Setelah menunggu selama dua puluh menit, akhirnya orang yang di tunggu- tunggu datang juga. Seorang pria muda tampak masuk kedalam kantor polisi dengan menggunakan pakaian serba hitam serta tidak lupa memakai kaca mata hitam. Penampilan pria itu terlihat begitu sempurna bak seorang model yang sedang berjalan di catwalk.
"Selamat pagi pak Reza" Ucap pak Sigit saat melihat kedatangan Reza.
"Selamat pagi pak Sigit" Sahut Reza yang tanpa basa- basi langsung ikut duduk di kursi tepat di sisi kiri Hanna.
"Maaf saya terlambat. Saya harus menyelesaikan sebuah masalah terlebih dahulu" Ucap Reza.
Pak Sigit menyeringai, beliau sudah bisa menebak masalah apa yang di maksud oleh Reza karena selama ini beliau sering terlibat serta ikut menyelesaikan masalah yang di berbuat oleh anak konglomerat itu.
"Tidak apa- apa pak Reza, saya bisa memakluminya" Jawab pak Sigit.
Hanna hanya terdiam menyimak percakapan dua pria asing yang berada di hadapannya tanpa ingin menyela.
"Oh iya pak Reza, perkenalkan ini adalah nona Hanna, orang yang anda cari" Pak Sigit memperkenalkan Hanna pada Rafael.
Reza menatap Hanna dengan penuh telisik, ia sedang mengingat dan membandingkan perempuan yang menabrak mobilnya dengan perempuan yang kini berada di depannya. Reza membuka kaca mata hitamnya sambil kembali menelisik penampilan Hanna dari ujung kaki hingga ke ujung kepala dan ia merasa sangat asing dengan penampilan perempuan itu. Sekilas bentuk tubuh mereka terlihat sama namun entah mengapa Reza merasa jika mereka adalah dua orang yang berbeda.
"Bapak yakin jika cewe ini adalah orang yang saya cari?" Tanya Reza pada pak Sigit.
"Iya pak Reza, ini adalah nona Hanna Wulandari. Beliau adalah orang yang anda cari berdasarkan keterangan yang anda buat beberapa waktu yang lalu" Jelas pak Sigit.
Reza mengangguk pelan lalu kembali menatap Hanna dengan seksama.
"Namanya memang sama, tapi kok penampilannya tampak sangat berbeda" Batin Reza.
Entah mengapa Reza merasa jika gadis yang kini berada di hadapannya berbeda dengan gadis yang terlibat masalah dengannya. Namun meskipun begitu, Reza tidak bisa memastikannya karena saat itu ia sendiri tidak melihat wajah gadis yang menabrak mobilnya secara langsung.
"Hallo nona Hanna, senang rasanya bisa bertemu dengan anda kembali" Ucap Reza seraya mengulurkan tangannya.
Hanna hanya melirik Reza sekilas kemudian kembali melihat kedepan, ia tidak berminat meraih uluran tangan Reza.
"Maaf, tapi apa sebelumnya kita pernah bertemu? Karena saya merasa tidak pernah mengenal anda" Ucap Hanna kemudian.
"Hah!" Reza terpaksa menarik kembali tangannya karena tidak mendapat sambutan dari Hanna.
Ternyata gadis ini tidaklah selemah seperti dugaannya, pikir Reza.
"Jadi sekarang lo sedang berpura- pura tidak kenal sama gua? Ok. Kita lihat saja seberapa lama lo sanggup berpura- pura tidak mengenali gua" Reza menyeringai licik.
"Apa maksudnya?" Gumam Hanna tidak mengerti.
"Lo seharusnya berterima kasih sama gua karena sampai saat ini gua masih berbaik hati sama lo".
Hanna mengerutkan keningnya tanda tidak mengerti maksud dari ucapan pria asing itu.
"Kalau gua mau, gua bisa langsung menjebloskan lo ke dalam penjara saat ini juga karena lo sudah merugikan gua" Ucap Reza penuh ancaman.
"Maaf sepertinya anda salah orang, karena saya yakin jika saya tidak pernah bertemu anda sebelumnya apalagi mengenal anda. Jadi bagaimana bisa anda menunduh saya seperti itu" Sanggah Hanna.
"Kita memang tidak saling mengenal tapi kita pernah bertemu" Balas Reza.
"Tapi saya tidak ingat jika kita pernah bertemu" Bantah Hanna lagi.
"Lo masih ingin berkilah" Sergah Reza kesal.
"Coba anda katakan, dimana kita pernah bertemu? Apa anda adalah salah satu pasien yang pernah saya rawat?" Tanya Hanna.
Reza mulai kehabisan kesabarannya, ia sangat tidak suka dengan orang yang membohongi dirinya. Dan saat ini Reza merasa jika Hanna sedang berbohong padanya. Sementara itu pak Sigit hanya menyaksikan perdebatan itu tanpa ingin ikut campur, beliau mencoba mengamati Hanna untuk mengetahui lebih dalam kejujuran dari gadis itu.
"Oh, jadi lo masih berkilah ya. Baiklah, jika kamu tidak ingat maka aku akan membantumu untuk mengingatnya kembali".
Reza mengambil dompetnya dan mengeluarkan selebar kartu dari dalamnya kemudian menunjukkannya kepada Hanna.
"Ini KTP lo kan?" Tanya Reza.
Hanna terkejut saat melihat KTP- nya berada di tangan pria itu.
"Itu memang KTP ku, tapi kenapa pria itu yang memengangnya. Bukankah KTP ku di pinjam oleh Dinda".
Hanna kembali ingat kejadian beberapa minggu yang lalu saat Dinda datang kerumahnya dan meminta KTP nya untuk mengurus masalah kuliah sepupunya itu. Namun hingga saat ini Dinda belum mengembalikannya pada dirinya dan Hanna sendiri pun lupa untuk memintanya kembali pada sepupunya itu.
"Sekarang lo nggak bisa berkilah lagi karena KTP itu adalah bukti kuat. Lo memberikan KTP itu pada gua sebagai jaminan kalau lo akan mengganti semua kerugian gua karena lo telah menabrak mobil kesayangan gua" Jelas Reza.
Hanna menggigit sudut bibirnya dengan kuat, sekarang ia tahu kenapa KTP nya bisa berada di tangan pria itu dan semua itu adalah perbuatan Dinda, sepupunya. Akhirnya sekarang Hanna tahu jika orang yang ingin mereka tangkap itu adalah Dinda. Tiba- tiba saja Hanna begitu kesal saat menyadari jika sepupunya itu menggunakan nama dirinya untuk menutupi kesalahan yang telah di perbuatnya.
"Dinda! Awas kamu ya. Kamu sudah membuat aku terlibat dalam masalah ini. Tunggu saja nanti, aku akan mengadukan semua ini pada bapakmu" Umpat Hanna.
Hanna mencoba memutar otaknya untuk memikirkan sebuah ide, meskipun ia tidak tahu persis inseden yang terjadi antara sepupunya dengan pria asing ini namun ia tetap harus menemukan cara agar dapat terbebas dari tuduhan tersebut. Biar bagaimana pun Hanna tidak mungkin bertanggung jawab atas perbuatan yang tidak di lakukannya. Hingga tiba- tiba, Binggo! Akhirnya sebuah ide muncul di otaknya.
"Loh, ini kan KTP saya" Ucap Hanna sembari merebut KTP nya dari tangan Reza.
Reza yang sempat lengah terkejut saat menyadari KTP yang tadi masih berada di tangannya kini telah berpindah tangan.
"Hei!" Sentak Reza.
"Kembalikan" Reza berusaha merebut KTP itu kembali, namun sayangnya ia kalah cepat dari Hanna.
Hanna tersenyum sumbringah sambil menatap KTP- nya dengan penuh kegembiraan.
"Akhirnya aku menemukanmu" Ucap Hanna pada KTP itu.
Pak Sigit dan Reza heran mendengar ucapan Hanna.
"Aku pikir aku akan kehilanganmu untuk selamanya, tapi ternyata kamu kembali sendiri" Hanna mencium KTP itu berkali- kali.
"Dimana anda menemukan KTP saya?" Tanya Hanna pada Reza.
Reza mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Hanna.
"Gua tidak menemukannya KTP itu" Sahut Reza.
"KTP itu ada pada gua karena lo sendiri yang memberikannya pada gua waktu itu" Ucap Reza.
"Aku memberikan KTP ini padamu! Kapan? Kok aku nggak ingat ya" Kilah Hanna. Hanna berpura- pura sedang berpikir.
"Jangan pura- pura lupa deh lo, gua sudah hafal betul sikap orang yang ingin lari dari tanggung jawab" Reza mulai kesal.
"Tiga hari yang lalu, Lo memberikan KTP lo itu sebagai jaminan karena lo udah nabrak mobil gua".
"Hah!" Hanna berpura- pura terkejut.
"Tunggu dulu, sepertinya telah terjadi kesalah pahaman di sini" Hanna mencoba untuk membela diri.
"Bagaimana mungkin saya bisa memberikan KTP saya sama kamu sedangkan KTP saya ini sudah lama hilang" Sambungnya.
"Maksud lo apa?" Tanya Reza.
"Dua minggu yang lalu, saya kecopetan dan saya kehilangan tas sekaligus seluruh isi didalamnya termasuk dompet serta kartu identitas saya" Ucap Hanna.
"Jadi bagaimana mungkin saya memberikan KTP ini kepada anda sementara saya sendiri sudah lama kehilangan KTP ini" Sambungnya.
Reza dan pak Sigit terkejut mendengar pengakuan Hanna, keduanya saling berpandangan seolah meragukannya. Apakah benar ucapan gadis itu? Jika memang benar, lantas siapa gadis yang menabrak mobilnya, pikir Reza.
☆
Apakah Hanna bisa meloloskan diri dari tuduhan itu? Mungkinkah Reza mau melepaskan Hanna begitu saja?
Lanjut yuk
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments