004. LUBANG HARTA

Napas panjang ku ambil lalu bangkit berdiri kembali dengan segenap kekuatan yang tersisa. Aku kembali mencari obat Jatnera. Setelah beberapa saat, aku menemukan sebotol obat sirup di bawah tumpukan sehelai pakaian. Aku mengambil obat itu dan memasukannya ke dalam kantong plastik yang aku bawa bersama sehelai pakaian berwarna hijau tersebut. Mungkin pakaian yang sudah sobek di bagian lengan kirinya itu masih bisa kami gunakan.

Aku juga menemukan empat tablet pil yang terbungkus plastik biru sesuai ukurannya, aku ingat Isbell selalu memberi kami pil tersebut ketika kami sakit. Dengan cepat aku memasukan sebungkus pil tersebut ke kantong.

Aku masih berniat mencari obat lainnya karena sepertinya tidak ada tanda-tanda orang mendekat ke tempat ini walau matahari sudah hampir terbit. Namun ketika aku berjalan ke sudut lain di lubang harta suara tembakan terdengar tidak jauh. Aku langsung segera berlari meninggalkan lubang harta untuk bersembunyi.

Tak ada siapapun yang muncul di lubang harta, tiba-tiba terdengar suara orang berteriak dan suara beberapa orang tertawa. Suaranya berasal dari bawah jurang yang jaraknya tidak jauh dari tempatku sekarang. Aku segera keluar dari pagar besi menuju atas tebing untuk mencari tahu apa yang terjadi. Dengan perlahan aku menaiki pohon yang sangat tinggi di dekat lubang harta dan melongok ke bawah di antara pohon-pohon untuk melihat apa yang terjadi.

Pria yang tadi di lubang harta bersimbah darah terbaring di tanah sedangkan lima orang pria bertubuh besar dengan senjata api dan benda-benda tajam mengelilinginya dengan tawa dan ejekan keluar dari mulut mereka. Mereka ada di jarak sekitar lima puluh meter dari pohon yang aku panjat.

Tiga tembakan lainnya menghujani tubuh pria itu sebelum para penjahat menjarah hasil 'Belanja' pria itu di lubang harta dan mereka segera pergi.

Perasaan takut langsung menyelimutiku membuat air mataku keluar. Aku menangis dengan apa yang kulihat sekarang dan berpikir mungkin aku akan bernasib sama seperti pria itu. Aku semakin merasa tidak bisa hidup tanpa Isbell sekarang, andai saja dia masih hidup mungkin aku tidak perlu melihat kejadian mengenaskan seperti sekarang ini.

Dan sekarang rasanya akan sulit untuk bertahan hidup di tubuhku yang kecil ini apalagi aku harus menjaga Jatnera sekarang. Tidak bisa, aku harus terus mencoba bertahan hidup untuk Jatnera.

Dari atas pohon ini aku melihat pria yang di tembak itu masih hidup. Aku segera turun menghampirinya mencoba membantunya. Ketika berada di dekatnya pria itu menatapku, aku tidak berani lebih mendekat padanya. Dia sudah sekarat dan dengan empat peluru bersarang di tubuhnya mustahil dia masih bisa hidup.

Pria itu merogoh perutnya yang terlihat menggelembung dan mengambil sesuatu di balik bajunya. Satu plastik roti di keluarkannya sebelum pria itu menghembuskan napas terakhir. Aku mendekatinya dengan isakan tangis mencoba menggerakan tubuhnya walau aku tahu itu sia-sia. Pria itu sudah mati.

Aku menatap sekantong roti yang tergeletak di dekat tubuh pria itu. Dia adalah pria baik. Aku mengambil sekantong roti yang kira-kira berisi tujuh tangkap roti dan berlari pergi.

Namun di tengah perjalanan perutku sudah tidak tahan lagi menahan lapar. Aku mengambil roti tersebut dan memakan satu tangkap untuk mengisi perut. Aku makan dengan lahap hingga aku tersedak.

Setelah perutku terisi aku segera berlari pulang. Aku merasa ada harapan untuk kami hidup selama seminggu dengan roti yang di berikan pria malang tadi.

Selama hampir tujuh hari aku dan Jatnera tidak keluar rumah dan terus berada di dalam. Dengan berbekal enam tangkap roti dan air minum seadanya kami bertahan hidup. Aku harus menahan lapar dulu sebelum memakan roti itu karena aku lebih memilih untuk memberikannya pada Jatnera. Kondisi Jatnera juga sudah semakin membaik.

Selama empat hari aku memberinya pil tablet yang aku temukan lalu di hari kelima hingga hari ini Jatnera meminum obat sirup.

Di hari ketujuh, malam harinya aku sungguh merasa kelaparan karena itu aku memakan potongan terakhir roti yang kami miliki. Namun aku berpikir akan hari esok, apa yang akan kami makan selanjutnya. Aku harus mencari makanan besok di lubang harta.

Semoga saja aku beruntung seperti kemarin, semoga besok pagi belum ada orang yang datang ke lubang harta.

"Bee, aku akan ikut ke lubang harta." Seru Jatnera menatapku dengan matanya yang bulat. "Aku bisa memberitahumu saat ada orang yang mendekat ketika kau sedang berada di lubang harta."

Mungkin akan lebih baik jika kami berdua ke lubang harta. Apa yang di katakan Jatnera benar tetapi aku tidak bisa mengambil resiko untuknya. Bisa saja para penjahat datang dan membunuh kami. Aku tidak bisa melindunginya karena akan sangat sulit untuk melindungi orang lain di saat aku sendiri dalam keadaan terdesak. Karena itu lebih baik aku pergi sendiri tanpa harus mengambil resiko apapun.

Sekitar pukul tiga pagi aku keluar rumah dengan berjalan hati-hati dan penuh waspada. Sudah seminggu tidak turun hujan sehingga membuatku mudah berjalan.

Aku hampir sampai di lubang harta ketika mendengar suara tembakan. Aku tersentak kaget dan tubuhku langsung gemetar.

Apa para penjahat saat ini berada di lubang harta? Ini benar-benar buruk.

Dengan perasaan penuh kebingungan aku memilih melanjutkan perjalanan dengan perlahan namun di jarak seratus meter kemudian tiga mayat pria terkapar di jalan dengan luka tembak. Salah satu mayat pria masih memegang sebuah pistol genggam.

Mungkin saja mereka ini adalah kawanan penjahat yang menjadi korban dari kawanan penjahat lainnya. Aku menimbang-nimbang apa yang sekarang aku harus lakukan karena pasti para penjahat yang membunuh orang-orang ini masih berada di lubang harta. Akan tetapi jika aku tidak mendapatkan makanan hari ini kami bisa mati kelaparan.

Apa yang harus aku lakukan?

Pond Jae mungkin jalan keluar terbaikku sekarang. Siapa tahu aku bisa mendapatkan makanan dari sana walaupun aku masih belum yakin. Tetapi pergi ke hotel mewah itu patut di coba karena pasti akan banyak makanan sisa yang sayang jika di buang.

Sebaiknya memang aku harus kesana, mungkin saja beberapa budak di sana berbaik hati memberiku sedikit makanan sisa.

Setelah keputusanku bulat untuk pergi ke tempat dulu Isbell bekerja sebagai budak aku langsung memutar arah namun sebelumnya aku mengambil pistol dari genggaman penjahat yang sudah tewas terbunuh dan ku simpan di balik bajuku.

Mungkin saja pistol ini bisa berguna walau aku tidak tahu bagaimana cara menggunakannya.

Untuk mempersingkat waktu agar cepat sampai ke Pond Jae aku melewati tempat Isbell meninggal seminggu yang lalu. Aku teringat kembali hari itu, hari disaat penderitaan aku dan Jatnera di mulai.

Abu pembakaran jasad Isbell sudah tak tersisa. Aku sempat terdiam merenungi kepergian Isbell namun tersadar kembali karena aku harus cepat ke Pond Jae sebelum banyak orang terbangun.

...@cacing_al.aska...

Terpopuler

Comments

💫R𝓮𝓪lme🦋💞

💫R𝓮𝓪lme🦋💞

hati2 kamu bee bawa pistol🙈

2023-11-21

1

💫R𝓮𝓪lme🦋💞

💫R𝓮𝓪lme🦋💞

wkwkw ternyata ada lubang harta,,🤭

2023-11-21

1

🌸𝓐𐝥𐔎𐒻𐀁🍒⃞⃟🦅OFF

🌸𝓐𐝥𐔎𐒻𐀁🍒⃞⃟🦅OFF

kalo lubang harta banyak harta mau donk aku ikut... Lagian napa harus nama Lubang gitu loh... Lubang Asmara ada gak😅😅
Ayo Bee dan Jatnera jangan putus asa terus berjuang di negeri pembuangan🚶🚶🚶🚶

2023-11-04

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!