Dua tahun sudah, Stevi selalu dihantui oleh bayang-banyang Alex dan itu sangat mengganggu dan menyiksa Stevi.
"Ya Allah, tolong hilangkan Kak Alex dari ingatanku karena aku sudah tidak mau memikirkan dia lagi," batin Stevi.
Setelah lulus kuliah enam bulan yang lalu, Stevi langsung masuk perusahaan Papanya dan belajar mengurus perusahaan. Begitu juga dengan Maya yang ikut bekerja bersama Stevi dan Stevi menjadikan Maya sebagai sekretarisnya.
Sedangkan Alex sudah lulus dua tahun yang lalu, dan saat ini Alex sedang belajar di Perancis untuk menjadi pebisnis hebat. Alex dan Maya menjalani hubungan jarak jauh dan itu membuat Stevi sedikit aman karena tidak harus sakit hati karena melihat kemesraan Maya dan Alex.
Tok..tok..tok..
"Masuk."
"Pagi Bu, hari ini Ibu akan bertemu dengan seseorang dari perusahaan Brasco Grup di sebuah restoran," seru Maya.
"Siapa? Kak Alex?" tanya Stevi.
"Bukan Bu, tapi adiknya Pak Alex namanya Thomas beliau baru pulang dari Belanda," seru Maya.
"Oh, baiklah kamu tunggu di bawah saja lima menit lagi aku akan segera turun."
"Baik, Bu."
Maya pun dengan cepat keluar dari ruangan Stevi, di dalam kantor obrolan mereka memang formal tapi kalau di luar jam kerja, mereka akan kembali berbicara dengan bahasa yang biasa mereka pergunakan sehari-hari."
"Stevi, ayo semangat! Mulai sekarang kamu harus melupakan Alex karena Alex sudah menjadi milik wanita lain," batin Stevi menyemangati dirinya sendiri.
Stevi pun bangkit dari duduknya dan menyambar tas selempang yang menggantung di kepala kursi. Maya mulai melajukan mobilnya ke sebuah restoran mewah.
Stevi memang sudah mengajarkan banyak hal termasuk cara mengendarai mobil kepada Maya, banyak hal yang sudah Stevi berikan kepada Maya jadi Maya sangat sadar diri dan berusaha mengabdikan dirinya di keluarga Stevi.
"May, bagaimana hubungan kamu dengan Kak Alex?" tanya Stevi.
"Baik-baik saja kok Stev, setiap hari kita masih selalu berhubungan."
"Syukurlah, oh iya kamu gak kenal sama adiknya Kak Alex?"
"Kamu kaya gak tahu aja, Kak Alex itu tidak pernah mengenalkan aku kepada keluarganya jadi aku mana tahu sama adiknya."
"Apa kamu tidak pernah meminta kepada Kak Alex untuk memperkenalkan kamu kepada keluarganya? Kalian sudah lama pacaran, masa iya mau backstreet terus."
"Aku maunya gitu, tapi Kak Alex bilang belum waktunya."
Stevi hanya bisa terdiam, dia tidak tahu harus bilang apa kepada Maya yang Stevi bisa hanya menyemangati Maya walaupun pada kenyataannya hatinya begitu sangat sakit.
Alex sampai saat ini memang tidak pernah memperkenalkan Maya kepada keluarga besarnya, bukan tanpa alasan Alex melakukan semua itu. Alex tahu bagaimana watak keluarganya, mereka memandang seseorang dari status sosial jadi Alex takut kedua orang tuanya akan menentang hubungannya dengan Maya, secara Maya hanya anak seorang sopir.
Tidak lama kemudian, Maya pun menghentikan mobilnya di sebuah restoran mewah khas makanan Jepang. Maya dan Stevi di bawa ke ruangan privat karena Thomas sangat tidak suka dengan suasana ramai.
"Nona, silakan masuk!" seru pelayang restoran itu.
"Terima kasih."
Stevi dan Maya pun masuk, terlihat seorang pria tampan duduk sendirian dengan pandangannya fokus ke ponsel pintarnya.
"Selamat siang, Pak Thomas," sapa Stevi.
"Selamat siang."
Thomas mendongakkan kepalanya dan seketika Thomas melongo saat melihat Stevi.
"Maaf Pak Thomas, aku sedikit terlambat karena barusan jalanan sedikit macet," seru Stevi.
"Ah, tidak apa-apa, silakan duduk."
Thomas menggeser kursi dan mempersilakan Stevi untuk duduk, begitu pun dengan Maya. Thomas tidak melepaskan pandangannya terhadap Stevi, entah kenapa Thomas jatuh cinta kepada Stevi pada pandangan pertamanya.
"Aku tidak menyangka kalau pemilik perusahaannya seorang wanita cantik," puji Thomas.
"Ah, Pak Thomas terlalu berlebihan," sahut Stevi.
"Berlebihan? Aku rasa tidak, karena pada kenyataannya kamu memang wanita yang sangat cantik."
Stevi menyunggingkan sedikit senyumannya, begitu pun dengan Maya yang terlihat memperhatikan Thomas.
"Ternyata adiknya tidak kalah tampan dengan Kak Alex," batin Maya.
Thomas dan Stevi mulai berbincang-bincang masalah pekerjaan, dan beberapa saat kemudian Stevi pun menyetujui untuk bekerja sama dengan perusahaan milik keluarga Brasco itu.
"Stev, apa nanti malam kamu ada acara?" tanya Thomas.
"Ehhmm...sepertinya tidak ada."
"Mau tidak, kalau aku ajak kamu keluar?"
Stevi menoleh ke arah Maya dan Maya tampak menganggukkan kepalanya. Stevi terdiam sejenak dan memikirkan apa yang akan dia jawab.
"Apa salahnya kalau aku menerima ajakannya? lagipula aku butuh teman ngobrol supaya aku bisa melupakan Kak Alex," batin Stevi.
"Kok malah melamun? Bagaimana, mau tidak? Tapi kalau kamu tidak bisa juga tidak apa-apa," seru Thomas.
"Boleh."
"Serius? Kalau begitu nanti malam aku jemput kamu dan sekarang tolong kamu catat nomor ponsel kamu," seru Thomas dengan memberikan ponselnya kepada Stevi.
Stevi dengan cepat mengetik nomor ponselnya. "Maaf Pak Thomas, aku harus segera kembali ke kantor soalnya masih ada banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan," seru Stevi.
"Baiklah, mau aku antarkan?"
"Ah, tidak usah aku bawa mobil sendiri kok."
Stevi dan Maya pun meninggalkan Thomas dan pergi kembali ke kantor Stevi. Ada sedikit rasa tidak rela di hati Maya, dari dulu sampai sekarang Maya memang selalu iri kepada Stevi karena Stevi bisa mendapatkan apa yang dia mau bahkan setiap bertemu dengan pria, Stevilah yang selalu menjadi pusat perhatian.
"Kapan aku bisa seperti Stevi?" batin Maya.
***
Malam pun tiba...
Malam ini Thomas menjemput Stevi ke rumahnya, Thomas berbincang-bincang dengan kedua orang tua Stevi.
"Nak Thomas, Stevi kalau dandan suka lama jadi mohon bersabar ya," seru Mami Nia.
"Tidak apa-apa, Tante."
"Kamu adiknya Alex, kan?" tanya Papi Heri.
"Iya Om, saya baru saja kembali dari Belanda dan langsung disuruh mengurus perusahaan oleh Papa."
"Baguslah, Peter memang beruntung mempunyai dua putra yang pinter dan tampan seperti Alex dan Thomas," puji Papi Heri.
Tidak lama kemudian, suara langkah kaki membuyarkan perhatian Thomas. Stevi menuruni anak tangga, Thomas sampai terpesona melihat Stevi yang malam ini tampil sangat cantik.
"Ayo, kita berangkat. Mi, Pi, Stevi pergi dulu."
"Iya, sayang."
"Om, Tante, Thomas bawa Stevi jalan-jalan dulu."
"Iya, tapi pulangnya jangan terlalu malam."
"Siap, Om."
Thomas dan Stevi pun pergi, Mami Nia dan Papi Heri tampak menyunggingkan senyumannya.
"Thomas dan Stevi terlihat sangat cocok ya, Pi."
"Iya, Thomas anak yang baik."
"Mudah-mudahan mereka jodoh, karena menurut Mami mereka sangat cocok."
"Mudah-mudahan saja, Papi sudah lama berteman dengan Bobby dan memang dari dulu Papi ada rencana ingin menikahkan Stevi dengan salah satu anak Bobby. Mau Alex atau pun Thomas sama saja, mereka anak-anak yang pinter dan pekerja keras," sahut Papi Heri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂
awal baca ko aku merasa si maya ga baik ya
2024-01-27
1
☠☀💦Adnda🌽💫
mereka berdua anah y Maya ngiri sama stevi begitupun sebaliknya ....harusnya kalian bersyukur dengan kehidupan Masing "🫣
2023-09-29
2
🌸so0bin🌸
curiga nih sama si maya🤔🤔
2023-09-20
1