Sehabis makan Glen dan Sadewo masih menikmati kopi terlebih dulu sebelum kembali berkeliling. Mereka juga tidak sadar jika sedari tadi banyak gadis yang mencuri curi pandang ke arah mereka. Glen asik dengan ponselnya sampai tidak sadar dengan keadaan sekitar.
"Eh ada neng Naya mau belik apa neng."
"Emm gorengannya masih ada buk." Tanya Naya lembut.
Sadewo terkesima melihat wajah natural Naya secara dekat seperti sekarang, bahkan dia sampai lupa untuk memberi tau Glen. Kawannya masih sibuk dengan ponselnya Glen tidak nggeh sama sekali dengan keberadaan Naya di sana.
"Masih neng mau berapa."
"Sepuluh aja ya buk." Ujar Naya tersenyum, dia juga tersenyum kepada Sadewo yang masih memperhatikan nya.
"Ini neng." Kanaya mengambil pesanannya dan kembali menaiki motornya untuk pulang.
"Cantik bener tu gadis." Ucap Sadewo tanpa sadar.
"Itu namanya neng Kanaya, dia bunga desa di sini anak pak kades juga." Jelas ibuk warung.
"Glen hei asik sama ponsel Mulu, padahal tadi dia ada kesini aduh kamu asik sendiri." Glen mengeryit heran.
"Siapa wo."
"Kanaya cewek incaranmu itu." Glen langsung melotot dan menabok lengannya Sadewo .
"Tau dari mana kamu nama dia." Tanya Glen tak suka.
"Sensi amat, ibuk warung noh yang kasih tau."
"Cabut wo buruan." Dengan tergesa gesa mereka menghabiskan kopi dan meninggalkan warteg tersebut.
Glen membawa motornya dengan begitu cepat namun Kanaya juga masih tidak terlihat, dengan kesal dia menghentikan motornya dan mereka duduk di bawah pohon.
"Bilang apa aja buk warteg tadi."
"Gadis itu bunga desa di sini, anak pak kades jugak." Glen tersenyum simpul.
"Kenapa senyum begitu, mau nekad kerumah pak kades kamu. " Dengan semangat empat lima Glen kembali menaiki motornya dan langsung menuju rumah pak kades.
"Wo tau rumah pak kades gak."
"Tanya aja di warung depan."
"permisi pak, apa rumah kades masih jauh." Tanya Glen hati hati.
"Waduh udah lewat, rumahnya di persimpangan sana mas."
"Terimakasih pak."
"Iya sama sama atuh."
Warga di sana menatap kagum kepada Glen yang terlihat sangat sopan dan begitu berwibawa apalagi dia juga memakai seragam TNI nya.
"Kasep betul mereka berdua, tapi yang satunya lagi saya baru liat."
"Iya kang, mungkin baru pindah."
"Yang satu lagi Babin kampung sebelah."
"Iya namanya Sadewo."
"Yasudah saya permisi dulu mau lanjut ke ladang."
"Iya kang silahkan."
Dengan berbagai macam upaya Glen dan Sadewo akhirnya sampai di rumah pak kades, tidak ada alasan untuk mereka tidak boleh berkunjung. Karena selain ingin bersilaturahmi Glen juga mempunyai maksud tersendiri.
Tok tok tok. .
"Assalamualaikum." Glen memberi salam dengan sopan.
Sadewo hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Glen yang tidak mudah menyerah, pintu terbuka dari dalam. Glen dan Sadewo langsung terpana melihat siapa yang membukakan pintu untuk mereka.
"Waalaikumsalam, carik siapa pak." Tanya Kanaya dengan sopan.
"Emm apa betul ini rumah pak kades."
"Iya betul, ada perlu apa biar saya panggilkan bapak."
"Kita hanya bersilaturahmi kebetulan saya baru di desa ini, apa kita boleh masuk." Kanaya menepuk keningnya dan tertawa geli.
"Iya silahkan maaf saya lupa hehe. Duduk aja dulu pak biar saya panggilkan bapak dulu."
"Iya terimakasih." Glen sangat pandai dalam menyembunyikan perasaannya.
Walaupun jatungnya terasa ingin meledak, namun akal sehatnya masih bisa dia kontrol dengan baik. Kanaya juga tidak begitu perduli dengan mereka dia hanya melayani mereka sebagai tamu dari bapaknya.
