Naya masih ingat jelas kalimat yang Xavier katakan pad pagi hari setelah mereka menghabiskan malam menggairahkan. Semuanya masih hangat di ingatan Naya, soal nada ucapannya, dan bagaimana cara pri itu menatap Naya jijik seolah Naya adalah sampah.
"Dibanding anak aku dengerin omongan kasar dia, mending aku yang kerja banting tulang buat biayain semua pengobatan Maura. Aku gak bakal minta ke Xavier."
Lanjut Naya, dia yakin dan pasti akan hal ini. Soalnya sejauh ini semuanya berjalan dengan stabil. Finansial Naya semakin membaik hingga dia bisa menabung untuk pengobatan mendadak Maura, Maura juga kondisinya stabil walau memang dia sering lemah dan demam karna kelelahan. Tapi sejauh ini, Naya tidak membutuhkan Xavier dalam hidupnya, tidak akan dia biarkan juga putri kecilnya yang manis bertemu ayahnya yang seperti iblis.
"Maaf, aku ga tau kamu se-trauma itu, aku cuma coba bantu kasih saran. Mana tau Ka--"
"Gapapa Ev, santai aja. Aku paham kok niat kamu baik, tapi aku emang ga mau ketemu dia lagi, kalau bisa sisa umur aku, aku habiskan tanpa melihat dia lagi."
Karna memang, saat ini Naya sebenci itu pada pria itu. Karna Xavier secara tidak langsung sudah menghamburkan bisnis keluarganya yang ayahnya bangun dari nol bersama ibunya.
Andai saja perusahaan papa Naya masih berdiri, mungkin Naya sudah mendapatkan donor jantung untuk Maura, agar putrinya bisa hidup normal, sekolah dan bermain seperti anak lainnya.
Ting!
Satu notifikasi masuk ke ponsel Naya.
Dokter Liam
Jangan lupa, hari ini jadwal Maura pemeriksaan rutin kan? Tolong segera datang, saya sudah tidak sabar bertemu dengan Maura.
Naya tentu mengingat dengan jelas jadwal rutin putrinya, tidak akan pernah dia lupakan, tapi dia berterimakasih pada dokter ini yang sudah baik hati selalu mengingatkan Naya, dan juga baik pada Maura. Hingga Dokter itu mau menjadi teman bicara Maura.
^^^Naya^^^
^^^Baik Pak Dokter, terimakasih sudah perhatian pada Maura. Kami akan datang sesuai jadwal.^^^
Naya menutup ponselnya setelah dia mengirimkan balasan pada dokter yang menangani Naya sejak dua tahun lalu.
"Va? Aku hari ini udah bilang izin buat balik lebih cepet kan?" Tanya Naya, mungkin kalau dia lupa, sahabatnya bisa membantunya izin.
"Iya udah, ini kan jadwal periksa Maura." Eva mengangguk, dia juga hapal kalau setiap dua Minggu sekali, Naya akan membawa Maura untuk ke rumah sakit.
...**************...
"Maura pasti bakal sembuh, Om Dokter yakin kok! Tos dulu!"
Dokter muda itu mengepalkan tangannya, menunggu tangan Maura menyentuhnya untuk melakukan tos. Maura segera mengepalkan tangannya dan meninju pelan tangan sang dokter, wajah Maura penuh senyuman ceria, gigi nya kelihatan saat dia tertawa.
Liam--dokter yang baru lulus dan mulai bekerja di rumah sakit ini sejak dua tahun lalu, menjadi dokter yang paling sering menangani Maura. Dia sudah menjadi rekan Maura.
Liam sendiri juga sangat menyayangi bocah enam tahun itu, bukan hanya Liam, tapi semua perawat dan dokter yang sudah pernah menangani Maura, suka pada Maura. Karna Maura, meski di diagnosa menderita lemah jantung bawaan, dia tetap selalu tersenyumlah dan tertawa ria, wajahnya ceria, tak pernah sendu, membuat siapa saja yang tau kisahnya dan melihatnya akan mendoakan kesembuhan untuk anak yang mungil ini.
Liam, pria tampan berambut pirang, bersenyumkan kehangatan bak mentari yang menyinari, sikapnya yang ramah dan periang membuat Maura cepat akrab dengannya.
"Tentu Maura bakal sembuh Om, Maura kan anaknya mama! Anak mama itu kuat Om, soalnya mamanya aja hebat!" Jawab Maura tak memudarkan senyumnya.
Kini Maura ada di kursi roda bersiap untuk pulang bersama Naya yang senantiasa mendorongnya. Pengobatannya sudah selesai, Maura sudah diperiksa, keadaannya masih stabil, tidak ada yang salah, namun Maura harus tetap menjaga makanan dan minum obatnya.
Maura pakai kursi roda, karna jantungnya yang lemah, Maura tidak bisa berjalan terlalu jauh, atau sekedar naik--turun tangga.
Maura memang anak yang lemah jantung, tapi dia anak yang sangat ceria, karna itu para dokter atau perawat sangat menyukainya.
"Kalau gitu saya cuma bisa anter sampai sini aja, nanti kalau saya senggang, saya bakal kunjungi Maura." Kata Dokter Liam tersenyum setelah mengantar Naya dan Maura di depan pintu rumah sakit.
"Iya gapapa Pak Dokter, terimakasih sudah mengantar kami lagi hari ini." Naya menunduk sopan, meski sudah dua tahun berkenalan, untuk Naya hubungan mereka hanya sekedar hubungan formal dokter-pasien.
"Makasih Pak Dokter ganteng." Kata Maura memberikan jempol.
Liam hanya bisa tersenyum dan tertawa pelan melihat Maura kecil yang sangat menggemaskan.
......................
Naya dan Maura baru saja turun dari taksi online yang dia pesan. Untuk jalan dari mobil sampai ke rumah saja Maura bisa. Tapi karna sekarang lagi makan es krim, Maura duduk di kursi roda miliknya, dan Naya mendorongnya perlahan.
Sebelum sampai ke rumah, Naya tadi mampir untuk membelikan buku dan beberapa mainan puzzle sesuai permintaan Maura, sekalian juga beberapa es krim.
"Pantes penyakitan, makan es krim terus. Kata Ibu aku, makan es krim terus bisa sakit kayak kamu!" Celetuk satu bocah laki-laki dari beberapa bocah yang sedang main bola di dekat Maura.
"Pantes udah sekolah masih bodoh, makan micin terus sih, kurang gizi kan jadinya." Jawab Maura santai tanpa beban, sambil menyendok es krim dingin dibawah terik matahari yang panas ini. Maura sengaja memasang ekspresi menikmati es itu, seolah itu es paling enak di dunia.
"Maura, ga boleh gitu. Maaf ya Bu, ga maksud gitu kok anak saya." Naya menunduk hormat sambil tersenyum canggung, menghadapi beberapa ibu-ibu yang sedang duduk sambil bergosip ria menjaga anak-anaknya bermain.
"Iya gak apa-apa kok neng, mau gimana lagi, memang kalau anak tuh kurang kasih sayang dari salah satu orangtuanya, jadinya anaknya gak sopan. Makanya neng, pinter-pinter cari lakik, nah kan kalo bunting di tinggalin, saya begini bukan ngerendahin loh, saya cuma nasihatin." Kata ibu-ibu menanggapi permintaan maaf Naya.
"Hehehe, kalo dinikahin juga diselingkuhin buat apa bu? Kemarin saya liat ibu baju kuning sama suami ibu, suap-suapan makan di pinggir jalan, aduh mesra banget bu. Saya bilang gini bukan maksud mau ngerusak rumah tangga ibu, saya cuma nasihatin supaya jangan salah pilih suami. Kalau begitu saya permisi dulu yaa."
Naya melenggang pulang dengan santainya sambil mendorong Maura yang juga makan es krim tanpa beban.
Jangan tanya, betapa geram dan kesalnya ibu-ibu yang berkumpul disana, wajah mereka merah padam terkhusus ibu-ibu barusan dan yang memakai baju kuning. Mereka panas, dan akan terus menggunjing Naya sampai puas.
Naya yang sudah terbiasa akan gunjingan orang-orang itu tidak mengganggapnya serius, tidak peduli juga, Naya anggap pahala gratis. Mungkin saat awal-awal dia tau dia menjadi bahan panas pergosipan ibu-ibu setempat, dia sempat sakit hati dan malu untuk keluar. Tapi sekarang sudah biasa saja. Naya sudah beradaptasi dengan lingkungan dan sifat manusia di sekitarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Uthie
Wahh... Ternyata Naya dan Maura bisa balas lebih pedas dari pada gunjingan orang yg kurang kerjaan 👍😁
2023-10-05
2
Ayu Septiani
sabar Naya.... mereka yang julit pasti dapat balasannya. yang penting Maura bahagia. ayo update lagi kak author. semangat 💪💪💪💪
2023-09-13
0