Axio menahan lenganya agar tidak tertarik oleh anak kecil yang begitu mirip dengan dirinya, Cristian menatap ke arah pria tinggi itu.
“Masuk dan temui adikmu, jaga dia dengan baik. Ada hal penting yang harus aku lakukan.” Ucap Axio yang kini sudah berjongkok sambil menyentuh kedua pipi anak laki-lakinya.
Cristian hanya menatap polos pria dewasa itu tanpa mau banyak bertanya, dan menatap kepergian pria yang tadi berduaan di dalam ruangan bersama Mommy nya.
Jantung Naura tiba-tiba terasa nyeri saat melihat ayah dari kedua anaknya itu begitu saja meninggalkan anaknya, rasa sesal melanda dirinya.
“Jahat!” Pekiknya dalam hati, karena Naura takut jika pria bernama Axio itu tau jika dia memiliki anak darinya, Axio akan mengambil kedua anaknya dari tanganya.
Namun rupanya salah, pria itu malah pergi begitu saja meninggalkan anaknya.
“Mom, kamu sedang apa?” Tanya Cristian karena Naura hanya diam berdiri tidak jauh darinya, tidak mendekati dirinya dan hanya menatap Cristian dengan tatapan sendu.
“Teman Mommy mau kemana dia buru-buru pergi?” Tanya Cristian bingung, dia juga bingung dengan ucapan yang di lontarkan pria dewasa itu.
“Abang…” panggilnya dengan menahan rasa sakit dan panas di matanya. Naura memeluk anak laki-lakinya itu.
Sungguh malang sekali nasib kedua anaknya, Jika Nanura tau kalau Axio tidak menginginkan kedua anaknya ia tidak akan berani meminta uang untuk biaya pengobatan Ale, agar hal seperti ini tidak terjadi.
Karena Naura tidak mau membuat kedua hati anaknya terluka karena melihat penolakan dari Ayahnya sendiri.
“Mommy, jangan menahanya. Menangislah.” Ucap anak kecil yang kerap di panggil Abang Tian itu. Abang Tian mengelus punggung sang Mommy, dia tau betul bagaimana pengorbanan Mommy nya selama ini yang berusaha keras membiayai pengobatan Aleya adiknya.
Abang Tian juga sering melihat Mommynya diam-diam menangis sendirian di ruangan yang gelap sambil menatap Pointe shoes miliknya yang sudah usang.
Tangisan Naura semakin pecah, dia menenggelamkan wajahnya dan memeluk erat Cristian.
Sementara Axio kini masuk kedalam ruangan dimana isterinya Bella Fedora tengah melakukan pemeriksaan, mereka berdua datang ke rumah sakit dengan tujuan ingin memiliki anak dengan mulai melakukan prigram hamil.
Karena selama 5 tahun mereka menikah masih belum di karuniai anak, kedua orang sukses itu lebih pokus bekerja mengejar kariernya selama ini dan mengesampingkan kewajiban mereka untuk memiliki anak.
“Sayang, dari mana saja?” Tanya Bella yang kini tersenyum lebar ke arah suaminya, Axio menatap isterinya dengan datar. Namun di dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia merasa menyesal sudah menghianati isterinya walau itu terjadi semalam sebelum dirinya menikah dengan Bella.
“Sayang, aku ada urusana mendadak. Lebih baik kamu pulang sekarang bersama supir, kita lakukan pemeriksaanya lain kali” Ucap Axio yang langsung merangkul tubuh isterinya karena Bella mendekatinya.
Bella hanya menghela nafasnya pelan, ia sudah sangat terbiasa dengan hal mendadak seperti ini. Selain suaminya dirinya juga sudah sering mendapat urusan mendadak karena pekerjaanya.
“Baiklah aku pergi dulu.” Ucap Bella sambil mengecup pipi suaminya, tanpa mau banyak bertanya karena sedah sangat jelas itu adalah urusan kantor.
Sean yang sejak tadi ada di ruangan itu bersama dokter lainya yang menangani isteri sahabatnya itu nampak terlihat heran.
Axio lalu menatap ke arah Sean saat sang isteri sudah keluar dari ruangan itu.
“Ayo bicara di tempat lain.” Ucap Sean yang tau maksud dari sahabatnya itu.