Tidak pernah terbesit dalam pikirannya untuk mengagumi mereka seperti gadis gadis desa lainnya. Siapapun yang bertamu kerumahnya selalu ia sambut dengan baik dan ramah.
Pak kades tersenyum melihat kehadiran Sadewo dan Glen, dia langsung bergabung dengan mereka dan menyuruh Kanaya untuk membuatkan kopi untuk mereka bertiga.
"Sudah lama."
"Tidak pak baru saja." Jawab Glen.
"Apa ada hal yang ingin di bicarakan."
"Begini pak, teman saya ini bernama Glen dia baru saja di pindahkan ke desa Minggu yang lalu." Sadewo yang menjawab.
"Perkenalkan pak saya Glen Fredly."
"Iya iya, apa nak Glen dan nak Dewo betah di desa ini."
"Untuk saat ini Alhamdulillah kita betah kok pak, semoga bisa saling membantu ya pak. Saya juga baru dan belum seberapa tau seluk beluk desa ini."
Obrolan mereka terhenti saat Naya menghampiri mereka untuk membawakan kopi dan juga beberapa cemilan. Dengan sebisa mungkin Glen mengontrol hatinya agar tidak terbawa suasana.
"Silahkan pak di minum kopinya." Ujar Kanaya dengan tersenyum.
"Terima kasih." Balas Glen dengan tersenyum yang sama.
Kanaya pun kembali ke dapur untuk melanjutkan tugasnya yang sedang membuatkan beberapa cake yang akan mengisi toplesnya yang kosong. Karena tidak jadi kerumah temannya untuk ngerujak akhirnya Kanaya mengisi kekosongan waktunya untuk membuatkan cake.
Ibunya sedang tidak enak badan dan masih beristirahat di kamarnya, Kanaya kembali mengisi cake ke dalam oven. Namun pikirannya melayang ke wajah tampan Glen yang baru saja di temuinya, Hati kecilnya bergetar tak karuan.
Ada rasa yang tidak biasa yang dia rasakan saat ini, Kanaya tidak bisa menafsirkannya karena pengalamannya tentang cinta sangatlah minim.
"Jantung aku kenapa ya, aduh kenapa aku jadi keingat pak loreng tadi. Sadar Naya kamu masih kecil mereka udah tuwir jangan Ngadi Ngadi." Kanaya berusaha meyakinkan pikirannya.
"Sedang apa kamu nak."
"Eh ibuk. Ini Naya lagi buatin cake ibu kenapa bangun."
"Ibuk pengen minum wedang jahe, rasanya ibu meriang. Kamu buatin ya nak ibuk tunggu di kamar."
"Iya buk, Naya buatin sekarang."
Setelah mengantarkan minuman milik ibunya, Naya kembali mengisi toplesnya dan berniat masuk ke kamar. Bisa dia rasakan jika salah satu dari tentara tersebut sedang ada yang memperhatikan nya.
Kanaya jadi risih dan tidak nyaman apalagi saat ini dia begitu kucel karena belum mandi. Dia tidak perduli dan kembali masuk ke kamarnya untuk segera mandi dan beristirahat.
"Kalau begitu kita pamit pak kades, terima kasih untuk waktunya." Ucap Glen.
"Iya sama-sama, ingat jangan sungkan untuk kerumah semoga kalian betah ya di desa kami."
Glen dan Sadewo menaiki motor mereka dan meninggalkan perkarangan rumah pak kades, Glen begitu senang dan berbunga-bunga, ternyata gadis incarannya adalah seorang anak dari kades di desa ini.
Dia jadi lebih banyak mempunyai kesempatan untuk berkunjung, dan melihat gadis tersebut. Ternyata semesta masih mendukungnya Glen sangat bahagia dan gembira, Sadewo yang melihat kelakuan Glen jadi kesal sendiri.
"Senang sih boleh Bawak motornya yang bener, saya masih pengen hidup dan masih ingin mencari pasangan hidup." Kesal Sadewo.
"Hehehe gak tau orang lagi kasmaran aja kamu wo."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Abi Dharma
Si Thor pasti sangat kreatif untuk bisa membuat jalan cerita seru sedemikian rupa!
2023-09-29
0