Di sebuah supermarket, vivian tampak sibuk berbelanja. Matanya terlihat sangat fokus, memilih bahan-bahan, untuk masakan italinya nanti. Rencananya vivian akan membuat Risotto dengan Asparagus Panggang dan Crispy Chicken Thighs , perpaduan ketiganya akan menjadi masakan yang sempurna.
Setelah memeriksa semua bahan yang dibeli telah lengkap, vivian membawanya kekasir, rasanya vivian tak sabar untuk segera membuatnya.
Melewati sebuah taman, terlihat ada banyak orang berkumpul, seperti ada sesuatu yang terjadi di sana, karena penasaran vivian juga ikut mendekat.
"Sebenarnya apa yang diucapkannya, aku tidak paham sama sekali" Ucap seorang ibu yang sedang menggendong bayinya yang tengah tertidur.
"Benar, bahasanya sangat asing, sepertinya beliau dari luar negeri" seorang bapak-bapak berambut klimis menimpali
"Bagaimana kalau menelepon ambulan?" Seorang pemuda memberi saran, vivian mendekat ke arah kakek-kakek yang menjadi bahan pembicaraan, rambutnya pirang keputih-putihan, kulitnya putih pucat seperti bule kebanyakan, dan vivian sempat terpukau sejenak dengan mata si kakek emerald green.
"Kenapa matanya mirip dengan pria penyiksa itu sih, tapi mata bule rata-rata begitu kali ya, seperti mata orang asia yang kebanyakan berwarna hitam, eh ngapain juga ingat-ingat itu orang, gak penting banget gitu lo"vivian menggeleng-geleng mengusir pikiran anehnya.
"Grandpa, are you okey?" tanya vivian memulai percakapan.
"Ho bisogno di zucchero per la mia pressione bassa"
"Aku butuh gula untuk tekanan darahku" Ucap kakek itu lemah.
"Rupanya kakek ini menggunakan bahasa itali, pantas saja mereka tak paham"batin Vivian manggut-manggut.
"Oh, no della choccolata potrebbbe aiutarmi?"
"Oh, aku punya coklat apa itu bisa membantu?"
Kakek itu mengangguk lemah, vivian menjelaskan secara singkat tentang apa yang dialami si kakek, kepada orang yang berkerumun. Di ambilnya kantong belanjaan dari supermarket yang tersampir di motor lalu membawanya mendekat ke arah kakek , dibongkar isi dalamnya mencari coklat dan air mineral yang tadi di belinya.
Saat vivian menggeledah barang belanjaannya, tanpa sengaja sang kakek melihat ada beras arobio , beras itu sangat berbeda dengan beras lokal yang di makan disini, beras arobio cenderung bulat berwarna putih susu, berbeda dengan beras lokal berwarna putih bening, kurus, pendek, dilihat juga ada sayuran asparagus , jamur dan minyak zaitun, mengingatkannya tentang bahan-bahan untuk membuat masakan itali.
Vivian menyerahkan sebungkus coklat dan air mineral, kakek itu mulai memakannya perlahan.
"Perche' compri riso arobio? E parli fluentemente italiano"
"Kenapa kau membeli beras arabio? Dan kau fasih berbahasa itali? Tanya si kakek yang sudah sangat penasaran, karena kalau melihat vivian wajahnya terlihat perpaduan wajah asia.
"Sto pensando di fare il risotto, adoro tutto. Cio' che e' italiano"
"Aku berencana membuat risotto, aku senang semua yang berbau itali" Jawab vivian apa adanya, dari cerita si kakek rupanya beliau habis kecopetan, sang pencuri mengambil dompet miliknya, si kakek berusaha mengejar, tapi yang ada beliau hampir pingsan karena gula darahnya yang rendah, saat keluar rumah beliau juga lupa membawa handphone.
Setelah dilihat kondisi kakek yang sudah terlihat jauh lebih baik, vivian memesankan taxi dan membayarkannya, untungnya kakek itu hapal alamat rumahnya.
"Cioo nonno"
"Daah kakek" ucap vivian melambaikan tangan tersenyum ke arah kakek yang sudah naik ke dalam taxi "Pak supir ini ongkos dan alamat kakek, tolong diantar dengan selamat ya?"
"Baik de" jawab sang supir , mobilpun perlahan berjalan menjauh.
"Sarebbe carino se sposasso mia nipoli"
"Pasti menyenangkan kalau dia menikah dengan cucuku" Gumam sang kakek tersenyum simpul, membayangkan kalau hal itu benar-benar terjadi.
Sesampai di rumah, vivian langsung mengeksekusi bahan-bahan belanjaannya.
"Bener nih non, non yang masak buat makan malam?" Tanya bu Salma untuk yang kesekian kalinya, ragu karena tidak pernah melihat nonanya itu masak sebelumnya.
Vivian akhinya tidak menanggapi pertanyaan bu Salma dan mulai fokus memasak. Bu Salma yang akhirnya diam dan hanya mengamati, di buat heran melihat vivian yang terlihat sudah terbiasa memasak.
Meskipun tak tahu jenis masakan yang nonanya buat, entah keyakinan dari mana, tapi bu Salma percaya masakan itu sangat lezat dari baunya.
Ketika jam menunjukkan waktunya makan malam, papa dan kak kevin pun. Menghampiri ruang makan, mereka terkagum dengan masakan yang tersaji.
"Wah, bu Salma tumben masaknya berbeda dari biasanya?" Tanya Papa Rudolf heran.
"Benar, tapi kayaknya ini enak sekali, jadi gak sabar buat makan" Balas kevin ikut menimpali
"Ini bukan masakan ibu, tapi masakan non Vivian"
Mendengar jawaban itu Papa dan Kevin saling berpandangan, merasa heran dan tak percaya.
"Ah, bu Salma bercanda ya, mana mungkin si manja Vivi bisa memasak" Kevin menggeleng -geleng tak percaya, tak jauh berbeda dengan ekspresi papanya, tak percaya kalau itu semua dibuat oleh Vivian.
"Jangankan aden, ibu saja heran"
"Hallo Papa, Kak Kevin. Oh, iya. Bu Salma kali ini makan bareng kita ya pah, cobain masakan Vivian" Ucap vivian menuntun bu Salma ke sebuah kursi kosong, bu Salma melirik Papa Rudolf meminta persetujuan, dan di jawab dengan sebuah anggukan.
Merekapun mulai memakan, masakan yang telah dibuat oleh Vivian. Dimulai dari Bu Salma, meski masakan itu terasa asing , tapi rasa lezat yang tercipta membuatnya mulai memakannya, berbeda dengan Papa dan Kak Kevin yang tidak asing karena sering memakannya di restoran, tapi tak dapat dipungkiri oleh mereka masakan yang di buat Vivian jauh lebih nikmat.
"Vi, sumpah ini betul kamu yang buat?"
"Betul den, Ibu yang ngelihat"
"Kok bisa?"
"Bisalah Kak, kan banyak tutorialnya di Youtube" Jawab Vivian simple, tidak mungkin vivian mengatakan kalau sudah belajar masak lebih dari tiga tahun di itali dalam kehidupan masa lalunya, bisa-bisa dia dibilang gila oleh mereka, meski hal itulah yang betul terjadi padanya, mana mungkin mereka percaya.
Meski mereka tak puas dengan jawaban yang dibuat Vivian, rasa-rasanya memang jawaban itu yang bisa di terima, apalagi Bu Salma yang melihat cara memasak Vivian yang seperti koki profesional, merasa heran dengan perubahan yang terjadi pada nonanya itu.
Vivian tersenyum puas, melihat mereka tampak menikmati masakan yang dia buat. Vivian berencana membuka sebuah kafe dengan menu-menu masakan itali, makanan yang bisa di rasakan oleh semua kalangan, dengan harga yang sedikit miring dari harga restoran, rencana itu akan mulai di realisasikan olehnya, setelah lulus sekolah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Cty Badria
suka ceritanya up crazy ya saya beri poin🌹
2023-09-18
1