Minta melamar

Flash back.

Reymon bukannya pulang dia malah duduk di bangku lobi. Dia akan pulang jika Arsel pulang juga. Hati nuraninya menuntunnya begitu. Dia tidak tahu apa yang terjadi dengan hatinya. Ada rasa tidak rela ketika Zahira dekat dengan laki-laki lain.

"Apa yang mereka lakukan? Kenapa ketiganya jalan bersama?"

Mata Reymon mengikuti arah ketiganya. Untungnya Reymon duduk dipojokan diantara orang-orang yang sedang menunggu. Jadi salah satu dari mereka tidak melihat keberadaannya yang masih di rumah sakit.

Ketika mereka menuju cafe, Reymon langsung berdiri dan mengendap-endap seperti penguntit. (memang iya)

Reymon pun duduk tak jauh dari ketiganya sekedar ingin menguping pembicaraan diantara mereka. Hatinya benar-benar penasaran, kenapa Arsel bisa ada di rumah sakit itu dan bisa bersama dengan keluarga Zahira? Apa hubungan diantara mereka? Itu yang membuat Reymon masih betah berada di rumah sakit.

Reymon yang memakai hody dan juga topi memudahkan dia melakukan penyamaran layaknya detektif. Apalagi ditambah kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya semakin membuat wajahnya terlihat samar.

Arsel, Zahira juga umi Aisyah bicara dengan serius sehingga tidak memperhatikan sekelilingnya. Dan tidak mencurigai dengan keberadaan Reymon yang sejak tadi menguping pembicaraan diantara mereka.

Kata demi kata. Kalimat demi kalimat yang didengarkan Reymon semakin membuat dadanya sakit dan sesak.

Kenapa? Kenapa harus begitu? Kenapa harus dia? Kenapa tidak bercerita padaku Zahira..

Jerit Reymon yang semakin menundukkan wajahnya yang tidak rela perempuan yang baru dikenali itu menikah. Ingin sekali dia langsung loncat kesana. Tapi begitu dia berdiri mereka sudah lebih dahulu meninggalkan tempat itu.

Ah.... aku harus bagaimana? Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus mengambil dia dan bertanggungjawab semuanya?

Reymon bingung. Baru kali ini dia dihadapkan dengan masalah besar menurutnya. Karena selama ini dia selalu dimanjakan oleh keluarga nya sehingga tidak tahu bagaimana harus mengambil sikap dan keputusan jika ada masalah. Dia terbiasa bergantung pada mamanya atau pamannya.

Reymon mondar-mandir di ruangan lobi setelah tadi keluar dari cafe.

Apa sebaiknya aku telepon mama ya?

Ucapnya dalam hati.

Reymon langsung merogoh sakunya untuk menghubungi ibunya, Raisya.

"Assalamu'alaikum." Suara lembut itu menyapa di telinga Reymon.

"Waalaikumsalam ma." Ucap Reymon dengan nada sedih.

"Lho.. anak mama kenapa? Kok kaya yang lesu? Apa gak betah tinggal di Jakarta?" Raisya seperti bisa membaca pikiran Reymon. Reymon yang terbiasa manja pastinya akan merasa berat jika harus tinggal sendiri jauh dari ibunya juga pamannya.

"Mmm.. betahlah ma. Emang Reymon anak kecil apa?" Keluh Reymon agak gengsi dikatakan tidak betah.

"Mmm.. oke ada apa sayang?" Raisya begitu sabar menanti Reymon untuk bicara.

"Ma.. mama janji ya gak bakal marah sama Reymon dan janji bisa mengabulkan permintaan Rey!" Ucap Reymon seperti biasanya tidak sabaran dan minta dikabulkan permintaannya.

"Iya... ada apa dulu nih? Kok permintaannya double? Jangan-jangan.. pacar kamu minta dinikahi?" Raisya menebak-nebak permintaan anaknya yang satu ini.

"Kalau iya gimana?" Ucap Reymon agak heran juga. Kenapa ibunya ini seperti cenayang yang bisa membaca pikirannya.

"Ya ampun... Rey... apa gak salah? Kenapa buru-buru sayang? Apa kebelet atau sudah DP? Ucap Raisya kaget. Ternyata tebakannya benar. Dia tidak menyangka baru juga sebulan berpisah, Reymon sudah tidak terkontrol. Raisya langsung memijit keningnya.

"Aduh mama.. gak gitu juga ma.. masa DP? Reymon masih punya iman ma." Reymon langsung cemberut mendapatkan ucapan ibunya yang negatif.

Mengingat zaman sekarang, anak muda-mudi yang terbiasa gaul bebas Raisya jadi asal tebak. Hatinya sedikit lega mendengar pengakuan putranya itu.

"Lalu?" Raisya langsung mengerutkan keningnya.

"Pokoknya, besok mama mesti terbang kesini! Aku pengen melamar seseorang buat Reymon jadiin istri." Ucap Reymon begitu saja. Setelah tadi mendengarkan percakapan keluarga Zahira dan Arsel, hati Reymon langsung panas. Dia tidak bisa menunda-nunda lagi keinginannya itu.

"Apa?" Pekik Raisya kaget. Kenapa putranya yang satu ini tiba-tiba memintanya dadakan untuk melamar seseorang. Tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba minta menikah. Raisya langsung mengurut dada. Baru saja jantung tenang kini harus melompat lagi. Pasalnya menikah itu bukan seperti beli permen lolipop. Sekarang mau sekarang harus.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!