Di sekolah...
Ayra terlihat tengah mengerjakan latihan soal diperpustakaan. Ia belajar lebih giat sebelum pemetaan kelas dilaksanakan. Begitu bel masuk berbunyi, Ayra membereskan buku-bukunya dan bergegas menuju kelasnya.
Bruukkkk......
Tttakkkk....
"Ah sial, pakai mata dong kalau jalan" sentak seseorang yang menabrak Ayra. Ia mengambil ponselnya dan terus menggerutu kesal.
Sedangkan Ayra tak bisa berdiri karena kakinya terkilir. Ia berusaha untuk tidak jatuh, tapi buku-bukunya membuat bebannya bertambah dan ia akhirnya terjatuh. Yasmin menatap Ayra yang masih terduduk, ia terlihat sangat kesal lalu pergi meninggalkan gadis itu. Ayra menata bukunya yang terjatuh dan mencoba untuk berdiri, tapi rasanya terlalu sakit.
"Ayra, kenapa duduk lantai? Capek?" Tanya Fais yang melintas bersama teman-temannya.
"Jatuh Kak, tapi kali gue sakit banget"
Fais langsung mendekati Ayra, ia melepaskan sepatu dan kaos kaki gadis itu. Kaki Ayra terlihat bengkak, Fais menatap gadis itu dengan dahi berkerut. Pasti rasanya sakit sekali, jelas Ayra berusaha menahan sakit itu.
"Kalian bawain buku Ayra, gue gendong dia ke UKS. Sepatunya juga ya" pinta Fais lalu menggendong Ayra. Ia berjalan cepat menuju UKS, Ayra mencengkram erat lengan Fais karena rasanya semakin sakit.
Sampai di UKS, penjaga langsung memeriksa Ayra dan memberikannya pereda nyeri. Teman-teman Fais memberikan barang-barang Ayra lalu pergi. Fais juga berpamitan pergi usai mendengar jika Ayra baik-baik saja.
Penjaga menawarkan Ayra untuk pulang, tetapi gadis itu tak mau. Ia sudah berjanji akan pulang bersama Tian hari ini. Hari ini adalah hari ulang tahun Mama Ayra, Tian berjanji akan membawanya ke makam sang Mama sepulang sekolah.
Ding Ding dong.......
Bel pulang sekolah berbunyi, Ayra sudah bersiap menunggu Tian di ruang UKS.
"Ay, loe ngapain Yasmin sih? Kenapa sampai hp nya rusak, kasihan tau dia" celoteh Tian kala memasuki ruang UKS.
"Oh itu, gu..gue gak sengaja... Tadi Yasmin.."
"Iya gue yakin loe pasti gak sengaja, kalau loe ketemu Yasmin lagi pastikan minta maaf ya. Gue gak suka lihat dia murung dan sedih, yuk pulang, gue laper banget nih"
"Gue lupa ada janji, loe duluan aja. Sorry ya jadi jauh-jauh kesini"
Tian mengangguk lalu pergi meninggalkan ruang UKS. Ayra meremas selimut tempat tidur itu, ia berusaha berdiri dan berjalan sendiri. Ia berterimakasih pada penjaga UKS lalu pergi menuju kelasnya untuk mengambil tas. Sekolah terlihat sepi, sepertinya para murid sudah pergi lebih dulu.
"Belum pulang?" Celetuk seseorang kala Ayra keluar ruangan.
"Eh Kak, iya hehehe. Ini mau pulang kok"
"Pulang sama siapa?"
Ayra terdiam mengatupkan bibirnya rapat, ia hanya tersenyum lalu kembali berjalan. Fais mengikuti Ayra dari belakang, memperhatikan gadis itu yang berusaha dengan kekuatannya sendiri. Langkah Ayra terhenti kala melihat segerombolan pemuda menutupi tangga.
"Ada cewek nih, mau kita bantu?"
"Sini gue bawain"
"Tidak Kak terimakasih, maaf mau lewat" ucap Ayra.
Mereka tak mau mendengarkan dan malah mulai menyentuh Ayra. Gadis itu terkejut dan berusaha menjauh, tapi ia tak bisa menghindar dengan cepat sebab kakinya sakit. Para pemuda itu tiba-tiba terdiam dan pergi meninggalkan Ayra begitu saja. Ayra yang heran pun melihat sekitar, ia tak menemukan apapun dan kembali melanjutkan jalannya.
Fais mengintip dari balik tembok, ia kembali mengikuti Ayra perlahan. Gadis itu kembali berpapasan dengan gerombolan pemuda usai mengambil tas miliknya. Para pemuda itu melakukan hal yang sama, menawarkan bantuan pada Ayra. Meski kali ini orang yang dikenal, Ayra tetap menolaknya.
"Ayra, apa loe tau, kalau dipaksakan jalan nanti semakin bengkak loh. Bukankah sebentar lagi ada pemetaan? Loe mau melewatkan itu karena kaki loe terkilir?" Cetus Yuda menghadang jalan Ayra.
"Ta..tau kok Kak, tapi kan ini cuma sebentar. Kan mau pulang"
"Bentar ya, gue telepon Fais dulu. Dia bawa mobil soalnya, biar loe dianterin pulang" ucap Ikbal berpura-pura mengotak-atik ponselnya. Ia sudah melihat Fais yang bersembunyi sambil mengikuti Ayra.
"Tidak Kak, masih sempat kok kalau naik bus. Gue gak mau..."
"Gak repot kok, yuk gue antar pulang" celetuk Fais keluar dari persembunyiannya.
Ayra mengepalkan tangannya, ia tak yakin untuk penawaran ini. Ikbal tiba-tiba memberikan ponselnya pada Ayra, gadis itu mendengar suara sang Kakak. Alkal mengatakan jika Ayra tak perlu khawatir sebab Kakak nya mengenal Kakak Ikbal. Ayra pun luluh dan mengikuti permintaan sang Kakak untuk pulang bersama Ikbal serta teman-temannya. Hanya jika Ikbal ikut, Ayra mau pulang bersama Fais.
Tak ada pilihan lain selain mengikuti permintaan Ayra. Fais mengikat jaketnya di pinggang Ayra, lalu menggendongnya di punggung. Gadis itu membenamkan kepalanya takut ada yang melihat.
"Ra, kita mampir beli bunga dulu ya" ucap Ikbal kala mereka sampai di parkiran.
"Bunga untuk apa?"
"Kita mau ngerayain ulangtahun Mama loe kan, Kak Alkal yang bilang. Terus minta kami bawa loe ke kafe buat makan-makan"
Ayra mengangguk senang, mereka pun mengikuti mobil Fais dari belakang. Cukup lama mereka membeli bunga, sebab mereka punya pilihan masing-masing. Akhirnya mereka membeli banyak bunga dengan berbagai warna. Ayra hanya bisa tertawa melihat tingkah konyol para pemuda itu. Ia terus memandangi ponselnya, berharap ada telepon masuk dari Tian.
"Nungguin telepon siapa?" Tanya Fais melirik ke arah Ayra.
"Seseorang hehehe"
"Pacar?"
"Hm.... Semoga sih Kak. Gue harap kami cocok menjadi pasangan, tapi sepertinya tidak mungkin"
"Kenapa tidak mungkin? Cerita aja ke gue gak apa-apa, siapa tau gue bisa bantu loe kan. Gue kasih tips biar dia peka, kan sesama cowok bisa saling mengerti"
Gadis itu tertawa mendengar perkataan Fais. Rasanya itu memang benar, sebab Tian selalu curhat padanya dan meminta saran agar bisa dekat dengan Yasmin. Akhirnya mereka berdua pun saling bertukar nomor dengan alasan tersebut. Fais kembali berbasa-basi untuk menanyakan keadaan kaki Ayra, ia masih khawatir jika lukanya semakin parah.
Mobil Fais berhenti di tempat tujuan, pemuda itu terdiam sesaat memandangi sekitar. Ia menatap Ayra yang tersenyum ke arahnya, setelah beberapa saat akhirnya ia pun mengerti. Fais keluar mobil dan menggendong Ayra, bahkan teman-teman Fais juga sama terkejutnya. Mereka tak berkomentar apapun usai melihat wajah Ayra yang tersenyum puas. Seolah benar-benar menantikan hari ini tiba.
Dengan arahan Ayra, mereka menuju makam Mama gadis itu. Ayra turun dari punggung Fais dan duduk di tanah. Ia membersihkan makam sang Mama sambil menata bunga-bunga yang mereka bawa. Terlihat beberapa bunga baru juga disana.
"Selamat ulang tahun Mama, lihat hari ini Ayra bawa banyak teman untuk merayakan ulang tahun Mama. Tian tidak bisa hadir karena sibuk, lain kali Ayra datang dengan pacar Ayra. Ayra pasti Rajan belajar dan jadi kebanggaan Papa Mama, janji. Ayra sayang Mama"
"Mama melahirkan seorang putri yang cantik dan hebat. Selamat ulang tahun Ma" ucap Fais.
"Selamat ulang tahun Mama" ujar teman-teman Fais kompak.
Fais mengernyitkan dahinya, sedangkan Ayra tertawa karenanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Bunda Dhea
temen" fais lucu
2023-11-16
0
Efvi Ulyaniek
fais ga terima nih temen"nya manggil mama jg ke mama ayra😀😀lucu
2023-10-07
0
Mukmini Salasiyanti
semangat, fais!!!!!!
2023-10-04
0