Hanna tersenyum sambil menyapa rekan kerjanya yang baru keluar dari klinik, mereka baru saja menyelesaikan dinas malamnya yang kemudian akan di gantikan oleh rekan yang bertugas di shiff pagi. Dan kebetulan pagi ini merupakan jadwal Hanna bertugas bersama beberapa rekannya yang lain.
Hanna merupakan seorang perawat yang bekerja di salah satu klinik swasta di pusat kota. Karena berasal dari lulusan fakultas swasta yang tidak begitu terkenal, membuat Hanna kesulitan untuk melamar pekerjaan di rumah sakit besar baik itu di rumah sakit milik pemerintah maupun rumah sakit milik swasta, karena rumah sakit tersebut lebih memprioritaskan lulusan yang berasal dari fakultas negeri atau pun dari fakultas swasta yang memiliki nama besar dan terkenal.
Namun meskipun begitu Hanna tidak berkecil hati, ia justru bersyukur karena Tuhan masih memberikan kesempatan padanya untuk dapat bekerja di sebuah klinik meski klinik tersebut bukanlah klinik yang besar. Setidaknya Hanna bisa mengaplikasikan ilmu yang telah di perolehnya di bangku kuliah untuk menolong orang lain.
"Selamat pagi!" Sapa Hanna pada teman- temannya.
"Pagi Hanna" Sahut teman- teman Hanna.
"Pagi ini jadwal dr Tedi kan?" Tanya Hanna pada temannya.
"Iya, tapi dr Tedi mengatakan akan datang sedikit terlambat karena beliau harus mampir ke rumah sakit terlebih dulu".
"Ok, baiklah. Semoga dr Tedi bisa segera datang" Ucap Hanna yang langsung di angguki oleh teman- temannya.
"Aku ganti seragam dulu ya" Sambungnya lagi sambil berlalu pergi.
Klinik tempat Hanna bekerja memang bukanlah klinik yang besar, namun karena letakknya yang trategis di pusat kota membuat klinik tersebut menjadi tujuan utama pasien jika dalam keadaan darurat sebelum nantinya di rujuk kembali ke rumah sakit yang lebih besar.
Hanna selesai mengganti pakaiannya dengan seragam perawat yang memang di persiapkan khusus untuk pegawai di klinik tersebut dan setelah itu ia bergegas menuju keruangan yang menjadi tempatnya bertugas yaitu ruang IGD. Namun saat langkah kakinya menuju ke ruang IGD, Ia di kejutkan dengan sebuah suara yang memanggil namanya.
"Hanna" Seorang satpam tampak berjalan menuju kearah Hanna.
"Ada apa pak Boby?" Tanya Hanna
"Di depan, ada orang yang ingin bertemu sama kamu" Jawab pak Boby.
"Siapa?" Tanya Hanna lagi.
"Polisi" Sahut pak Boby.
"Hah! Polisi?" Hanna terkejut.
"Untuk apa mereka mencari saya pak?
"Bapak juga tidak tahu, Hanna. Mereka hanya mengatakan ingin bertemu denganmu".
"Ayo cepat temui mereka, sebelum mereka membuat keributan di sini" Pak Boby mengajak Hanna untuk menemui polisi itu.
Hanna mengangguk, kemudian mengikuti bapak Boby menemui polisi itu. Hanna melihat ada dua orang pria yang memakai pakaian bebas sedang berdiri di pos satpaam.
'Mereka tidak terlihat seperti polisi ' Batin Hanna.
"Maaf, apa bapak- bapak sedang mencari saya?" Tanya Hanna sopan.
"Apa benar anda yang bernama Hanna Wulandari?" Tanya seorang polisi.
"Iya pak, saya Hanna Wulandari. Ada apa ya pak? Kenapa bapak- bapak mencari saya?" Tanya Hanna.
"Kami mendapat laporan jika anda telah melakukan tabrak lari beberapa hari yang lalu. Maka dari itu kami meminta nona agar ikut bersama kami kekantor polisi untuk memberikan keterangan" Ucap salah satu polisi.
"Hah!" Hanna kembali di buat terkejut mendengar tuduhan yang dialamatkan padanya.
"Sepertinya bapak salah orang. Salah tidak pernah melakukan apa yang bapak tuduhkan tadi. Lagi pula apa buktinya jika saya telah melakukan kejahatan itu" Ucap Hanna.
"Sebaiknya anda ikut kami ke kantor polisi untuk dapat memberikan keterangan, anda bisa menjelaskan semunya di kantor polisi".
"Kenapa saya harus ke kantor polisi sih pak? Saya kan tidak bersalah" Tolak Hanna.
"Maaf nona Hanna, kami hanya menjalankan tugas. Kami minta anda bersedia untuk bekerja sama dengan kami agar masalah ini cepat selesai".
Kedua polisi itu ingin membawa Hanna namun Hanna berusaha menghindar seraya berkata:
"Tunggu dulu. Saya ingin melihat tanda pengenal anda. Saya ragu jika anda benar- benar polisi. Lagipula mana surat perintah penangkapan untuk saya. Saya tidak bersedia untuk ikut bersama anda jika anda tidak bisa menunjukkan surat perintah penangkapan tersebut" Tantang Hanna.
Kedua polisi itu saling berpandangan, sepertinya mereka berhadapan dengan gadis yang pemberani. Karena tidak ingin membuang- buang waktu, kedua polisi itu pun mengeluarkan tanda pengenal mereka dan menunjukkannya kepada Hanna. Setelah itu salah satu polisi juga mengeluarkan selembar surat dan kembali menunjukkan surat tersebut kepada Hanna. Hanna terkejut saat membaca surat yang menunjukkan perintah penangkapan untuknya.
"Ini surat perintah penangkapan anda, nona Hanna. Dan sekarang mari ikut bersama kami. Jangan paksa kami untuk mengambil tindakan kasar" Ucap polisi itu.
Polisi itu membukakan pintu mobil untuk Hanna.
"Tap tapi pak!" Hanna masih berusaha untuk menolak.
"Ayo nona Hanna".
Dengan terpaksa, akhirnya Hanna bersedia mengikuti ajakan dua polisi itu untuk masuk kedalam mobil, tapi sebelumnya ia sudah meninggalkan pesan untuk atasannya melalui bapak satpam yang bertugas. Ia berpesan agar atasannya menjemputnya ke kantor polisi jika dalam waktu dua puluh empat jam ia belum kembali.
Mobil melaju meninggalkan halaman klinik tempat Hanna bekerja menuju ke kantor polisi. Tiga puluh menit berlalu, akhirnya mereka sampai di kantor polisi setempat. Tanpa menunggu lama, mereka langsung keluar dari dalam mobil dan bergegas masuk kedalam kantor polisi. Di dalam kantor polisi, ternyata kedatangan mereka sudah di tunggu- tunggu oleh pak Sigit, komandan polisi di wilayah setempat.
"Selamat pagi komandan, kami berhasil membawa tersangka kemari" Lapor polisi itu pada atasannya.
"Kerja bagus Brida Edi, sekarang anda boleh bertugas kembali" Ucap pak Sigit.
"Baik pak, laksanakan"
Brida Edi dan rekannya langsung kembali pada tugas awalnya.
Pak Sigit menghampiri Hanna dan memperhatikan penampilannya dari atas hingga bawah dan beliau langsung bisa menebak jika gadis yang sedang berdiri di hadapannya itu adalah seorang tenaga kesehatan.
"Anda yang bernama nona Hanna Wulandari?" Tanya pak Sigit pada Hanna.
Hanna mengangguk
"Iya, pak. Saya Hanna. Hanna Wulandari" jawab Hanna.
Pak Sigit ikut menganggukkan kepalanya.
"Kalau boleh tahu, untuk apa saya di panggil ke kemari?" Tanya Hanna to the point.
Meskipun dua polisi sudah mengatakan sekilas kesalahannya, namun Hanna masih penasaran mengapa dirinya bisa mendapatkan tuduhan tersebut. Padahal ia sama sekali tidak pernah terlibat masalah dengan seseoranh. Pak Sigit menyunggingkan senyum mendengar pertanyaan Hanna, beliau suka dengan keberanian gadis itu.
"Sebelum saya menjawabnya, ada sebaiknya jika anda duduk dulu nona karena banyak hal yang harus kita bicarakan".
"Mari, silahkan duduk nona Hanna" Ucap pak Sigit.
Hanna berusaha untuk bersikap tenang, kemudian ia pun ikut duduk di depan meja pak Sigit.
"Begini nona Hanna, dua hari yang lalu kami mendapat laporan dari korban jika anda telah melakukan aksi tabrak lari pada korban dan menolak untuk mengganti rugi. Apakah itu benar?" Pak Sigit mengawali pertanyaannya.
"Hah! Tabrak lari? Kapan? Saya rasa, saya tidak pernah melakukan hal tersebut. Saya rasa itu hanya laporan palsu" Sanggah Hanna.
"Benarkah? Lalu kenapa kami mendapatkan laporan jika anda telah menabrak seseorang?" Tanya pak Sigit lagi.
"Saya tidak tahu pak. Saya benar- benar tidak tahu apapun tentang masalah ini dan untuk apa saya memberi keterangan atas sesuatu yang saya sendiri tidak ketahui kejadiannya" Bela Hanna.
"Saya sangat yakin jika laporan itu hanyalah laporan palsu yang di buat oleh orang yang tidak bertanggung jawab" Sambungnya lagi.
Pak Sigit mencoba untuk mengamati setiap gerak gerik Hanna, berusaha mencari cela dari mimik wajah Hanna namun sayangnya beliau tidak dapat menangkap hal yang mencurigakan dari gadis itu. Beliau tahu jika Hanna berkata jujur.
"Pak, saya benar- benar tidak pernah menabrak siapapun, lagi pula untuk apa saya melakukan hal itu. Saya sibuk pak, saya punya pekerjaan jadi saya tidak punya banyak waktu untuk bermain- main di jalanan".
Bukannya takut, Hanna justru marah karena tanpa sebab yang jelas dirinya dituduh telah menabrak seseorang.
"Tenang nona Hanna, saya minta agar anda tetap tenang. Kami membawa anda kemari hanya untuk memintai keterangan bukan menuduh anda yang tidak- tidak. Kita akan mencari tahu kebenarannya nanti saat korban datang kemari" Ucap pak Sigit.
Pak Sigit meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang di seberang sana, beliau meminta agar korban yang membuat laporan tersebut datang ke kantor polisi untuk memberikan keterangan. Setelah melakukan panggilan untuk beberapa lama, pak Sigit memutuskan panggilan dan kemudian kembali menatap Hanna.
"Sebentar lagi kita akan mengetahui kebenarannya, keterangan siapa yang dapat di percaya. Saya harap anda bisa bersabar menunggu orang yang membuat laporan ini datang" Ucap pak Sigit.
Hanna hanya dapat menghela nafas dan berharap agar orang itu cepat datang sehingga masalah ini cepat selesai dan ia bisa secepatnya pergi dari kantor polisi itu.
☆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments