Kerja bakti.

Setiap tempat tentu mempunyai ciri khas dan kebiasaan masing-masing, seperti pada Minggu pagi ini. Seluruh warga sedang bergotong royong bersama untuk membersihkan desa mereka. Pagi yang masih begitu sejuk tidak membuat mereka kedinginan ataupun mengeluh dan bermalas-malasan di atas tempat tidur.

Orang orang di desa ini sangat menyukai kebersihan dan kedamaian, desa yang masih begitu asri selalu mereka jaga dengan baik. Bukan hanya orang tua saja anak remaja juga ikut meramaikan kegiatan pagi itu, termasuk yang perempuan.

Hanya saja anak gadis ditugaskan untuk membuat segala cemilan dan juga menyajikan minuman segar untuk warga. Glen benar benar salut melihat kekompakan warga di sini semuanya begitu semangat dan aktif menyelesaikan tugas mereka.

"Wo ini kegiatan rutin mingguan ya." Glen masih penasaran.

"Iya, jadi warga di sini setiap Minggu pasti melakukan kerja bakti."

"Pantesan selokan aja pada bersih sungai juga jernih. Betah kayaknya saya di sini apalagi ada ehem ehem hehe."

"Jangan kebanyakan ngayal ayok kita ikutan jugak, gak malu sama yg udah ubanan." Glen hanya nyengir dan mengikuti langkah Sadewo.

Kanaya dan bersama teman temannya yang lain juga sibuk membuatkan berbagai macam hidangan. Tentunya dengan porsi yang banyak karena seluruh warga turut hadir, mereka dengan suka cita menanti Minggu pagi.

Karena selain bekerja mereka juga bisa mendapatkan hidangan gratis dari kepala desa. Banyak hidangan yang tersaji untuk mereka nikmati, kebiasaan orang-orang di desa memang sangat sederhana.

"Naya kamu liat deh pak loreng yang sebelah situ, ganteng banget Masha Allah ciptaan tuhan satu ini." Ujar Neneng saat melihat Glen.

"Lah lalu ciptaan tuhan yang lain gak ganteng." Ledek Naya.

"Bukan gitu ih, tapi itu beda loh. Di desa kita belum ada yang tampangnya begitu ya kan."

"Alah si Neneng bukannya kerja malah cuci mata, liat siapa sih neng." Tanya bila.

"Bil kebetulan nongol, noh yang dekat pohon asam ganteng kan."

"Wah parah neng. Ganteng banget baru liat aku Naya bilang Ama pak kades suruh mintak nomornya." Kanaya memplototi kawannya dengan kesal."

Dasar mata cabe cabean Neneng minumnya udah selesai belum, bentar lagi waktunya warga rehat."

"Nay kamu gak kecantol. Ganteng beneran ini masak iya kamu gak tertarik."

"Ya ampun kalian pada bicara apa sih, udah ya jangan obrolin yang gak penting dulu mending kerjain ini dulu oke."

"Iyaiya yaelah nay gak asik kamu."

"Wush, liat noh pada ngeliatin kita. Kasian juga mereka masih megang tugas masing-masing." Neneng dan bila hanya nyengir melihat gadis lain yang menatap kesal kepada mereka.

"Hehhe maaf semuanya biasa lagi iseng aja." Neneng dan bila saling senggol dan menyalahkan.

Kanaya hanya geleng-geleng kepala melihat aksi kedua temannya yang tidak tau tempat, sebenarnya kanaya juga membenarkan perkataan teman temannya hanya saja dia begitu pandai menyembunyikannya.

"Uhhh lelah juga ternyata, segar minumannya pasti buatin gadis gadis di sana." Mendengar ucapan Sadewo Glen langsung mencari keberadaan Kanaya.

"Kira kira anak pak kades ada gak ya."

"Itu yang di pojokan lagi makan puding."

"Oiya, adem rasanya cantiknya natural ya gak." Glen tersenyum melihat kehadiran Kanaya.

"Wah pak loreng liatin kita Naya, aduh mimpi apa semalam." Neneng jadi sibuk sendiri.

"Aduh jangan gitu neng entar puding ku jadi tumpah." Neneng jadi salah tingkah sendiri melihat kehadiran Glen dan Sadewo.

"Maaf nay, lagian senyumnya bikin aku meleleh bila kemana ya."

"Gak tau." Kanaya masih menikmati pudingnya sambil bermain ponsel.

"Ekhem permisi." Glen dan Sadewo menoleh kesamping.

Sejenak bila terpaku melihat ketampanan Glen yang berhasil membuatnya terdiam dan terpesona.

"Iya ada ya." Tanya Sadewo.

"Emm eh ini maaf pak, ini ada sedikit cemilan sama minuman." Ujar bila dengan gugup.

"Terimakasih." Balas Sadewo.

Bila sedikit kecewa karena bukan Glen yang menerima pemberiannya. Dengan lesu dia pun kembali menemui teman temannya padahal tidak mudah untuk melakukan senekad tadi. Hanya saja bila kekeh karena ingin melihat Glen secara dekat agar rasa penasaran nya jadi berkurang.

"Bener bener kamu ya bil, di cariin ternyata malah caper ke pak loreng." Amuk Neneng dengan kesal.

"Apa sih neng aku di suruh sama buk Imah loh."

"Alesan kamu mah, jangan Bawak Bawak buk Imah eh ganteng kan yang satu itu."

"Dingin." Kening Neneng jadi berkerut.

"Loh kan lagi panas kok tiba-tiba dingin." Bila memutar malas bola matanya, sedangkan Kanaya sudah menahan tawa sedari tadi.

"Dasar oon. Ganteng sih iya tapi slow respon Neneng markoneng ngomongnya irit banget kan jadi males aku."

"Oh biar aja lah orang ganteng memang begitu kali hehe."

Sadewo masih menikmati cemilan yang bila kasih, sedangkan Glen sesekali mencuri curi pandang ke arah Kanaya. Kanaya benar benar berbeda dari gadis lainnya pembawaannya selalu tenang dan santai.

Hari juga semakin sore Kanaya dan yang lainnya sudah bersiap untuk pulang. Kali ini Kanaya tidak membawa motor dia pulang dengan berjalan kaki.

Neneng dan bila sudah pulang terlebih dulu karena jalan rumah mereka searah. Kanaya berjalan santai sendirian tanpa menyadari kehadiran Glen di belakangnya.

"Ekhem."

"Astaghfirullah." Ucap Kanya terkejut dan menoleh kebelakang.

"Hehe maaf kalau ngagetin." Glen merasa kikuk dan menggaruk tengkuknya.

"Huuf. Iya pak gak papa ada apa ya." Tanya Kanaya bingung melihat kehadiran Glen di belakang.

"Emm kenapa sendiri."

"Jalan pulangnya beda pak jadi saya cuma sendiri hehe." Jelas Kanaya dan tersenyum kikuk.

"Bapak kenapa bisa ada di sini ya, perasaan tadi saya beloknya sendiri." Pertanyaan Kanaya berhasil membuat bingung untuk menjawab.

"Em saya lagi carik teman saya, kebetulan tadi dia masih di sekitaran sini."

"Oh iya pak." Jawabnya singkat.

"Bisa tidak jangan memanggil saya dengan sebutan bapak, emang saya kelihatan setua itu." Kanaya semakin bingung dengan laki laki yang ada di hadapannya.

'Tapi kata si bila dia ini irit bicara, sama aku kok cerewet gini ya.' Ucap Kanaya dalam hati.

"Kan bapak ini memang udah tua, jadi manggil apa dong." Glen melotot mendengar kalimat spontan dari Kanaya.

"Mas, atau Abang juga boleh." Ucapnya tersenyum.

"Hahaha maaf pak agak kaku lidah saya." Kanaya benar benar tidak habis pikir dengan tentara yang satu ini.

"Apa ada yang lucu."

"Maaf ya pak saya udah nyampe, makasih udah di ajakin ngobrol. Sampek gak sadar kalau udah nyampek rumah permisi ya pak." Kanaya tidak memperdulikan Glen lagi karena badannya sudah lengket ingin segera di sentuh air.

Glen masih cengo melihat Kanaya yang masuk kerumahnya tanpa menjawab pertanyaan darinya. Namun hatinya sedikit berbunga karena bisa mengobrol dengannya walaupun hanya sebentar.

"Andai waktu bisa aku hentikan, tapi sayang waktu tidak bisa di ajak untuk kompromi."

Terpopuler

Comments

indah 110

indah 110

Baper deh!

2023-09-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!