DEAPECTRUM

DEAPECTRUM

PROLOG

Mataku berhenti ke sebuah benda yang berada di meja samping kiri ranjang. Aku mendekatinya untuk mengetahui apa benda berkilau tersebut. Ternyata adalah sebuah kalung dengan liontin huruf 'L'.

Aku meletakannya ke genggamanku dan berpikir aku ingin memiliki benda ini. Tanpa pikir panjang aku langsung memasukan kalung itu ke kantong celanaku dan tidak lama kemudian anak laki-laki itu masuk.

Dibawanya sekeranjang penuh berisi roti-roti yang mengeluarkan aroma lezat seperti aroma yang aku cium ketika berada di dapur.

Anak laki-laki itu meletakan sekeranjang roti tersebut ke atas ranjangnya dan memasukannya ke kantong plastik yang juga di bawanya. Aku hanya diam berdiri tanpa mendekatinya.

"Ini makanlah." Anak laki-laki itu menyodorkan sebuah donat kacang yang terlihat sangat menggoda.

Aku menelan salivaku sebelum mengambilnya lalu melahapnya. Benar-benar lezat, belum pernah aku memakan makanan selezat ini. Aku jadi tidak sabar memberikan roti-roti lezat ini pada Jatnera, dia pasti akan menangis karena senang.

"Berapa usiamu?" Tanya anak itu.

"Sepuluh."

"Kita terpaut tiga tahun kalau begitu. Aku punya seorang adik perempuan yang tidak tahu dimana. Mungkin jika bertemu denganmu kalian bisa berteman." Ucap anak laki-laki itu sambil sibuk memasukan roti-roti ke dalam kantong plastik. "Pasti sulit kan tinggal di sini?"

Anak itu menatapku dan aku tetap diam.

"Tenang saja aku akan merubah tempat ini menjadi lebih baik." Dia tersenyum seolah-olah perkataannya itu adalah hal mudah.

Aku memalingkan tubuhku ke arah jendela kamar membelakangi anak laki-laki yang masih sibuk memasukan roti demi roti ke kantong plastik dengan hati-hati. Aku tidak tahu seberapa jauh aku berlari tadi dan aku juga tidak tahu saat ini aku berada di lantai berapa. Namun yang pasti pemandangan dari atas sini terlihat begitu nyaman, rasanya jika aku selalu berada di tempat tinggi aku dapat melihat semuanya sehingga dapat terhindar dari apapun.

Aku memikirkan bagaimana masa depanku kelak hidup di negeri pembuangan ini. Apa setelah keluar dari ruangan mewah ini aku bisa bertahan hidup lebih lama, atau tidak akan ada masa depan di dalam hidupku. Memikirkan hal tersebut membuatku selalu bergidik ketakutan.

"Dan bagaimana setelah ini?" Perkataan anak itu menyadarkan aku dari lamunan.

Aku menoleh padanya yang berdiri di jarak empat meter dariku. Melihat diri anak itu dari sini membuatku benar-benar iri padanya. Pakaian indah dan berlimpah makanan, dia tidak perlu memikirkan tentang masa depannya ada atau tidak ada.

Apa jika aku membunuhnya dapat menggantikan posisi anak itu? Ah, apa yang aku pikirkan, anak itu sangat baik padaku dan telah menyelamatkan hidupku, rasa iri bukan alasan untuk tidak berterima kasih padanya.

"Sudah hampir jam tujuh, di luar pasti sudah ramai orang."

Oh tidak, bagaimana aku dapat melupakan waktu. Kalau begini bagaimana aku pulang?

"Sebaiknya aku pergi sekarang." Ucapku.

"Tunggu dulu!" Seru anak laki-laki itu. Anak itu membuka lemari pakaiannya dan mengambil sebuah koper besar dari dalam. "Pasti berbahaya jika kau tertangkap. Masuklah ke dalam koper ini dan aku akan menyuruh penjaga untuk menaruhmu di belakang hotel." Ujar anak laki-laki itu dengan tatapan serius. "Tenang saja aku akan menyuruh penjaga itu untuk tidak membuka koper, kau pasti aman. Bagaimana?"

Aku memikirkan ide anak itu dengan konsekuensinya. Aku tidak terlalu yakin kalau penjaga itu tidak akan penasaran dengan isi koper. Tetapi melihat wajah anak itu yang berkata dengan penuh keyakinan, mungkin ini bukan ide yang buruk.

Aku mengangguk menjawabnya.

"Ini ambil pisau ini, gunakan untuk membuka koper saat sampai di belakang hotel nanti." Anak itu memberikan sebuah pisau roti yang tidak terlalu tajam. "Masuklah kedalam."

Dia membuka koper dan menatapku membuatku mau tidak mau masuk ke dalam koper besar berwarna biru dongker itu.

"Ini roti milikmu." Anak itu memberikan sekantong besar roti padaku. "Hhm, tidak ada yang ingin kau katakan?" Pertanyaannya membuatku bingung. "Memang seharusnya aku tidak meminta tetapi di semua negeri merdeka akan membalas kebaikan seseorang..."

"Terima kasih." Ucapku. "Disini memang tidak ada sekolah ataupun pelajaran tata krama, tapi nenekku mengajarkannya padaku." Perkataanku membuatnya tersenyum.

"Bukannya aku tidak senang tapi di negeriku berasal kata terima kasih selalu diiringi dengan sebuah ciuman."

Aku menatapnya dengan bingung karena aku tidak mengerti dengan arti kata 'Ciuman'. Isbell tidak mengajariku tentang kata itu.

"Sudahlah tidak perlu dipikirkan." Senyum anak itu. "Bertahanlah hidup, aku yakin suatu saat pasti bisa bertemu denganmu lagi."

...----------------...

Dua ratus tahun yang lalu Deapectrum adalah tempat pembuangan manusia yang diasingkan karena melanggar hukum dari berbagai Negara di dunia.

Deapectrum adalah sebuah negeri yang cukup besar yang terletak di antara dua benua terbesar di dunia. Tempat yang suram dan penuh air mata. Terdiri dari beberapa pulau dan tempat-tempat yang memiliki iklim yang berbeda.

Di tempat perasingan itu berbagai ras dan suku bangsa bertemu. Mereka yang melanggar hukum di buang tanpa pernah di adili.

Lima puluh tahun kemudian, Deapectrum berubah menjadi sebuah negeri yang dijauhi oleh negara lainnya. Walaupun Deapectrum negeri pengasingan namun beberapa orang konglomerat dari berbagai macam negara datang dan membuat sesuatu yang tidak dapat di mengerti.

Mereka mulai membuat berbagai macam tempat yang dijadikan peluang bisnis di Deapectrum.

Semua manusia yang diasingkan di sini memiliki dua pilihan, menjadi budak mereka atau mati kelaparan.

Tidak ada pemerintahan dan hidup di Deapectrum menjadi sangat sulit karena sebagian besar manusia yang hidup di Deapectrum adalah pelaku kejahatan. Setiap hari harus berjuang hidup dan menghindar dari para penjahat yang sewaktu-waktu dapat menghantui.

Tinggal di Deapectrum adalah suatu mimpi buruk bagi siapapun karena tidak akan ada makanan yang mudah ditemukan untuk di makan setiap harinya.

Begitu juga bagi diriku yang terlahir di tempat menyeramkan ini. Sepuluh tahun yang lalu ibuku yang diasingkan dari sebuah negara bebas melahirkan aku di tempat sampah ini. Setelah melahirkan aku dia langsung meninggalkan diriku karena Tuhan memanggilnya sangat cepat.

Seorang nenek baik hati bernama Isbell memungutku dan merawatku seperti aku ini adalah cucunya. Isbell menjadi budak di sebuah hotel megah yang baru saja di bangun, hotel tersebut bernama Pond Jae.

Hanya dua bungkus nasi yang menjadi upahnya setiap hari. Itu sudah cukup bagi aku dan Isbell. Namun lima tahun yang lalu Isbell memungut seorang anak yang lebih muda tiga tahun dariku bernama Jatnera. Setelah itu hidup kami menjadi agak lebih sulit karena harus membagi dua bungkus nasi untuk tiga orang.

Namaku Klay-Bee yang tidak memiliki arti apapun. Nama itu hanya diambil dari sebuah tulisan yang ada di pakaian yang dikenakan ibuku ketika melahirkan aku. Sampai sekarang aku tidak tahu bagaimana rupa ibu dan tidak mengerti kenapa ibuku yang sedang mengandung diriku diasingkan ke tempat yang jauh dari moral ini.

Kadang aku merasa menyesal karena dilahirkan. Andai saja aku tidak dilahirkan mungkin aku sangat akan bersyukur sekali. Itulah doaku selama ini.

...@cacing_al.aska...

Terpopuler

Comments

NURMA 🌽𝐙⃝🦜🍒⃞⃟🦅𒈒⃟ʟʙᴄ

NURMA 🌽𝐙⃝🦜🍒⃞⃟🦅𒈒⃟ʟʙᴄ

jangan menyesal sudah di lahirkan di dunia ini keyy, semnagatt teruss pokok yaaasuatuu saat kebahagiann akan menyertai inn muuu

2023-11-20

1

💫R𝓮𝓪lme🦋💞

💫R𝓮𝓪lme🦋💞

kasihan anak 10 tahun udah harus berjuang,,

2023-11-20

1

Ꮶ͢ᮉ🌸᳟ 𝓐𐝥𐔎𐒻𐀁🍒⃞⃟🦅OFF

Ꮶ͢ᮉ🌸᳟ 𝓐𐝥𐔎𐒻𐀁🍒⃞⃟🦅OFF

sudah di llahirkan jangan menyesal klay... semua harus di lewati walau usia mu masih kecil... 10 thn bayangkan aja🤔🤔

2023-11-04

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!