Setelah beristirahat selama tiga jam, Arif kembali ke sekolah ditemani Dulmatin. Mengendarai motor vespa kesayangannya, Dulmatin bersiul riang mengantarkan sahabatnya Arif.
"Hati-hati masih bisa naik sendiri kan?" goda Dulmatin pada Arif yang tampak nyengir kesakitan saat memakai helm.
"Wasyeem, aku masih bisa jalan Dul! Yang sakit kepalaku bukan kaki!"
"Eh ya kali aja saking pusingnya sampai naik motor aja nggak bisa!"
"Udah, buruan berangkat keburu malem nanti!"
"Obat sudah diminum Rif, jangan lupa nanti pingsan di sekolah kan aku juga yang repot!" Dul mengingatkan sebelum ia melajukan motornya.
"Udah! Wes tenang aja, udah enakan badanku! Jalan, Dul! Keburu malam!"
"Siap pak Guru, cepengan nggih mundak dawah teng dalan!" (Pegangan ya takut jatuh dijalan)
Arif bersungut-sungut mendengarnya dan itu membuat Dulmatin terkekeh. Berbekal sekotak martabak asin dan roti bakar coklat keju –sebagai amunisi lembur– keduanya meluncur ke sekolah. Pak Broto dan Pak Salim menyambut kedatangan Arif.
Jam pelajaran telah usai dan para siswa juga hampir seluruhnya pulang. Menyisakan beberapa siswa yang melaksanakan piket harian dan juga petugas OSIS yang sedang melakukan rapat kecil di ruangannya.
"Sore pak Arif, lho kok malah ke sekolah lagi! Apa sudah enakan?" Pak Salim, penjaga sekolah yang kurus ceking itu menyapa saat Dulmatin memarkirkan motornya.
"Anggap aja udah pak, cuma luka kecil. Lagipula ada urusan penting. Tugas negara!" jawab Arif dengan senyuman lebar.
"Ckckck, hebat! Pak Arif ini guru teladan tenan lho!" Pak Salim menggelengkan kepala, salut dengan semangat Arif.
"Ah, bapak berlebihan! Ohya guru-guru sudah pada pulang pak?"
"Belum semua pak, masih ada yang rapat sama pak Rus!"
"Oke deh kalau gitu, saya masuk dulu pak!" Arif menunggu Dulmatin yang sedang menyisir rambut ikalnya. "Udah cakep! Buruan, bro! Banyak kerjaan nih!"
Dulmatin berdecak kesal, menyelipkan sisir ke balik saku celana jeansnya. "Bawel! Usaha ini, siapa tahu ada Bu guru cantik kesengsem sama aku atau muridmu yang kelas dua belas naksir kan lumayan bro, sambil menyelam minum es degan!"
"Es degan gundulmu Dul, yang ada kamu dikira pedofil kalo macarin anak dibawah umur! Wes ayo, masuk!"
Pak Salim terkekeh geli melihat duo sahabat yang selalu saja bertengkar setiap kali datang ke sekolah bersama. Arif dan Dulmatin menyusuri koridor sekolah menuju ruangan khusus IT yang bersebelahan dengan ruang OSIS.
Dulmatin merapikan rambutnya dan sesekali menggoda siswa perempuan yang masih duduk menunggu jemputan. Arif hanya bisa mengelus dada melihat tingkah sahabatnya itu.
"Waduh, kok dikunci ini ruangan?"
"Kenapa Rif?"
"Kamu tunggu disini, aku mau ke ruang guru ambil kunci. Inget nggak usah tepe tepe sama muridku! Awas kalau sampai ada yang nangis tak babat anumu!" Arif mengultimatum seraya berlalu meninggalkan Dulmatin yang refleks memegang bagian pusat sensasi tubuhnya.
"Semprul! Guru gableg, mosok usaha cari jodoh sedikit aja nggak boleh! Untung temen kalo nggak wes tak, heh!"
Suara Dulmatin rupanya didengar oleh tiga siswa perempuan yang langsung terkikik geli melihat tingkah Dulmatin.
"Mas, kenapa di pegangin? Takut terbang?"
"Eh, kalian ngapain liat-liat! Huuush sana balik!"
Tiga siswa yang masih cekikikan itu berjalan menjauhi Dulmatin, salah seorang diantaranya berkata.
"Hati-hati mas Dul, kalo sore suka ada setan nyasar yang suka nyariin cowok ganteng!"
"Hush, mulutmu itu lho sembarangan kalo ngomong! Setan-setan, setan itu nek dibeset yo isine ketan! Alias lemper!"
"Iya lemper, lemper yang bisa loncat-loncat alias pocong hahahaha!"
Ketiga siswi itu kompak menggoda Dulmatin yang wajahnya kini memerah karena malu sekaligus gemas.
"Anak jaman sekarang, hobi nya ngerjain orang tua! Awas nanti pocongnya datengin kalian lho!" serunya pada ketiga siswa yang masih cekikikan mengejeknya.
Suasana mendadak terasa mencekam bagi Dulmatin. Ruang OSIS hanya menyisakan lima anak dan mereka bersiap pulang. Kelimanya menyapa Dulmatin dan berpamitan. Tinggallah sahabat Arif itu sendiri menatap lapangan kosong di senja hari.
"Waduh kok sepi begini, jangan-jangan omongan anak-anak tadi beneran Yo!" Dulmatin celingukan melihat situasi.
Sunyi dan lengang, "Duh Gusti, mulut pake acara ngawur tadi. Semoga tidak ada adegan lompat melompat deh, serem juga bayangin lemper putih muka item!"
Dulmatin menarik kerah jaketnya, kesunyian sekolah menciptakan suasana horor baginya. Ia mengedarkan pandangan ke sekitar.
Di ujung koridor terdapat toilet yang terasa menyeramkan saat Dulmatin mengamatinya. Antara sadar dan tidak ekor mata Dulmatin menangkap bayangan hitam sedang mengintip dari balik tembok toilet.
"Duh, kok serem ya! Perasaan kemarin waktu kesini biasa aja deh, apa karena efek cerita si Arif sama tiga anak tadi ya?"
Tubuhnya merespon rasa takut, bulu kuduknya merinding. Tapi bukan Dulmatin namanya jika ia tidak penasaran. Dulmatin berjalan perlahan memastikan matanya tidak salah lihat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Ali B.U
next.
2024-02-20
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Dulmatin bikin ngakak aja nih 🤣🤣🤣
2023-10-09
2
Isnaaja
awas nanti bekelnya diminta mayang.👻👻
2023-09-23
2