Tid
Suara klakson mobil terdengar berbunyi memberi peringatan pada orang yang sedang berdiri di depannya.
Tid
Klakson mobilnya berbunyi lagi, Bukan hanya orangnya saja yang harus menyingkir, tapi motornya juga harus dipindahkan.Karena tempat parkir mobilnya terhalang motor milik Zahira.
"Budek gak sih?" Arsel mendumel kesal pada dua orang yang santai berdiri menghalangi area parkir mobilnya.
Zahira menoleh ke arah mobil yang barusan membunyikan klakson. Lalu beralih melihat mobil Reymon.
"Kaya seragam ya?" Celetuk Zahira tanpa difilter. Dia malah mengamati kesamaan mobil Reymon dan mobil yang baru saja memberi peringatan.
Reymon yang sudah tahu mobilnya sama, terlihat biasa-biasa saja. Tentu saja sama, karena itu hadiah dari ibu yang sama.
"Ayo.. pindahkan! Aku dorong ya? Sebelum dia ngamuk kaya banteng." Ucap Reymon yang mengetahui siapa yang berada di dalam mobil yang merknya sama namun beda warna itu.
"Mama.. apa-apaan sih.. ?" Arsel kembali mendumel melihat mobil yang sudah terparkir merknya sama persis cuman beda warna dengan mobil yang kini dikendarainya.
Kaya anak kecil saja! Kalau ngasih hadiah cerdasan dikit dong!
Ucap Arsel kesal karena pemberian hadiah ibunya sama persis dengan Reymon yang notabene adik tirinya itu.
"Emangnya motor gue mogok apa?" Zahira mendengus kesal harus memindahkan motornya ke tempat lain.
"Aku percaya bensinnya penuh kok. Tapi kali aja butuh sentuhan aku gitu lho!" Ucap Reymon sengaja menggoda gadis di depannya itu tanpa ingin menyinggungnya.
Zahira menstater motornya,
nggh....
nggh...
Sekali lagi motornya hanya berbunyi nggh.
"Duh gak idup." Zahira heran kenapa tiba-tiba motornya mendadak tidak bisa hidup padahal tadi motornya baik-baik saja
"Sudah sini ukhti.. biar aku yang sela! Nanti kasian keringetan." Ucap Reymon meminta kunci motor Zahira. Rupanya aki motor Zahira sudah lemah, jadi tidak hidup meski distarter berulang-ulang. Zahira tidak tahu moyor matic yang biasa dipakai ibunya itu kurang perawatan. Akhirnya begini akibatnya. Disaat genting malah motornya mogok. Zahira jadi malu karena tadi sudah egois di depan Reymon.
"Kayanya akinya habis deh." Zahira melihat-lihat kesekitaran motor. Kalau di rumah mungkin Zahira berani bongkar-bongkar. Tapi disini? Kayanya tidak mungkin. Dengan gamisnya yang menjuntai juga cadarnya yang berwarna terang bisa-bisa kotor terkena oli.
"Iya.. makanya siniin.. itu mobil di depan sudah emosi. Nanti tau rasa kalau dikasih nilai D." Ucap Reymon yang sudah tahu Arsel akan mengajar dikelasnya. Ya Reymon telah diberitahu sebelum masuk ke Perguruan tinggi itu oleh ibunya Reymon sudah mencari tahu banyak tentang kampus yang akan ditempatinya sekarang. Dan tujuannya kuliah disana pun tak lain hanya ingin pdkt dengan kakaknya yang tak pernah satu rumah itu.
"Nih!" Zahira mengalah pada Reymon. Rasanya malu juga kalau harus mendorong sendirian. Selain dirinya akan berkeringat dia juga makan omongannya sendiri.
Reymon pun menstater lalu menyela motor itu beberapa kali. Tapi masih juga tidak hidup. Dan daripada lama menunggu hidup, Reymon memilih untuk mendorong motor Zahira ke tempat parkiran.
"Eh kok didorong.. ?" Pekik Zahira sambil mengekor di belakang motornya yang sedang di dorong Reymon.
"Emangnya ukhti mau gendong ini motor? Itu kan gak mungkin. Ini motor.. jadi harus dikeranda, bukan sekarat lagi tapi emang koid." Ucap Reymon benar-benar tengil.
Arsel yang sejak tadi melihat interkasi dua orang beda kelamin itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Bukannya cepat memyingkir malah mereka seperti cekcok.
"Dasar labil"
Ucapnya sambil melajukan perlahan agar mobilnya terparkir rapi di area parkir tepatnya di samping mobil Reymon.
"Kaya kembar siam saja. Memangnya gue apaan?" Arsel kembali ngedumel sambil melepaskan sabuk pengamanannya. Lalu keluar dari mobil tak lupa membawa tasnya yang ditaruh di samping bangku kemudi.
Sejenak Arsel melihat ke arah mobil Reymon. Tak ada gunanya sekarang harus mengganti mobil, karena tanggung sudah dipakai. Entahlah ke depannya. Arsel yang mempunyai gengsi tinggi tentu tidak mau miliknya disamakan dengan adik tirinya itu.
Arsel dengan stelan jas rapinya berjalan cool mengarah ke kantor dimana para dosen berkumpul.
"Ah.. lumayan."
Ucap Reymon sambil mengelap keringatnya di dahi. Karena area parkir mobil dan motor lumayan agak jauh. Apalagi panas kota Jakarta juga membuat keringat meleleh dengan cepat. Reymon menarik nafas lalu menghembuskannya kasar setelah berhasil memarkirkan motor Zahira. Dan untuk meringankan rasa gerahnya Reymon ujung kerah kemejanya dan mengipas-ngipas ke badannya agar ada angin yang masuk ke area badannya yang terasa panas.
"Duh maaf.. jadi.. merepotkan."
Ucap Zahira tak enak hati. Dia malu sekali dengan Reymon. Kalau saja tadi menurut, mungkin Zahira tidak terlalu malu sekarang. Karena tadi berani berdebat dengan Reymon masalah parkiran jadi Zahira merasa sedikit bersalah pada Reymon.
"Gak pa-pa asal.. nanti traktir makan siang aja ukhti.. "
Ternyata Reymon pamrih. Entah itu akal bulusnya untuk menarik Zahira atau memang sengaja untuk membayar jerih payahnya.
"Gak ada ikhlasnya nih orang.. udah kaya.. masih ngemis juga."
Zahira tidak menyangka kalau bantuan Reymon itu ada bayarannya.
"Lumayan lah mengganti keringat yang barusan keluar. Biasanya sih.. aku yang traktir.. tapi entahlah di hari ini aku pengen nyobain ditraktir kamu ukhti.. "
Goda Reymon sudah selesai memarkirkan motor Zahira.
"Ih.. dasar.. rampok. Sini. kuncinya!
Zahira kesal sekali harus mentraktir orang asing seperti Reymon. Bukankah itu seperti perampokan? Padahal Reymon sudah membantunya.
"Ya ampun... gue dikatain rampok. Ya udah.. kalau gak mau.. jangan ngatain gue rampok. Lagian gue cuman bercanda kok." Reymon dengan wajah cemberut menyerahkan kunci motor Zahira.
Dan Zahira pun menerima kunci itu dengan menjiwir bagian atasnya yang tidak tersentuh Reymon.
"Emangnya gue sekotor itu apa?" Reymon merasa tersinggung melihat cara Zahira mengambil kunci dari tangannya. Reymon langsung berlalu melewati Zahira setelah menyerahkan kunci itu. Dia mencari ruangan kelas yang akan ditempatinya belajar. Tepatnya gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Zahira tak segera berjalan. Dia malah menatap punggung Reymon yang barusan tersinggung dengan kata-kata nya juga sikapnya. Zahira rupanya agak menyesal dengan perkataannya. Zahira yang terbiasa nyablak ternyata belum bisa mengontrol gaya bicaranya meski sudah memakai hijab.
"Apaan sih.. cowok kok baperan gitu."
Ucap Zahira mengomentari sikap Reymon yang sudah tersinggung karena perkataannya.
Zahira masih berdiri mematung di area parkir. Dia merogoh sakunya dan mengambil benda pipih miliknya. Lalu menekan salah satu nomber yang ada di memori handphone.
"Baim.. bisa tolong gue gak?" Tanya Zahira pada orang diseberang telepon.
"Iya. Ada apa?" Jawab Baim tak berani menolak permintaan gadis yang satu ini.
"Motor gue mogok nih. Kamu bisa bawain ke bengkel tidak? Soalnya gue ada kuliah sekarang." Ucap Zahira meminta bantuan pada temannya itu.
"Lu jadi kuliah?" Tanya Baim tak lantas mengiyakan.
"Iya. Gue kuliah di kampus xxxx. Fakultas Ekonomi dan Bisnis." Jawab Zahira memberitahu Baim.
"Lah.. kenapa tidak jurusan mesin atau Teknik aja Ra? Itu cocok buat kamu." Baim dengan sotoynya memberi masukan.
"Biar masa depan gue gak suram Baimmm... " Zahira kesal juga dengan kesotoyan Baim temannya satu geng nya itu. Dia memang seumuran dengan Zahira. Dan Baim lah yang memperkenalkan Zahira ke dunia balapan. Dia adalah ketua geng motor yang dulu Zahira pernah bergabung di dalamnya. Baim adalah teman Zahira sewaktu Sma. Tapi dia tidak melanjutkan kuliah karena alasan malas berpikir.
"Ha ha ha.. iya.. ya.. ladies.. Biar glowing ya.. banyak duit dan cemerlang." Baim menertawakan omongan Zahira.
"Sudah.. sudah.. lo mau gak sih nolongin gue?" Zahira melihat jam yang ada dipergelangan tangannya.
"Iya.. iya.. bu bos. Gue sekarang meluncur sama si kembar. Soalnya nanti motor gue gak ada yang bawa kalau gue sendirian. Kuncinya dititip dimana?" Tanya Baim pada Zahira.
"Gimana kalau gue titip di satpam? Gue fotoin ya motor gue nya, biar kalian kagak pusing nyarinya." Tanya Zahira pada Baim memberikan solusi.
"Oke. Terserah bu bos lah. Gue mah afa atuh.. kuli eung.. " Baim agak minder juga mendengar Zahira kuliah kampus bergengsi di seantero Indonesia itu. Sedangkan sekarang Baim hanyalah pengangguran. Paling-paling nongkrong di bengkel kalau siang bantu-bantu mang Jajang memperbaiki motor-motor pelanggannya. Kalau malam, Baim masih nongkrong bersama anak geng motornya.
"Ya udah gue titip di pak satpam, dan gue kirim fotonya." Zahira menutup teleponnya. Dia agak tidak tenang karena jam kuliah sepertinya sudah dimulai.
"Duh.. gawat.. gue kayanya telat deh." Zahira buru-buru ke pos Satpam dengan setengah berlari setelah melihat jam di.pergelangan tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments