Giovani meminta bicara dengan papanya saat ini di ruangan kerja sang papa setelah mereka sarapan, Erik nampak penasaran dengan apa yang hendak putranya katakan padanya saat ini.
“Katakan ada keperluan apa kamu ingin bicara dengan Papa di sini.”
“Aku ingin mengatakan bahwa Marlina akan tinggal di Kairo besok, aku yang memintanya untuk tinggal di sana.”
“Kairo? Untuk apa dia harus tinggal di sana?”
“Papa lupa dengan rencana Papa? Kalau Marlina ada di Italia maka rencana Papa bisa saja tidak berhasil bukan?”
“Maksudmu Marlina dikirim ke Kairo supaya langkah Papa melakukan itu bisa berjalan dengan mulus?”
“Tentu saja, kalau Marlina tidak tahu maka papa mertuaku juga tidak akan tahu apa yang sedang kita rencanakan ini.”
Erik menganggukan kepalanya, ia pun kemudian menyetujui ide putranya untuk membawa Marlina sejauh mungkin dari Italia hingga rencana mereka bisa berjalan dengan baik. Setelah pembicaraan selesai, mereka berdua keluar dari ruangan kerja dan Isabel nampak penasaran dengan apa yang mereka berdua bicarakan tadi di ruangan kerja.
“Apa yang tadi kalian berdua bicarakan?”
“Marlina besok akan pergi ke Kairo.”
“Apa katamu? Besok? Kairo?” tanya Isabel tak percaya.
Erik mengatakan bahwa Giovani ingin membuat Marlina nyaman dengan tidak tinggal di Italia dan oleh sebab itu maka Erik pun setuju membuat Marlina tinggal di Kairo untuk sementara waktu hingga ia bisa berdamai dengan keadaan.
“Aku dapat memahami semua itu dan ide dari Giovani juga bagus oleh sebab itu aku mengizinkannya melakukan itu,” ujar Erik.
Namun ucapan suaminya itu terasa janggal di telinga Isabel, selama lebih dari 40 tahun hidup bersama dengan suaminya, tentu saja wanita itu paham betul kalau ada sesuatu yang coba disembunyikan oleh sang suami namun untuk menghindari perdebatan panjang di pagi hari maka wanita itu memilih untuk mengalah saja dan tidak banyak bicara.
“Aku pergi ke kantor dulu,” pamit Giovani pada kedua orang tuanya.
“Aku juga harus pergi ke kantor sekarang,” ujar Erik yang kemudian mencium istrinya sebelum pergi.
****
Marlina tentu saja bahagia sekali saat Giovani mengatakan bahwa besok ia bisa pergi ke Kairo namun Giovan tidak dapat pergi bersamanya dan baru akan datang akhir pekan nanti. Marlina mengatakan bahwa ia tidak perlu mencemaskannya karena dapat menjaga diri sendiri.
“Ketika sudah tiba di bandara, sudah ada orang yang akan menjemputmu jadi kamu tak perlu khawatr.”
“Aku tahu itu, bukankah aku sudah mengatakan bahwa jangan mengkhawatirkanku karena aku dapat mengurus diriku sendiri?”
Giovani hanya menggelengkan kepalanya dan kemudian pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, Marlina sudah tidak sabar menyambut hari kebebasannya pergi dari Italia, setidaknya di sana ia bisa bebas dan tidak harus tertekan dengan keluarga mertua dan keluarganya sendiri.
“Setidaknya dengan pergi ke sana maka aku bisa bebas.”
Marlina tidak dapat tidur karena membayangkan besok akan menjadi hari paling bahagia dalam hidupnya, pagi-pagi ia sudah pergi ke bandara sebelum Giovani dan keluarganya bangun, ia sudah meninggalkan pesan pada pria itu bahwa ia sudah pergi ke bandara ketika Giovani terbangun pagi nanti. Marlina dengan diantarkan sopir keluarga Balzano tiba di bandara Leonardo da Vinci, Roma. Marlina sudah melakukan check in dan tinggal menunggu sampai pesawatnya berangkat sekitar 2 jam dari sekarang.
“Andai kamu bisa ikut denganku, Malek.”
