Marlina mendatangi sebuah apartemen yang menjadi tempat tinggal Malek, entah kenapa Marlina ingin sekali berkunjung ke tempat ini dengan harapan ia dapat bertemu dengan pria yang ia cintai itu akan tetapi ketika ia sudah tiba di depan pintu rumah Malek, justru Marlina agak bingung apakah ia harus tetap mengetuk pintu ini atau tidak. Ketika Marlina tengah bingung justru ada sebuah suara yang membuatnya terkejut, ketika Marlina melihat ke sumber suara ia menemukan sosok pria yang ingin ia temui justru tengah berada tepat di depannya dan menatapnya penasaran.
“Apa yang kamu lakukan di sini?”
“Aku datang ke sini untuk bertemu denganmu.”
“Untuk apa kamu datang ke sini dan untuk bertemu denganku? Aku yakin kalau papamu tahu mengenai hal ini maka ia tak akan suka.”
Marlina menghela napasnya, ia tahu apa yang Malek katakan barusan memang benar adanya, papanya kalau tahu ia datang ke sini pasti akan murka namun Marlina sama sekali tidak memedulikan hal itu, ia datang ke sini untuk bicara pada Malek.
“Malek, aku datang ke sini untuk bicara padamu.”
“Sebaiknya kamu segera pergi, Marlina. Aku tak mau kalau sesuatu hal yang buruk terjadi padamu jika kamu nekat tetap di sini.”
Marlina menggelengkan kepalanya, ia tetap berkeras ingin di sini dan memberitahukan sesuatu pada Malek, maka tentu saja Malek tidak dapat terus menerus mengusir Marlina untuk pergi.
“Baiklah, katakan padaku ada apa.”
“Ketika aku dan Giovani sudah menikah maka pria itu akan mengirimku ke Mesir dan aku akan tinggal di sana.”
“Mesir katamu?”
“Iya, bukankah itu adalah negara asalmu?”
Malek terdiam mendengar ucapan Marlina barusan, wanita itu meraih tangan Malek dan mengatakan bahwa Malek harus ikut dengannya ke Mesir dan mereka dapat hidup bahagia di sana namun Malek tentu saja tak mau melakukan itu apalagi Marlina sudah menikah dengan pria lain.
“Aku tidak dapat melakukan itu, Marlina.”
****
Marlina baru saja tiba di rumah dan langsung ditatap oleh papanya, Marlina menghela napasnya dan menyapa papanya saat ini dan ketika ia hendak pergi ke kamar, Silvio menahannya dan mengatakan bahwa ia ingin bicara dengan putrinya sebentar.
“Ada masalah apalagi, Pa? Aku lelah dan ingin istirahat.”
“Kamu tetap akan menikah dengan Giovani kan?”
“Bukankah itu yang Papa inginkan? Kenapa masih menanyakan hal itu padaku?”
“Tidak, hanya saja Papa mengingatkanmu sekali lagi, jangan pernah mencoba untuk melarikan diri dari pernikahan itu.”
“Aku tahu dan aku tak akan melarikan diri.”
Setelah mengatakan itu Marlina kemudian pergi ke kamarnya, ia menghela napasnya panjang dan duduk di tepi kasurnya. Ia mengingat apa yang tadi ia dan Malek sempat bicarakan mengenai rencananya untuk tinggal bersama Malek di Mesir setelah ia dan Giovani menikah namun Malek menolaknya, Malek mengatakan bahwa Marlina sudah menjadi istri Giovani dan ia tak ingin membuat Marlina buruk di mata kedua orang tuanya.
“Aku sangat mencintaimu, tapi kenapa takdir malah mempermainkanku begini?”
Marlina kemudian berbaring di atas kasurnya, ia meratapi hidupnya yang malang dan kini ia dipaksa oleh keluarganya untuk menjadi pengantin dengan pria yang tidak ia sukai demi keluarganya. Marlina begitu lelah sekali hari ini, ia langsung terlelap tidur di atas kasurnya tanpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu.
****
Hari ini adalah hari pernikahan Marlina dan Giovani, Marlina sudah siap di ruang ganti dan tengah dirias, tidak ada raut kebahagiaan di wajah Marlina, ia tahu bahwa ini adalah pintu gerbang dalam neraka dunia yang harus ia lalui demi keluarganya.
“Aku sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini namun mereka memaksaku untuk melakukan ini,” ujar Marlina pada penata rias.
Penata rias tidak mengatakan apa pun dan hanya tersenyum saja, Alexa masuk ke ruang ganti untuk melihat bagaimana dandanan putrinya, Alexa memuji bahwa penampilan putrinya sangat cantik sekali namun pujian itu sama sekali tidak membuat Marlina senang, ia tetap membuat raut wajah datar dan menatap cermin yang ada di depannya.
“Bisakah tolong kamu tinggalkan kami dulu?”
“Baik Nyonya.”
Penata rias pun kemudian pergi seperti yang diminta oleh Alexa, Alexa bicara pada putrinya bahwa Marlina harus melakukan ini dengan baik dan jangan sampai membuat masalah di hari pernikahan yang penting ini.
“Stasiun televisi sedang meliput acara ini jadi jangan membuat seluruh keluarga malu dengan kelakuanmu, paham?”
“Aku mengerti, Ma.”
Alexa menganggukan kepalanya dan kemudian ia pun pergi dari ruang ganti tersebut, Marlina menghela napasnya panjang, ia hanya dapat melihat pantulan dirinya di cermin.
“Kamu malang sekali, Marlina.”
****
Marlina dan Giovani mengucap janji sehidup semati di depan pendeta dan disaksikan oleh ribuan orang yang hadir dalam upacara pernikahan mereka di sebuah gereja yang ada di pusat kota Roma. Banyak sekali tamu undangan yang hadir di acara ini termasuk tokoh politik, tokoh agama dan selebritas relasi sang papa dan mertuanya yang ikut hadir di sini. Marlina dan Giovani sudah resmi menjadi pasangan suami-istri dan Giovani untuk pertama kalinya mencium Marlina sebagai istrinya dan setelah itu tepuk tangan bergemuruh di gereja tersebut. Marlina dan Giovani tak mengatakan apa pun hingga pesta pernikahan usai dan mereka menginap di sebuah hotel bintang lima di pusat kota Roma yang sudah dipesan khusus oleh keluarga Giovani.
“Kapan kamu akan mengirimku ke Mesir?” tanya Marlina saat mereka sudah masuk ke dalam kamar.
“Kamu sepertinya tidak sabar sekali untuk pergi ke Mesir, ya?”
“Aku muak harus tinggal di Italia, apakah ada negara yang lebih jauh dari Mesir?”
“Kenapa? Kamu berharap aku membawamu ke Antartika begitu?”
“Kalau memang di sana aku bisa hidup bebas tanpa kekangan keluargaku, maka aku tidak masalah.”
Giovani nampak tertawa mendengar ucapan Marlina barusan, pria itu melepas jas dan dasi yang sejak tadi ia kenakan, Giovani mengatakan bahwa ia akan tidur di kamar sebelah dan Marlina dapat tidur di sini.
“Kamar sebelah?”
****
Proses bulan madu Giovani dan Marlina berjalan singkat karena Giovani harus kembali bekerja setelah pernikahannya dengan wanita itu, Marlina juga tahu rahasia Giovani malam itu dan ia memilih untuk bungkam karena Giovani menjajikan dirinya untuk pergi ke Mesir setelah mereka menikah. Saat ini mereka pergi ke rumah keluarga Balzano untuk sarapan pagi bersama dengan keluarga itu, Marlina tidak terlalu akrab dan tahu betul keluarga ini yang ia tahu keluarga ini adalah keluarga berpengaruh di Italia dan memiliki gurita kerajaan bisnis yang besar.
“Selamat datang di rumah kami, Marlina,” ujar Isabel ketika menantunya datang ke rumah ini.
“Terima kasih.”
Isabel membawa Marlina masuk ke dalam rumah mewah keluarga itu dan di meja makan nampak anggota keluarga sudah berkumpul. Marlina duduk di sebelah suaminya dan ia menikmati sarapan bersama seluruh anggota keluarga yang membuatnya tidak nyaman.
“Pa, sebelum ke kantor ada sesuatu yang ingin aku bicarakan.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments