" Oma..opa..maafkan Hani..maafkan Hani yang udah repotin oma opa..maafkan Hani yang belum bisa membalas kebaikan kalian ama Hani...huaaa..hiks..hiks..."
Herry menepuk nepuk dengan pelan punggung Hani. Tentu saja sedih, karena baru beberapa waktu lalu mereka mengobrol. Tapi takdir Tuhan benar benar rahasia.
" Yang sabar dek. Oma opa pasti udah bahagia di surga. Jangan buat mereka bersedih.. Bersedih bole, tapi jangan lama lama, ntar malah jadi dosa.." kata Herry
" Kakak akan jagain kamu. Gak usah kuatir.. "
" Herry, mana mama papa ? APA YANG TERJADI..HAH!! " tiba tiba datang paman (kakak mami) dengan marah marah.
Hania yang sedang khusuk menangis segera menyingkir dari sana. Karena dia tahu perkataan pamannya selanjutnya..
" Ingat, rumah itu milik kami..kalian hanya cucu..apalagi kamu Hania."
Hania dan Herry hanya berlalu tanpa berkata apa apa. Hatinya sakit, oma opa belum dimakamkan, pamannya yang gak mau urusin oma opa malah datang omongin harta.
Herry pun ikut berlalu buntuti Hania, tiba tiba berhenti dan berkata pada pamannya " Apa paman lupa, tidak tahu atau pura pura ? ", kata Herry datar dan berlalu meninggalkan pamannya yang sedang marah. Pamannya takut karena dia sebenarnya hanyalah anak angkat. Tetapi oma opa sangat menyayangi paman Rely, tetapi waktu itu paman Rely terlibat utang judi, untuk membayarnya, dia menjual sawah opa. Disitulah paman Rely tiba tiba tidak pernah datang ataupun menelepon sekedar bertanya kabar oma opa.
Tanpa mereka sadari, kejadian tadi dilihat oleh dokter Rama dan asistennya.
Mereka segera pergi dari RS karena sudah ditunggu sopirnya di lobi.
" Kenapa Ram ? Muka lo kusut banget ? Hari pertama kerja koq udah balik cepet ?." Herry di berondong pertanyaan oleh asisten sekaligus sahabat Rama.
Rama hanya diam dan melamun sambil terbayang wajah sedih gadis yang gak tahu kenapa tiba tiba dia memikirkannya.
" Fiuh.. " Rama membuang nafasnya dengan kasar
" Lo kenapa sih? Lo kenal keluarga tadi ?"
" Gak.."
" Terus .."
" Baru kedua kali ini gw ketemu dia.. kayaknya dia tinggal satu komplek.."
" Terus kenapa lo bete..kusut kyak gak disertika tu muka.."
" Cerewet banget sih lo kayak perempuan.."
" yaelah bos.."
Mobil melaju ke perusahaan keluarga Rama. Salah satu perusahaan yang sangat dikenal di Asia. Mereka menguasai berbagai bidang bisnis. Tentu saja ditangan dingin Adipati Wijaya perusahaan RS Group bisa menjadi seperti sekarang.
Rama yang anak sulung dari tiga bersaudara tidak langsung memegang perusahaan karena dia masih ingin menggapai cita cita dia yaitu menjadi dokter.
Tidak seperti keluarga kaya lain yang memaksakan anak laki laki mereka untuk mengambil jurusan bisnis tetapi keluarga Rama merupakan keluarga yang bebas memberikan pilihan bagi anak mereka. Tetapi tetap saja harus memegang tanggung jawab ke perusahaan. Istilahnya Double agent kali yah...🙃🙃
" Selamat datang pak.."
Para karyawan tentu saja mengenal Rama, karena Pak Adi sering mengajak Rama ke perusahaan.
" Hem.."
" Selamat pagi..iya..pagi.." berbeda dengan Rama, Hendra menjawab sapaan karyawan dengan ramah.
" Dasar kulkas 4 pintu lo.. senyum dikit napa, itu para ciwik ciwik cantik kagak ada yang nyantol kah.."
" Berisik.." Hendra hanya merengut dengar jawaban Rama
Ting..
Lift tiba di lantai paling atas gedung tersebut. Di depan ruangan CEO ada seorang sekertaris yang sudah berdiri dengan senyum menawan untuk menyambut atasan barunya.
" Selamat datang Ram.." sapa Anindya
" Hem.."
" Bos Anin..Bos..Ini kantor..." omel Hendra
" Sok dekat banget sih..."
" Kami emang pernah dekat kalo lo lupa Hen.."
" Anin..jangan lewat batas..jaga omonganmu.. kalian udah gak ada hubungan apa apa kalo lo lupa.." Kata Hendra dengan tegas.
Anin terdiam dan merinding tiba tiba karena melihat sorot mata Hendra yang rasanya mau nerkam dia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments