CINTA PEDAGANG BAKSO
Di sebuah pasar tradisional yang ramai di sudut kota kecil yang sibuk, matahari pagi bersinar terang, menciptakan bayangan riuh di antara deretan gerai yang berjejer. Teriakan penjual dan tawaran pelanggan menciptakan latar belakang yang hidup dan bersemangat. Di antara semua gangguan ini, ada satu gerobak bakso kecil yang mencuri perhatian banyak orang.
Gerobak itu milik Maya, seorang wanita berusia 27 tahun yang memiliki tekad dan semangat yang besar. Dia berdiri di belakang gerobak itu dengan ramah, menyapa pelanggannya dengan senyuman tulusnya yang selalu menarik perhatian. Maya adalah penjual bakso lokal yang bekerja keras dan menghadirkan bakso terbaik di kota ini.
Meskipun cuaca panas, Maya terlihat sejuk dalam seragamnya yang sederhana, rambutnya diikat rapi. Dia tahu bagaimana menjaga tampilan dan warungnya tetap bersih dan menarik bagi pelanggan. Setiap gerakan Maya diikuti oleh keterampilan yang terampil dalam meracik bakso.
Hari itu adalah hari yang tampak seperti hari biasa bagi Maya. Dia terus mengambil pesanan pelanggan, menuangkan kuah panas ke mangkuk, dan mengatur bakso dengan teliti. Namun, saat dia menoleh ke arah yang berlawanan dari biasanya, dia malah bertemu dengan seseorang yang tidak biasa.
Seorang pria muda berpakaian rapi dengan rambut cokelat yang rapi berjalan mendekat. Rian, berusia 30 tahun, adalah seorang pengusaha sukses di kota itu. Wajahnya yang tampan dan berpakaian modis segera mencuri perhatian semua orang di sekitarnya. Namun, itu tidak ditampilkan yang menarik perhatian Maya. Itu adalah cara dia melihatnya, seolah-olah dia adalah satu-satunya orang di dunia.
Rian mendekati gerobak bakso Maya dan tersenyum lembut. "Satu porsi bakso, tolong."
Maya tersenyum ramah sambil memperhatikan pesanan Rian. "Tentu saja, Pak. Satu porsi bakso khusus datang untuk Anda."
Saat Rian menunggu bakso khususnya, dia mencuri pandang ke sekitarnya, mencoba mencari tahu lebih banyak tentang penjual bakso ini yang membuat jantungnya berdebar kencang. Saat bakso siap, Maya menyerahkan mangkuk hangat kepadanya, diiringi senyuman tulusnya.
Rian membayar dengan uang pas, tapi kemudian memberikan uang lebih banyak kepada Maya. "Ini untuk bakso yang enak dan percakapan yang menyenangkan," katanya dengan tulus.
Maya tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Dia tidak pernah bertemu dengan pelanggan seperti Rian sebelumnya. Ada kilatan aneh di mata mereka, seolah-olah mereka telah menemukan sesuatu yang berharga di antara gangguan pasar.
“Nama saya Rian,” kata pria itu, memperkenalkan diri.
"Maya," jawab Maya dengan lembut. “Terima kasih atas kunjungannya Pak Rian.”
Mereka berbicara sebentar lagi, saling bertukar cerita tentang kehidupan mereka. Rian mendengarkan dengan penuh perhatian ketika Maya menceritakan tentang perjuangannya membuka warung bakso ini dan bagaimana dia mewarisi keluarganya.
Rian juga menceritakan sedikit tentang bisnisnya dan perjalanannya menuju kesuksesan. Maya sangat terkesan dengan pengetahuan dan kecerdasan bisnis Rian.
Saat Rian berpamitan untuk pergi, mereka bertukar senyuman lagi, dan kilatan aneh di mata mereka yang tak pernah pudar. Pertemuan pertama mereka mungkin hanya berlangsung beberapa menit, tetapi itu telah mengubah hidup mereka secara tak terduga.
Ketika Rian berjalan pergi dari gerobak bakso Maya, Maya merasa berdebar-debar dan tersenyum sendiri. Dia tidak tahu apa yang ada di depannya, tetapi dia tahu bahwa pertemuan itu adalah awal dari sesuatu yang luar biasa dalam hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments