Hanna tahu jika kedua pria asing itu sedang meragukan ucapannya, sehingga ia kembali berucap :
"Percaya atau tidak, tapi saya adalah korban pencopetan. Hari itu saya baru pulang dari klinik menuju ke rumah dan di perjalanan saya bertemu dengan seorang ibu- ibu yang sedang terluka karena jatuh dari motornya. Saya mencoba untuk menolong ibu- ibu itu hingga beberapa saat kemudian ada orang baik hati yang mau membawa ibu itu kerumah sakit".
"Saya terlalu sibuk mengurus ibu itu hingga saya lengah dan tidak menyadari jika barang- barang bawaan saya dan juga tas saya hilang saat itu. Saya baru menyadari ketika semua orang sudah bubar dan meninggalkan saya seorang diri".
Hanna menjeda ceritanya sesaat untuk melihat reaksi dari dua pria itu.
Reza dan pak Sigit saling berpandangan, keduanya sedang mencoba mencerna ucapan Hanna.
"Jadi anda kehilangan KTP anda waktu kejadian itu?" tanya pak Sigit Kemudian.
Hanna langsung mengangguk cepat, bagaimana pun caranya ia harus bisa meyakinkan pak Sigit jika dirinya ingin secepatnya pergi dari tempat itu.
"Iya pak, dan saya sangat yakin jika gadis itu yang mengambil tas dan juga barang- barang saya" Ucap Hanna.
"Gadis itu? Siapa yang anda maksud dengan gadis itu? Apakah anda mencurigai seseorang?" Tanya pak Sigit lagi.
"Iya pak, saya curiga jika gadis yang memakai jaket jeans berwarna coklat tua itu yang telah mengambil tas saya" Ucap Hanna penuh keyakinan.
"Gadis itu ikut membantu saya menyelamatkan ibu tersebut, tapi sayangnya saya tidak menyadari saat dia mengambil tas saya. Saya baru menyadarinya ketika gadis itu sudah pergi dengan motor matic merahnya" Jelas Hanna lagi.
Hanna menjelaskan ciri- ciri Dinda pada Reza dan pak Sigit, ia yakin jika Reza pasti masih mengingat motor matic serta jaket jeans yang sering Dinda pakai.
Reza terdiam, ia sedang memikirkan ucapan Hanna.
"Gadis memakai jaket jeans berwarna coklat tua dan motor matic merah?".
Ya, Reza ingat betul motor matic yang gunakan oleh gadis itu dan ia juga ingat dengan jaket jeans yang gadis itu pakai saat kejadian itu. Jika ucapan Hanna benar, berarti tuduhannya sudah salah alamat. Reza telah salah menuduh Hanna yang teryata adalah korban dari perbuatan gadis itu juga.
"Jadi maksud lo, lo kehilangan dompet lo saat itu dan gadis itu yang mencopetnya?" Tanya Reza seolah ingin memastikan.
Hanna mengangguk cepat, ia yakin jika Reza mulai mempercayai ceritanya.
"Iya, gadis itu telah mencopet tas dan seluruh isinya" Tegas Hanna.
"Shitt,,,!" Umpat Reza dengan kesal.
Reza ingin menyangkal pembelaan Hanna dan mengatakan jika gadis itu berbohong, namun sayangnya Reza tidak bisa melakukan itu karena keterangan yang di berikan Hanna terdengar begitu meyakinkan. Bahkan ciri- ciri pencopet yang Hanna ceritakan sama persis dengan gadis yang menabrak mobilnya. Reza akhirnya menyadari jika ia telah salah menuduh.
"Sepertinya kita salah orang pak Reza" Bisik pak Sigit pada Reza.
Reza menggertakkan giginya, ia merutuki dirinya yang telah di bodohi oleh gadis pencopet itu.
"Sekarang anda sudah sadarkan jika anda salah tangkap. Saya bukanlah orang yang anda cari. Saya tidak pernah menabrak mobil anda justru saya juga merupakan korban sama seperti anda" Ucap Hanna.
Hanna sempat merasa bersalah karena secara tidak langsung telah membohongi dua pria di hadapannya, namun hatinya meyakinkan dirinya jika ia tidak sepenuhnya salah. Hanna hanya mencoba untuk melindungi dirinya sendiri dari tuduhan yang salah, toh tuduhan itu tidaklah benar dan dia bukanlah pelakunya.
Usai berkata demikian Hanna langsung berdiri, ia ingin segera pergi dari tempat tersebut sebelum dirinya kembali di tanyai oleh polisi itu.
"Terima kasih karena anda telah menemukan KTP saya dan saya turut berduka atas musibah yang menimpa anda pak Reza" Ucap Hanna penuh iba.
"Cih!" Reza berdecih kesal karena targetnya ternyata orang yang salah.
"Maafkan kami nona Hanna, kami telah salah karena menuduh anda" Ucap pak Sigit penuh sesal.
Pak Sigit merasa malu karena untuk pertama kalinya timnya salah menangkap orang.
"Tidak apa- apa pak Sigit, tapi saya minta lain kali selidiki terlebih dahulu sebelum anda menangkap seseorang karena tidak semua laporan itu benar" Sindir Hanna.
"Kalau begitu, saya permisi dulu. Saya sudah sangat terlambat untuk bekerja" Pamit Hanna.
"Maafkan kami" Ucap pak Sigit lagi.
Hanna tersenyum tipis, ia begitu lega karena bisa terbebas dari segala tuduhan. Hanna segera bergegas keluar, ia tidak ingin berlama- lama di dalam kantor tersebut karena seumur hidupnya tidak pernah terbayangkan di pikirannya akan mensinggahi tempat tersebut.
Sementara itu Reza dan pak Sigit menatap kepergian dengan perasaan yang sulit untuk di jelaskan. Jika Reza merasa kesal karena telah kalah dari gadis itu, sedangkan pak Sigit merasa malu karena telah salah menuduh seseorang yang sama sekali tidak bersalah.
Suasana hening beberapa saat, hingga tiba- tiba Reza bangkit dari tempat duduknya seraya berkata :
"Cari gadis yang memakai jaket jeans warna coklat dan mengendarai motor matic merah".
"Mau cari di mana gadis itu? Anda pikir gadis yang memakai jaket jeans coklat dan mengendarai motor matic merah cuma satu. Belasan atau bahkan mungkin ada puluhan gadis yang memakai jaket yang sama dengan motor yang sama pula" Sahut pak Sigit.
"Aku tidak mau tahu, segera temukan gadis itu dan bawa dia kehadapanku".
Selesai mengucapkan kata- kata itu, Reza langsung melangkah keluar meninggalkan pak Sigit yang masih menatapnya dari kejauhan. Pak Sigit menghela nafas panjang sembari menggeleng- gelengkan kepalanya, beliau tidak habis pikir dengan anak konglomerat itu.
"Kamu pikir gampang mencari satu orang di kota yang sebesar ini. Mau cari di mana coba gadis yang memakai jaket jeans warna coklat dan mengendarai motor matic berwarna merah? Mau di cari kelubang semutpun belum tentu bisa ketemu".
Pak Sigit terlihat frustasi memikirkan perintah yang baru saja di terima, harga dirinya seolah hancur berantakan bila sudah berhadapan dengan seorang tuan muda dari keluarga wijaya.
.
Hanna sampai di klinik setelah tiga jam di tahan di kantor polisi untuk kasus salah tangkap yang dialamatkan kepadanya. Dan pada saat Hanna masuk kedalam klinik, ia langsung di sambut dengan deretan pertanyaan dari rekan- rekan kerjanya yang tampak begitu khawatir padanya saat mengetahui Hanna di bawa oleh dua orang polisi.
Kamu sudah kembali Hanna? Apa yang terjadi? Kenapa polisi itu membawa kamu kekantor polisi? Apa yang sudah kamu lakukan, Hanna? kamu tidak terlibat dalam komplotan kriminalkan? Kamu tidak kabur dari kantor polisikan? Kamu bukan buronankan, Hanna?
Begitulah kira- kira beberapa isi dari belasan pertanyaan yang di semburkan padanya hingga membuat Hanna kebingunan serta kewalahan untuk menjawab pertanyaan itu satu per satu. Akhirnya Hanna hanya memberi jawaban jika dirinya hanya di mintai keterangan oleh polisi untuk sebuah kasus kecelakaan lalu lintas yang melibatkan sepupunya.
"Jadi mereka percaya dengan semua penjelasan kamu, Hanna?" Tanya seorang teman Hanna.
Hanna langsung mengangguk.
"Iya, mereka langsung percaya dan tidak lagi mempermasalahkan insiden itu".
"Syukurlah Hanna, kami lega mendengarnya" Ucap teman Hanna yang lain.
"Terima kasih ya teman- teman. Maaf karena aku sudah membuat kalian khawatir" Ucap Hanna.
"Kami memang sangat khawatir Hanna, terlebih pak Boby mengatakan jika kamu di paksa untuk ikut bersama bapak- bapak polisi itu".
Hanna tersenyum mendengar ucapan teman- temannya, ia tidak menduga jika teman- temannya begitu perhatian pada dirinya. Setelah bercerita panjang lebar tentang kejadian yang dialaminya kepada teman- teman, Hanna memutuskan untuk mulai bekerja kembali karena satu persatu pasien sudah mulai berdatangan.
☆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Sita Sit
si Dinda sepupu gak ada akhlak
2024-08-03
1