Namaku, Mayang …,
Kalimat itu terus terngiang di telinga guru muda berkaca mata yang kini terdiam mematung. Arif berpikir keras.
"Mayang? Tidak ada nama itu dalam daftar absen anak kelas sepuluh dan sebelas."
Arif berulang kali memeriksa daftar absensi siswa nya tapi ia tidak menemukan satupun nama yang merujuk pada nama Mayang.
"Masa iya dia hantu? Di pagi hari begini? Nggak mungkin kan? Tapi … Bu Yati bilang tidak ada murid pindahan atau murid baru."
Arif meraba tengkuknya, merasakan kengerian yang disebabkan sosok murid bernama Mayang. Ia mencoba mengingat kejadian pagi tadi. Pak Broto, satpam tua berkumis lebat itu juga tidak melihat sosok Mayang. Hanya Arif saja yang melihatnya.
"Tunggu seragamnya bukan seragam sekolah sekarang, seragam Mayang sedikit berbeda."
Guru muda itu menarik nafas panjang, berjalan mendekati jendela tempat Mayang berdiri. Matanya menatap lurus ke depan memposisikan diri sebagai Mayang.
"Apa yang dilihatnya dari sini? Rumah, atau mungkin sesuatu?"
Tatapan Arif beralih pada gardu satpam dimana pak Broto dan Pak Salim sedang mengobrol. Satpam berkumis tebal, pak Broto melambaikan tangan padanya dari bawah sana. Arif membalas dengan senyuman dan mengacungkan ibu jari.
Ia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan laboratorium yang kini kembali sunyi. Jam pelajaran lab Biologi telah usai, menyisakan tumpukan sampah tanaman lumut di pojok ruangan. Arif membersihkan sisa-sisa sampah tisu dan tanaman yang tercecer.
Arif menguatkan diri, sejujurnya ia takut berada sendirian di ruangan lab ini. Terlalu sunyi dan terlalu menyeramkan. Letak ruangan lab yang berada di paling ujung koridor, membuat Arif harus berjalan cukup lama melewati beberapa ruangan lab lain yang seringkali kosong. Apalagi saat ia harus melewati ruangan arsip --bahasa keren dari gudang menurut Bu Yati.
Setiap kali melewati gudang, bulu kuduk Arif meremang. Ia bisa merasakan aura yang begitu gelap merembes dari balik pintu. Gembok besar berkarat menandakan ruangan itu tak pernah dibuka selama beberapa tahun terakhir.
Alarm di ponselnya berbunyi, mengingatkan Arif pada janjinya membantu Bu Yati membuat pengajuan bantuan sekolah. Ia bergegas merapikan buku dan mengembalikan beberapa alat praktek yang sudah dibersihkan dan dibilas dengan cairan pembersih.
Suara aneh terdengar dari sudut ruangan begitu nyaring dan mengagetkan. Decitan hewan terdengar dari arah lemari penyimpanan alat praktek diikuti suara benda bergeser pelan.
Arif mendekat dengan ragu, "Semoga cuma tikus atau semacamnya."
Tangannya gemetar saat hendak menyentuh handle lemari, jantung Arif nyaris saja keluar dari rongga dada begitu pintu lemari terbuka.
Tidak ada apa-apa disana, lalu darimana suara itu?
Arif memeriksa tiap rak dalam lemari, tidak ada yang aneh. Ia memeriksa jas lab siswa yang digantung rapi. Memastikan tak ada hewan pengerat yang bersembunyi. Disinfektan khusus disemprotkan ke arah jas-jas lab yang bergantung berderet.
Ia berjongkok untuk memeriksa bagian bawah lemari, kembali menyemprotkan cairan disinfektan. Menunggunya sesaat.
"Syukurlah tidak ada apapun, hanya perasaanku saja."
Arif merutuki dirinya yang terlahir sebagai penakut. Bahkan di usianya sekarang ini Arif tetap saja tidak bisa mengendalikan rasa takutnya itu. Ia mengunci lemari dan meletakkan botol disinfektan disisi kiri.
Baru melangkah sebentar, botol itu jatuh membentur lantai keramik dengan keras. Arif sampai terkejut karena begitu kerasnya. Disusul pintu lemari yang membuka perlahan.
Mata Arif semakin membola mendapati mata yang mengintip dari balik lemari. Sosok seram dengan kulit penuh luka, dan mengelupas. Mata itu menatap Arif nyalang, perlahan tapi pasti, sosok itu keluar dari dalam lemari. Merangkak dan terus menatapnya, sebelah matanya terlihat tidak simetris seperti terkena benturan keras.
Arif tercekat, suaranya mendadak hilang. Ia berjalan mundur tapi kakinya terlalu berat untuk melangkah. Sosok itu terus mendekat dan mendekat hingga akhirnya tubuh Arif membentur meja.
Sebut namaku …,
Suara serak dan parau terdengar tepat ditelinga Arif. Sentuhan tangan kasar dan dingin dirasakan Arif menyentuh leher bagian belakang.
Sebut namaku …,
Arif melirik ke samping, tubuhnya kaku tak bisa bergerak, lehernya terasa berat sekali. Sesuatu sedang bercokol disana. Arif tak tahu apa yang terjadi padanya. Di belakang tubuh guru muda itu ada sosok wanita seram berpakaian seragam yang kini tengah merangkulnya dari belakang.
Sosok itu terlihat jelas di cermin, memiringkan kepalanya sambil kembali berbisik dengan seringai menakutkan.
Sebut namaku!
Bau busuk bercampur aroma dupa menyakiti hidung Arif, dan sayangnya ia tak bisa berbuat apapun selain berteriak,
Aaaaargh!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
🥰Siti Hindun
mampir aku kak👻
2024-04-27
0
Ali B.U
sampai pingsan gak tuh
2024-02-20
1
Siti H
thor.. arif ayangku itu pemberani, lho..
dia gak takut ma seetan, orang mereka temenan-katanya🤣
2023-10-10
3