****
Giovani terbangun dari tidurnya dan mendapati Marlina sudah tidak ada di kasur, ia menemukan sebuah catatan yang ditulis oleh wanita itu dan dalam catatan itu Marlina mengatakan bahwa ia sudah pergi ke bandara pagi ini sebelum Giovani bangun.
“Dia sangat bersemangat sekali ketika tahu akan pergi ke Mesir.”
Giovani kemudian beranjak dari kasur dan pergi ke kamar mandi untuk mandi dan mengganti pakaiannya dan setelah sudah rapih barulah ia keluar dari dalam kamarnya untuk menuju meja makan. Saat ia baru saja keluar kamar, nampak sang mama sudah menantinya dan menariknya kembali masuk ke dalam kamar.
“Mama ingin menanyakan sesuatu padamu dan tolong kamu jawab dengan jujur.”
“Memangnya Mama ingin menanyakan apa?”
“Kenapa papamu dan kamu ingin membuat Marlina pergi ke Kairo? Jangan bilang bahwa ini untuk kebebasannya dan ia sejenak dapat menghindar dari keluarganya karena aku tahu pasti itu adalah alasan yang tidak masuk akal.”
Giovani tidak langsung menjawab pertanyaan dari sang mama yang mana tentu saja Isabel mendesak putranya untuk mau mengatakan yang sejujurnya padanya.
“Kenapa kamu hanya diam saja? Jawab pertanyaan Mama.”
“Aku khawatir kalau menjawab pertanyaan Mama ini maka Mama akan terkejut.”
“Katakan saja yang sebenarnya.”
****
Silvio nampak terkejut ketika mendengar kabar bahwa Marlina ada di Kairo, ia menelpon menantunya untuk menanyakan kenapa putrinya bisa ada di sana, Giovani mengatakan bahwa Marlina ingin liburan sejenak di Kairo dan setelah satu bulan maka Marlina akan kembali lagi ke Italia.
“Apakah dia membuat masalah setelah kalian menikah?”
“Sama sekali tidak, aku ingin memberikan waktu untuknya liburan lebih lama, kasihan kalau dia terus berada di rumah setelah kami menikah, aku tak dapat liburan lama-lama karena harus bekerja.”
Silvio merasa jawaban menantunya tu dapat diterima dan akhirnya ia pun menganggukan kepalanya, Silvio mengatakan bahwa menantunya itu harus menjaga putrinya dengan baik karena ia sangat mencintai Marlina.
“Dia anak perempuanku satu-satunya, tolong jaga dia baik-baik.”
“Papa tak perlu khawatir, aku akan menjaga Marlina dengan baik.”
Silvio menutup sambungan teleponnya, ia merasa heran kenapa Giovani membiarkan Marlina ada di Kairo sementara pria itu tetap di Itala, ia khawatir kalau di Kairo maka Marlina akan melakukan hal yang tidak-tidak. Silvio kemudian mencoba menghubungi seseorang dan menyuruh orang tersebut untuk mencari informasi apakah Malek juga ikut pergi ke Mesir bersama putrinya.
“Baik Tuan, akan segera saya cari tahu.”
Silvio menutup sambungan teleponnya dan ia berharap kalau apa yang ada di dalam kepalanya tidak benar, ia tak akan mengampuni Marlina kalau sampai putrinya itu melakukan perselingkuhan dengan Malek setelah ia sudah menikah.
****
Marlina sudah tiba di Kairo dan dijemput oleh sopir keluarga Balzano di bandara, sopir itu membantu Marlina membawakan koper dan memasukannya ke dalam mobil. Marlina kemudian dibawa menuju rumah mewah keluarga Balzano dan di sana sudah ada asisten rumah tangga yang menyambut kedatangannya.
“Selamat datang di Kairo, Nyonya.”
“Terima kasih banyak.”
“Biar saya tunjukan di mana kamar anda.”
Asisten rumah tangga menunjukan di mana kamar Marlina sementara itu yang satunya lagi membawakan koper Marlina yang baru saja diturunkan dari dalam mobil. Marlina akhirnya tiba juga di kamarnya dan ia nampak puas sekali melihat pemandangan yang indah dari kamarnya.
“Selamat menikmati hari anda di sini, kalau ada perlu silakan hubungi saya.”
“Terima kasih banyak.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments