatap saya seperti tadi?” Tanya Vano dingin

“Tidak ada bos, saya cuma sedikit lelah saja karena perjalanan ini panjang dan lama sekali” Jawab Nio berusaha untuk tidak terlihat gugup di depan Vano

Vano menatap Nio aneh dan kembali fokus pada laptopnya

‘Bener bener ni bos, kalau bukan gaji gede gamau dah gue ngikutin dia’ batin Nio

‘sabar Nio, sabar tahan sedikit lagi nanti pasti lo akan bias ngomong sepuasnya’ ucap nio pada dirinya sendiri

“Nio apakah kamu sudah menghubungi orang yang mempunyai sawah itu?” Tanya Vano tiba tiba memecah keheningan di dalam mobil tersebut

“Belum bos” jawab Nio

“Bagus, jangan dulu hubungi pemilik sawah itu, karena saya ingin berbicara langsung” ucap Vano dengan seringai di bibirnya

“Siap bos” jawab Nio seadanya

🍓🍓🍓🍓

5 jam 30 menit sudah berlalu sekarang Vano dan Nio sudah berada di depan rumah minimalis bercat putih dengan banyak sekali tanaman di sekeliling rumah itu.

Vano dan Nio turun dari mobil lalu melangkah menuju depan pintu rumah minimalis itu

Tok tok tok

“Permisi”ucap Nio sambil lalu mengetuk pintu rumah tersebut

Tak ada jawaban dari dalam Nio mengetuk dan memanggil kembali

Tok tok tok

“Permisi pak”

Lagi lagi tidak ada jawaban dari dalam

“Bos sepertinya sedang tidak ada orang, atau mereka sedang tidur siang kali ya bos ini kan jam tidur siang bos” cap Nio pada Vano yang berada di sampingnya

“Ketuk sekali lagi, saya yakin pasti ada orang” ucap Vano dingin

"Siap bos"

Nio kembali mengetuk dan memanggil berulang ulang kali namun belum juga ada jawaban, sampai pada akhirnya ada seorang remaja perempuan yang datang menghampiri mereka dengan berpakaian sekolah putih abu abu

"Maaf om, om ini siapa ya? Kok ada di rumah saya?" tanya remaja perempuan itu yang tak lain adalah Caca

"Ini saya sedang mencari pak Candra, apakah pak Candra ada di dalam" ucap Nio

Vano menatap lekat gadis mungil di depannya itu, seketika ada rasa aneh yang menjalar perlahan lahan di jantung Vano, namun Vano langsung menepis hal itu.

"Bapak saya lagi ke sawah om, biasanya bentar lagi udah pulang, kalau gitu tunggu di dalam aja om disini panas soalnya" Ucap Caca

"Gapapa nih saya dan boss saya masuk?" Tanya nio memastikan

"Gapapa kok om, ayo masuk" Caca mempersilahkan vano dan nio masuk ke dalam rumahnya

"Duduk dulu om, aku mau ganti baju sama nyiapin minuman buat om" Ucap Caca langsung pergi dari hadapan Vano dan Nio

Tak lama Caca kembali dengan baju kaos lengan panjang dan celana panjang membawa nampan berisi dua cangkir teh di tangannya

"Ini om diminum dulu, maaf disini cuma ada teh" ucap Caca merasa tak enak

"Tidak apa apa, maaf merepotkan" ucap nio

"Ah tidak merepotkan sama sekali om" jawab Caca

"Silahkan diminum om" ucap Caca

Vano dan Nio langsung meminum teh bikinan Caca itu, tidak ada yang berbeda dari rasa teh buatan Caca, rasanya sama seperti teh pada umumnya.

"Maaf om boleh tanya ga?" tanya Caca sopan

"Boleh silahkan" Jawab Nio

"Om ada perlu apa dengan bapak saya ya om?" Tanya Caca

"Ini mau bahas kerja sama dengan bapak adek" jawab Nio

"Ooooo gitu" ucap Caca

Seketika ruang tamu itu menjadi sepi karena ketiga manusia yang duduk di kursi itu tidak ada yang berbicara mereka sama sama berdiam diri

"Rumah ini memang sepi seperti ini?" Tanya Nio menghilangkan keheningan yang ada

"Nggak om, saya tinggal sama ibu dan adek saya, cuman ibu saya lagi jemput adek saya yang sekolah karena jarak rumah ke sekolah adik saya itu jauh om, jadi adik saya kalau sekolah pasti antar jemput" jawab Caca panjang lebar

Nio hanya menganggukkan kepalanya mendengar penuturan Caca tadi

"Om, om di sebelah om itu siap_" ucapan Caca terpotong karena ada yang membuka pintu

"Assalamualaikum" sapa seorang pria yang tak lain adalah bapak dari Caca yaitu Candra

"Loh ada tamu toh" Ucap Candra

"Waalaikumsalam, iya pak om om ini mau ketemu bapak katanya" Jawab Caca

"Loh ketemu bapak, tak kirain tamu kamu nduk"Ucap Candra

"Bukan pak hehe, kalau gitu Caca ke dalam dulu ya pak" ucap Caca

"Iya kamu istirahat dulu sana di dalam pasti kamu baru pulang sekolah" ucap Candra

"Iya pak, om saya permisi dulu ya" ucap Caca

Vano hanya menampilkan wajah datarnya sedangkan Nio menampilkan sedikit senyum di bibirnya

"Silahkan duduk pak" ucap Candra pada Nio

"Panggil Nio saja pak, dan ini bos saya namanya Vano" ucap Nio memperkenalkan diri

"Baik den Nio" ucap Candra

"Loh panggil Nio saja pak tidak usah ada embel embel den ataupun pak atau apalah cukup panggil Nio saja" ucap Nio memaksa

"Bapak ga enak den kalau manggil aden hanya dengan nama saja" ucap Candra

"Yasudah kalau gitu terserah bapak saja"

"Baik kita mulai saja, jadi kedatangan saya dan bos saya kesini untuk meminta persetujuan pada pak Candra selaku pemilik sawah di pinggir jalan sana" ucap Nio memulai pembicaraan

Candra hanya mendengarkan dan berusaha mencerna ucapan Nio

"Maaf den kenapa minta persetujuan bapak? Memangnya sawah itu mau diapakan den?" Tanya Candra sedikit takut

"Saya rencananya akan membangun pabrik di daerah sini, dan sawah anda cocok untuk pembangunan itu, karena selain dekat jalan, sawah anda juga dekat dengan beberapa bahan bahan yang dibutuhkan" ucap Vano

"Tapi den kenapa harus sawah saya den, saya tidak bisa menyetujui itu den" ucap Candra

"Pak Candra tenang saja bapak akan dapat komisi yang sangat sangat sangat besar bila bapak mau menyerahkan sawah bapak pada kami" ucap Nio

"Maaf den tapi saya benar benar tidak bisa dan tidak mau, silahkan aden cari sawah lain saja" ucap Candra menolak

"Saya kasi waktu bapak 1 Minggu, bapak fikirkan sekali lagi tentang tawaran saya, saya permisi dulu" ucap Vano langsung berdiri diikuti oleh Nio dibelakangnya

Sedangkan Candra sedang dilanda kebingungan karena sawah itu sangat tidak mungkin dia tukar dengan apapun entah itu uang atau apapun karena sawah itu merupakan sawah turun temurun dari keluarga Candra

'Yaallah tolong hamba, tolong beri hamba petunjuk' batin Candra

🍓🍓🍓🍓

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!