Apel Senin.

Hujan semalam membuat pagi ini terasa begitu sejuk apalagi air di desa sini juga berasal dari pegunungan asli. Pasti tidak bisa berkata-kata jika pagi kita di sambut oleh dinginnya air pegunungan. Tapi tidak untuk warga sini mereka sudah terbiasa dengan itu semua, malahan dinginnya air di pagi hari bisa membuat otak jadi lebih berpikiran jernih.

Pagi ini Kanaya tidak melakukan lari pagi karena akan ada apel mingguan di sekolahan. Dia hanya membantu ibunya di dapur untuk menyiapkan sarapan.

Selesai sarapan dia menyalim kedua orang tuanya dan segera berangkat ke sekolah, dengan menaiki moto kesayangannya. Senyum manisnya tampak begitu semangat menyambut kegiatan di pagi ini.

Seperti biasa Kanaya selalu melewati post kuramil saat menuju kesekolahnya, Glen yang kebetulan sedang piket begitu terpana melihatnya pagi ini. Kanaya juga menunduk dan memberikan senyuman untuk mereka semua, dia terus melajukan motornya sesudah melewati mereka.

Glen tidak terima jika senyuman manis tadi juga di tujukan untuk kawannya yang lain, namun apa lah daya Kanaya bukanlah miliknya.

"Manis sekali adik kecil tadi."

"Anak pak kades itu."

"Iya jangan macam macam masih kecil jugak."

"Apa lah kalian ini, saya hanya memuji bukan ingin memiliki." Bagas tidak habis pikir dengan jalan pikiran temannya.

"Mau kemana gas." Tanya Sadewo saat melihat Bagas yang beranjak dari duduknya.

"Mau carik makan."

"Ikut." Sadewo pun mengejar Bagas.

Glen masih memikirkan taktik apa yang harus dia lakukan agar bisa meluluhkan hatinya Kanaya. Karena menurut penglihatannya Kanaya bukanlah gadis yang sembarangan, sangat susah untuk mengambil hatinya. Baru kali ini Glen di galaukan dengan yang namanya hati.

"Nay buruan belnya udah bunyi, pak kepsek udah stand by."

"Iya bentar parkir motor dulu." Kanaya menghampiri Neneng dan bila.

"Ayok cepat." Dengan buru buru mereka segera mengisi barisan.

Apel Senin berjalan lancar seperti biasanya, kini mata pelajaran telah mulai dan mereka sibuk mengerjakan tugas masing-masing. Begitu bel istirahat berbunyi Neneng dan bila langsung menarik tangan kebaya dan membawanya ke kantin.

"Aduh kalian kenapa sih, sakit tangan aku."

"Hehe maaf nay kita udah laper." Neneng menampakkan deretan giginya.

"Ih dasar kalian yang laper aku yang korban." Ujar Kanaya kesal.

Mereka pun memesan seperti biasanya, Kanaya juga sangat menikmati makanannya tanpa memperdulikan kedua temannya yang asik menggibah.

"Permisi kak." Sapa salah satu adik kelas.

"Iya kenapa."

"Ini ada surat."

"Dari siapa dek." Tanya Kanaya lembut.

"Emm anu kak, mendingan kakak bacu dulu suratnya siapa tau ada nama pengirim."

"Ok makasih ya."

Kanaya yang begitu penasaran pun segera membuka isi suratnya, bila dan Neneng juga ikut melihat karena penasarannya.

"Dari siapa sih nay."

"Mana aku tau baru juga kebukak."

'Dear Kanaya salsabila '

            Mungkin memang aku terlalu pengecut untuk mengungkapkan secara langsung, tapi yang namanya hati pasti akan ada dua kemungkinan. Jika bukan terluka karena penolakan ya bahagia karena kamu menerimanya. Melalui kertas perantara ini aku ingin mengungkapkan seluruh isi hati aku, aku mencintaimu Kanaya Salsabila."

"Bwahahahahaha masih ada ternyata yang modelan begini gimana nay."

"Pyufffh aku pengen ketawa tapi sayang juga dia." Kanaya berusaha agar tidak menertawakan si empunya surat ini.

"Nay itu dia ada di pojokan." Tunjuk Neneng pada pojokan meja kantin.

"Oiya itu si topan nay, pasti deg degan itu anak." Kanaya tidak tau harus bicara apa namun dia berusaha untuk memberikan pengertian pada topan.

"Mau kemana nay."

"Kalian berdua di sini aja, aku mau bicara sama topan."

Kanaya menghampiri mejanya topan, terlihat jika dia begitu gugup dan berkeringat dingin. Memang ini kesalahan konyolnya karena sudah menyukai seorang siswi populer seperti Kanaya. Topan menyadari kesalahannya tapi yang namanya hati dia tidak bisa mengelak.

"Boleh aku duduk." Topan tercengang melihat kedatangan Kanaya.

"Em silahkan."

"Apa kakak yang bernama topan." Topan mengangguk.

"Apa kamu sudah menerima surat dariku."

"Huff sudah kak, apa harus dengan cara menunduk kakak mengajakku bicara." Tanya Kanaya lembut.

Perlahan topan mengangkat kepalanya agar bisa melihat Kanaya. Dia terpana untuk kesekian kalinya wajah Kanaya benar benar menghipnotis dirinya.

"Sebelumnya aku mintak maaf, kakak jangan sakit hati atau apapun. Aku tidak pernah terlibat dengan hal yang mengatasnamakan cinta kak, aku tidak ingin memilki itu semua aku harap kak topan bisa memahaminya."

"Aku mengerti dimana letak kesalahanku, maaf jika pernyataan dariku membuat kamu tidak nyaman."

"Iya gak apa apa kak, maaf sekali lagi aku benar-benar tidak bisa kak."

Topan berusaha tersenyum walaupun hatinya begitu sakit dan kecewa. Ternyata rumor tentang Kanaya benar adanya, dia terlalu gegabah untuk menyatakan perasaan konyolnya pada Kanaya. Topan sangat malu pada dirinya dia sangat bodoh karena tidak berpikiran panjang.

"Hei melamun aja ke warung buk Fatimah yok." Glen yang sedang melamun di kejutkan dengan kedatangan Sadewo.

"Bentar lagi aku masih piket."

"Bilang aja Nanggung, pasti lagi nunggu neng Naya pulang lewat sini kan hayo ngaku kamu."

"Udah sana jangan ganggu saya wo." Sadewo meninggalkan Glen dan kembali masuk ke dalam kantor.

"Udah jam segini kenapa belum pulang itu anak." Glen sibuk melihat jam di pergelangan tangannya.

Lima menit mondar-mandir ternyata yang di tunggu tunggu telah muncul, Kanaya melewati Glen yang sedang tersenyum padanya. Dia sampai heran melihat kelakuan tentara yang satu ini, setiap melihatnya pasti selalu menebar senyuman.

"Dasar aneh." Ujarnya merasa aneh sendiri.

Glen baru bisa tenang setelah Kanaya melewati nya, namun pikirannya kembali kacau saat melihat arah motor Kanaya seperti akan singgah ke warteg yang biasa mereka tongkrongi. Dengan terburu buru Glen mengambil motornya dan segera mengejar laju motornya Kanaya.

"Berabe kalau Sadewo sampai menggoda Kanaya." Olehnya di perjalanan.

Begitu sampai Kanaya selalu di sambut ramah sama pemilik warung. Setiap pulang sekolah dia selalu membelik gorengan di warteg tersebut. Sadewo dan Bagas langsung menoleh saat melihat Kanaya juga berada di tempat yang sama.

Baru ingin menyapa Sadewo di kejutkan dengan kedatangan Glen yang tiba-tiba. Raut wajahnya langsung lemas karena si pawang telah tiba, pasti Glen akan memplototi nya jika sampai berani menggoda Kanaya.

"Buk seperti biasa." Ujar Glen.

Kanaya melihat Glen dengan bertanya tanya, semenjak kapan Glen sampai di warteg ini. Dia sampai bingung sendiri melihat kejadian aneh hari ini. Saat di sekolah ada yang menyatakan cinta melalui surat, dan sekarang kelakuan aneh dari si Tentara ini juga membuatnya pusing.

#Pending bentar ya guys😬 author ngantuk, besok lanjut lagi. Sengaja up dikit biar yang nunggu gak bengek😁😁✌️

Makasih yang udah mau mampir🥰😘

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!