Di ruangan lain, Axio terlihat gelisah. Ini kedua kalinya Sean melihat sahabatnya gelisah selama berteman lama dengan Axio, pertama kalinya adalah saat Axio melangsungkan pernikahan. Tapi Axio bukan gelisah karena akan menikah, justru pria itu gelisah karena wanita yang di tidurinya semalam sama sekali tidak menghubungi dirinya membuat Axio merasa bersalah.
“Sean, lakukan operasi segera untuk anak itu, dan pindahkan dia ke ruangan yang lebih layak.” Ucap Axio karena hanya itulah yang terpikir di otaknya saat ini.
“Anak mana? Apa benar dia anakmu?” Tanya Sean dengan sengaja, padahal Sean sendiri juga mencurigai anak yang sangat mirip dengan sahabatnya itu jika dia anak Axio.
“Berhentilah bermain-main Sean! Aku tidak peduli dia anakku atau bukan yang terpenting sekarang bawa dia keruang operasi, urusan itu aku akan mengurusnya belakangan.” Ucap Axio dengan wajah tidak tenang dan tubuh yang terlihat bergetar.
“Baik aku mengerti, aku sudah melihat kondisi anak itu. Besok sudah bisa langsung melakukan operasi jika kau mau, aku akan membuat jadwal operasinya.” Ucap Sean lagi, dia berbasa basi sebelumnya hanya takut jika Axio akan kecewa jika anak itu bukan anaknya.
Namun mendengar jawaban Axio, itu artinya pria itu tetap akan menjadwalkan operasinya walaupun jika kenyataanya bukan anak kandungnya.
“Ya secepatnya,” pinta Axio lagi, dia lalu mendaratkan bokongnya di atas sofa karena ia sadar kakinya sudah tidak bisa menopang bobot tubuhnya karena kakinya terus bergetar.
Sean segera menghubungi seseorang, dia meminta pasien yang bernama Aleya untuk di pindahkan ke ruang pasien VVIP dan segera menjadwalkan operasi untuk Aleya.
Lalu Sean menatap Axio yang kini menutup wajahnya dengan telapak tanganya sambil bersandar di sofa.
“Ada apa?” Tanya Sean sambil berjalan ke arah Axio dan duduk di sampingnya. “Apa kamu menyesal sudah melakukanya malam itu?” Tanya Sean lagi.
Karena jujur dirinya juga menyesal sudah menyuruh Axio bermain dengan wanita lain sebelum pernikahan itu terjadi, ia tidak tau jika malam itu akan membuahkan hasil.
Apalagi anak itu sedang sakit, ia sangat menyesali perbuatanya.
“Kau masih bertanya? Aku lebih menyesal jika aku tidak tau dan aku tidak bisa menolongnya.” Ucapnya dengan mata yang sudah memerah. “Aku bahkan belum sanggup melihatnya.” Ucap Axio lagi membuat Sean terkejut dan menatap ke arah sahabatnya.
“Kau gila! Lebih baik kau temui dulu anakmu itu, dia pasti sangat merindukanmu.” Pekik Sean kesal, bukanya menemui anak itu Axio malah datang menemuinya.
Ayah macam apa.
“Aku malu, selama ini aku bahagia dengan isteriku tanpa tau jika anakku sedang menderita dan kesakitan.” Ucap Axio bahkan saat ini air matanya sudah mulai menetes karena tidak bisa terbendung lagi.
“Itu bukan salahmu Ay, temuilah dia.” Ucap sean sambil menepuk-nepuk pundak sahabatnya. “Dia sangat lucu dan cantik, apalagi kepercaya dirianya sama sepertimu Ay.” Ucap Sean, karena itu yang dia lihat dari diri Ale.
“Karena itu, kamu harus menebus semua hal yang tertinggal selama ini.” Ucap Sean lagi. “Lakukan sebelum terlambat.”
.
To be continued…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Evy
ceritanya bagus dan menarik tidak membosankan untuk dibaca.mantap Thor...pas awal baca langsung suka...
2024-06-12
0
Truely Jm Manoppo
oh my .... Aleya dan bang Tian 🥱🥱🥱🥱
2023-12-18
2
❤️MOMMY JEJE💋💋💋
sama mommy ny sendiri kok pakai bahasa"kamu", dan juga axio, kenapa kok menyebut dirinya sendi "aku", harusnya papa.
bahasa penulisannya kurang nyaman✌️✌️
2023-12-17
4