...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Tujuh tahun sudah berlalu.
Selama tujuh tahun itu, Naya tinggal di sebuah desa yang tidak jauh dari perkotaan. Karna Naya harus bekerja, pun dengan sang papa. Karna ada satu anak yang harus mereka biayai sampai dewasa.
"Maura, ayo minum obat sayang."
Naya yang plin-plan dan gadis sembrono itu kini sudah menjadi wanita yang cantik dan elegan, baik dan lembut, karna dia kini sudah menjadi seorang ibu dari anak perempuan berusia enam tahun bernama Maura Diandra. Dia gadis yang boros menjadi sosok wanita yang hemat, demi masa depan putrinya.
Karna Maura, terlahir dengan jantung lemah bawaan. Membuatnya harus hidup berdampingan dengan obat-obatan dan rumah sakit. Bau rumah sakit dan banyak obat tidak lagi asing untuk Maura, karna mereka semua adalah salah satu alasan Maura bisa berjalan dengan baik.
Karna itu Naya bekerja sangat keras, mengumpulkan uang untuk pengobatan Maura, sekaligus untuk membeli donor jantung di kemudian hari jika ada yang cocok dengan Maura.
"Mama cantik banget hari ini." Maura, anak enam tahun yang sangat cantik. Karna wajah Maura, mirip sekali dengan ayah biologisnya yang tampan.
"Makasih sayang. Minum obat dulu yuk."
"Wlehhh paitt." Maura reflek menjulurkan lidahnya, tatkala telinganya mendengar kata obat itu.
"Maura sayang, kan mau nemenin mama kerja. Mama bakal sedih dan kerepotan kalau Maura kambuh pas mama lagi kerja, nanti mama dipecat gimana? Jadi, minum obat yaa peri kecil mama."
Bukannya Naya mau membebankan masalah pada putrinya, bukannya dia mau membuat anak sekecil itu berpikir keras dengan mengatakan kesusahan Naya dalam bekerja dan mencari uang. Masalahnya, anaknya ini terlalu cerdas walau tubuhnya lemah. Maura tidak akan bisa dibujuk dengan cara yang biasa saja seperti anak lainnya.
Maura tidak akan minum obat dengan dalih obat itu tidak pait, atau akan ada monster dan hantu yang menangkapnya jika dia tidak minum. Naya sudah pernah coba metode seperti itu, tapi jawaban Maura membuat melongo. Naya ingat dulu saat pertama kali meminta Maura meminum obat, Maura menjawab dengan santainya bahwa tidak ada monster di dunia ini.
"Humm. Yang mama bilang bener juga sih, Maura bisa kacaukan kerjaan mama kalau Maura kambuh. Mama juga bisa dipecat kalau gak masuk kerja. Oke, Maura bakal minum obat, walau pait. Plehh."
Kan? Sudah Naya bilang, kalau mau menjelaskan sesuatu pada putri kecilnya enam tahun ini, harus jelaskan juga alasan logis yang bisa diterima akal sehat.
Naya tersenyum manis, dia menyuapi Maura sirup sesuai takaran sang dokter. Maura langsung merem-melek setelah obat pait itu masuk ke dalam mulut dan menyentuh ramah lidahnya.
Naya tersenyum tipis, reaksi lucu putrinya ini membuat hatinya selalu bahagia. Kalau ditanya kebahagiaan itu apa? Maka Naya dengan yakin dan pasti akan menjawab kelahiran Maura, terlepas dari bagaimana Maura bisa terlahir.
Maura adalah semangat hidup Naya. Maura adalah segalanya untuknya, tak kan dia biarkan penyakit itu mengambil putri kesayangannya dari hidupnya.
"Nih susu, minum dulu, Nak."
"Hari ini obatnya pun pait." Maura mengambil sisi coklat kesukaannya, setidaknya bisa meredakan rasa pait yang sudah lengket di lidahnya.
"Namanya juga obat. Karna udah minum obat, udah minum susu, yuk ikut mama kerja."
"Ayo kita berangkat!"
......................
Naya bekerja di sebuah butik milik salah satu temannya dulu--Evalina. Karna itu Naya boleh membawa putrinya Maura. Eva juga sangat menyayangi Maura. Saat Naya sedang bekerja, Maura akan beristirahat di ruangan Eva, yang penuh dengan fasilitas bagus, kasur yang empuk, bantal yang nyaman, sofa yang bagus, dan banyak buku. Biasanya Maura suka membaca buku kalau disana.
Karna tubuhnya yang lemah, Naya memutuskan untuk belum menyekolahkan Maura. Pernah tahun lalu Naya coba menyekolahkan Maura di sebuah taman kanak-kanak, satu Minggu setelahnya Maura sering kambuh, Maura terlalu lemah sekarang.
Karna itu, Maura tidak suka kegiatan fisik, dia lebih suka melatih pikirannya dengan membaca dan mencari pengetahuan. Maura anaknya penuh dengan rasa ingin tau, dan dia selalu mencari tau jawaban yang ada di kepalanya.
"Rajin banget dia, kalo gak sakit mah udah masuk kategori anak tercerdas dia, Nay." Kata Eva melirik Maura yang masih fokus membaca.
"Gak apa-apa, cerdas atau gak, sakit atau sehat, Maura tetap putri sempurnanya aku." Naya tersenyum hangat menatap putrinya yang semangat membaca.
Naya senang, meski tubuh Maura lemah, setidaknya Maura tetap tumbuh menjadi anak yang ceria dan semangat.
Kali ini Naya sedang beristirahat di ruangan Eva. Jam makan siang, makanya dia bisa rehat.
"Udah liat ini belum? Makin kaya aja dia." Eva menunjukkan sebuah berita di layar ponselnya. Berita tentang pria yang namanya sudah tidak pernah Naya dengar, dan orang yang tidak ingin Naya temui di sisa hidupnya.
Damitri Xavieran, lagi-lagi mendapat predikat pengusaha tersukses tahun ini. Dia berhasil masuk ke dalam kategori 10 orang terkaya di dunia.
Begitulah isi berita dari layar ponsel Eva yang dia tunjukkan pada Naya. Eva sudah tau apa yang terjadi pada Naya, dia juga tau siapa ayah dari Maura.
"Ga tau, ga peduli juga." Jawab Naya santai sambil makan. Sejujurnya Naya juga agak terkejut, dia heran kenapa pria dingin tanpa hati itu malah memilih membesarkan usahanya, dan tidak menikahi Bia. Padahal dulu Xavier sendiri yang mengatakan akan tidur dengan Bia karna dia mencintai Bia. Padahal Naya sebagai penghalang selama ini, sudah pergi kan?
Dan Bia malah menikah dengan seorang Presdir saingan bisnisnya Xavier. Naya tidak begitu mengerti, dan juga tidak begitu peduli. Baginya kalau mereka tidak mengusik hidup Naya, Naya juga tidak akan mengusik hidup mereka.
"Ga mau minta duit dia aja buat Obatin Maura? Minta 10 M aja, udah cukup buat nyari pendonor jantung buat Maura. Aku dengar di luar negri, anak lima tahun udah bisa menerima donor jantung, tapi dari anak seusianya, dan kalau jantungnya cocok dan sesuai. Nay, kamu mau anak kamu sehat dan bisa sekolah, main kayak anak lainnya kan?"
Naya diam sebentar. Dia tau apa yang Eva katakan itu masuk akal, dan dia juga paham uang 10 M bukanlah masalah besar untuk pria seperti Xavier.
"Tapi masalahnya, apa Xavier akan menerimanya? Xavier aja benci banget sama aku, dia risih sama aku. Dan kalau tau dia punya anak sama aku? Coba bayangin dia bakal lakuin apa? Jangankan buat kasih duit biayain pengobatan Maura, yang ada dia bakal suruh Maura mati lebih cepat. Karna Xavier itu orang yang sedingin itu."
Naya masih ingat jelas kalimat yang Xavier katakan pad pagi hari setelah mereka menghabiskan malam menggairahkan. Semuanya masih hangat di ingatan Naya, soal nada ucapannya, dan bagaimana cara pri itu menatap Naya jijik seolah Naya adalah sampah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Uthie
Tetap teguh Naya.. biarkan si Xavier menyesalinya suatu hari nanti 💪😡
2023-10-05
2
Ayu Septiani
Mungkin kedepannya Xavier bakal menyesal telah mengusir dan mengatai Naya. kapan ya maura bisa ketemu xavier. ayo lanjut update lagi kak, semangat 💪💪💪💪
2023-09-13
2