Selama dalam perjalanan, Stevi tidak bicara sama sekali dia memalingkan wajahnya ke luar jendela.
"Malam ini kamu cantik sekali, Stev."
"Terima kasih."
"Hmm..kita mau makan di mana? Apa kamu punya rekomendasi?"
"Tidak ada, terserah kamu saja."
Thomas menyunggingkan senyumannya, dia pun menghentikan mobilnya di sebuah restoran mewah yang pengunjungnya pun bisa dihitung memakai jari.
Suasana di dalam restoran begitu sangat romantis, Thomas memang berencana menyatakan cintanya kepada Stevi malam ini juga. Entah kenapa Thomas langsung jatuh hati kepada Stevi pada pandangan pertama.
"Mau makan apa?" tanya Thomas.
"Samain aja sama kamu."
Thomas memesan steak, dan tidak lama kemudian pesanan Thomas pun datang. Keduanya langsung melahap makanannya, tidak ada yang bicara sama sekali tapi Thomas secara diam-diam sering mencuri-curi pandang kepada Stevi.
"Wanita ini sempurna sekali, sudah cantik, anggun, pinter, berkelas lagi. Ya Allah, baru kali ini aku tergila-gila kepada seorang wanita," batin Thomas.
Thomas di Belanda memang terkenal rajanya clubing, dia sering gonta-ganti wanita dan terkenal playboy juga tapi kelakuan Thomas hanya sebatas ciuman tidak sampai berakhir di atas ranjang.
Thomas sangat menghargai wanita, dia tidak mau merusak wanita karena belum tentu wanita itu menjadi jodohnya. Thomas tidak pernah mempunyai perasaan kepada wanita mana pun walaupun mereka cantik dan seksi, tapi tidak tahu kenapa sejak tadi siang dia bertemu dengan Stevi, ada getaran-getaran aneh yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Setelah selesai makan malam, Thomas berpindah duduk ke samping Stevi membuat Stevi sedikit kaget. Thomas meraih tangan Stevi. "Stevi, mungkin ini terlalu cepat tapi semenjak aku bertemu kamu tadi siang, aku sudah jatuh cinta kepadamu. Kamu adalah wanita pertama yang berhasil membuat hatiku bergetar. Maukah kamu menjadi seseorang yang mengisi hatiku?" seru Thomas.
Stevi kembali terkejut dengan ungkapan cinta Thomas yang sangat tiba-tiba itu.
"Tapi kita baru bertemu tadi siang, kita belum saling kenal satu sama lain. Apalagi kamu belum tahu aku seperti apa orangnya," seru Stevi.
"Aku tidak peduli, aku mau menerima kelebihan dan kekurangan kamu."
Stevi terdiam, dia bingung harus jawab apa..
"Thomas, bisakah aku memikirkannya terlebih dahulu? Aku tidak bisa langsung menjawabnya sekarang."
Thomas mencium punggung tangan Stevi. "Aku akan setia menunggu jawabanmu, tapi aku harap kamu jangan terlalu lama memikirkannya karena aku tidak akan kuat kalau harus menunggu terlalu lama," seru Thomas.
Stevi tersenyum dan menganggukkan kepalanya, setelah selesai makan malam bersama Thomas pun mengajak Stevi untuk pulang karena Thomas sudah berjanji tidak akan pulang terlalu malam.
Sesampainya di rumah, Stevi langsung masuk ke dalam kamarnya. Stevi terduduk di ujung ranjang, dia memikirkan apa yang tadi Thomas ucapkan.
"Apa aku terima saja cintanya Thomas? Tapi, aku masih belum bisa melupakan Kak Alex sampai saat ini di hatiku hanya ada Kak Alex dan sama sekali tidak berubah," batin Stevi.
Cinta Stevi kepada Alex memanglah sangat besar, untuk saat ini Stevi hanya bisa mencintai dalam diam dan itu rasanya sangat menyakitkan.
Kalau Stevi egois, Stevi bisa saja meminta bantuan kepada Papinya untuk menjodohkannya dengan Alex tapi Stevi tidak mau karena Stevi tahu, itu akan membuat sahabatnya Maya sedih.
***
Keesokan harinya...
"Pagi Pi, Mi!" sapa Stevi dengan mencium pipi kedua orang tuanya itu.
"Pagi, sayang."
"Bagaimana tadi malam, apa kalian sudah jadian?" goda Mami Nia.
"Idih, Mami apaan sih, ngaco deh kalau ngomong," sahut Stevi dengan mengambil selembar roti tawar dan mengolesinya dengan selai blueberry kesukaannya.
"Kok ngaco sih sayang, Thomas anak yang baik loh dan keturunan dari keluarga baik-baik juga. Lagipula kalian sama-sama sendiri, apa salahnya kalau kalian menjalin hubungan. Mami sudah ingin mempunyai menantu," seru Mami Nia.
"Mami, Stevi baru saja bertemu dengan Thomas tidak semudah itu Stevi menjalin hubungan. Stevi butuh waktu untuk mengenal lebih jauh lagi mengenai Thomas."
"Kamu itu sudah dewasa sayang, kaya remaja aja butuh pengenalan."
"Iya dong Mi, Stevi itu mencari calon suami jadi harus selektif dong. Memangnya Mami dan Papi mau apa, nantinya Stevi tidak bahagia."
"Tidak dong sayang, enak saja. Papi itu membesarkan kamu penuh dengan kasih sayang, jangan sampai suami kamu nanti menyakiti kamu dan membuat kamu tidak bahagia, kalau sampai itu terjadi Papi tidak akan pernah melepaskan pria itu," geram Papi Heri.
"Nah, makanya Stevi tidak mau terburu-buru menjalin sebuah hubungan. Untuk saat ini biarkan Stevi dan Thomas berteman dulu dan saling mengenal satu sama lain, Stevi yakin kalau Stevi dan Thomas berjodoh apa pun hal yang menghalangi, tidak akan pernah bisa memisahkan kita berdua."
"Ya sudah, terserah kamu sajalah sayang."
"Selamat pagi, semuanya!"
Stevi dan kedua orang tuanya menoleh. "Thomas."
"Selamat pagi Om, Tante. Selamat pagi cantik," seru Thomas dengan memberikan buket bunga kepada Stevi.
"Apaan sih, pagi-pagi sudah memberiku bunga," seru Stevi dengan menerima bunga dari Thomas.
"Kamu romantis banget sih Thomas, persis seperti Papinya Stevi," seru Mami Nia.
"Oh jelas dong Tante, wanita secantik Stevi itu memang harus diperlakukan secara spesial."
"Apaan sih, gombal mulu," seru Stevi dengan memukul pelan lengan Thomas.
"Thomas, ayo ikut sarapan dengan kami," seru Papi Heri.
"Ah iya, kebetulan Thomas belum sarapan ini."
"Idih, dasar pria gak tahu malu," ledek Stevi.
"Gak apa-apa, bahkan aku rela melakukan hal yang paling memalukan sekali pun kalau itu bisa dekat terus denganmu," seru Thomas dengan mengedipkan sebelah matanya.
Stevi mencubit lengan Thomas dengan gemasnya membuat Thomas meringis kesakitan. "Aw, sakit Stev!" teriak Thomas.
"Papi, lihatlah pria ini genit dan godain anak gadis Papi," rengek Stevi dengan manjanya.
Papi Heri dan Mami Nia terkekeh, sedangkan Thomas mengacak-ngacak rambut Stevi dengan gemasnya.
"Anak gadis Om Heri kenapa menggemaskan sekali sih," seru Thomas.
"Sudah-sudah, lanjutkan dulu sarapan kalian kaya anak kecil saja bercanda terus," seru Papi Heri.
Setelah selesai sarapan, Thomas mengantar Stevi ke kantornya. Selama dalam perjalanan, Thomas tidak henti-hentinya berceloteh dan menceritakan hal yang lucu-lucu membuat Stevi terus saja tertawa.
"Astaga, perut aku sakit ternyata kamu bisa juga stand up komedi," seru Stevi.
"Iya dong, apa yang tidak aku bisa. Thomas Brasco gitu loh."
"Gitu aja bangga," ledek Stevi.
Untuk pertama kalinya Stevi bisa tertawa lepas, hingga tidak lama kemudian mereka pun sampai dan terlihat Maya sudah menunggu di depan kantor.
"Terima kasih Thomas, sudah mau mengantarkan ku."
"Hai, kamu pikir ini gratis."
"Hah, jadi maksud kamu aku harus bayar gitu?" seru Stevi.
"Iya dong, tidak ada yang gratis di dunia ini."
"Menyebalkan sekali, kalau tahu akan seperti ini lebih baik tadi aku naik grab aja," gerutu Stevi.
Stevi merogoh tasnya dan mengambil uang seratus ribu, lalu menyerahkan uang itu kepada Thomas.
"Ini ongkosnya."
Thomas tertawa terbahak-bahak membuat Stevi bingung.
"Kok malah tertawa sih? Katanya tadi minta di bayar."
"Aku tidak butuh uang itu maksud aku, kamu harus membayarnya dengan makan siang bersamaku."
"Astaga, kirain apa."
"Bagaimana? Mau tidak?"
"Hmm..boleh."
"Oke, nanti siang aku jemput kamu."
"Siap, kalau gitu aku masuk dulu ya."
Stevi pun keluar dari dalam mobil Thomas, Thomas melambaikan tangannya dan meninggalkan kantor Stevi.
"Kok, Stevi bisa bareng sama Thomas? Apa mereka sudah jadian?" batin Maya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
🌸so0bin🌸
aduh may...kamu gak ada niatan merebut thomas juga kan
2023-09-20
1
Bunda Elsha ChaCha
emang kenapa kl mereka udah jadian?,..mw kamu rebut Thomas'y
2023-09-12
2
ꪶꫝNOVI HI
terus emang ada apa dengan mu maya harus gitu stevi lapor ke kamu, dasar benalu
2023-09-12
5