Lagi, Lani mengantar orderan ke Bandara. Sebenarnya pekerjaan online Lani merupakan pekerjaan sampingan, sembari melanjutkan pendidikannya di Universitas. Walau begitu Lani begitu antusias untuk terus update penjualannya. Maklum, ayahnya sudah meninggal tepat saat Lani baru lulus SMU. Ia sadar pendidikan sangat penting namun ia juga menyadari kondisi keuangan Ibunya semenjak ditinggal sang Ayah. Sehingga Lani ikut-ikutan trend sekarang, online shop. Begitu gigihnya sampai ia di titik sekarang.
Tak lama kemudian ia sampai di Bandara. Customer nya kali ini merupakan seorang marshaller wanita, yang bertugas mengarahkan pilot untuk mengeluarkan atau memarkirkan pesawat saat landing. Ia meminta Lani untuk bertemu di area terminal Bandara agar lebih mudah
"Ok Ka makasih ya udah order, lancar selalu rezekinya. Oh iya Ka kan ini orderan ketiga Kaka ya, promosiin dong ke temen-temennya hehe" gurau Lani.
"Oh pasti, aku suka sama skincarenya. Terbukti aman dan cocok di mukaku" sahut marshaller tersebut.
Setelah pembayaran Lani bergegas pulang. Sesampainya di rumah Ibunya dan Adisti masih terlihat duduk mengobrol di ruang tamu.
"Dis ikut aku yuk !..Mbuk, Lani sama Disti keluar dulu ya" kata Lani sambil menggandeng tangan Disti.
Mereka berdua menuju ke halaman SMU dimana teman-temannya sudah menunggu.
"Nah itu dia Lani udah dateng, eh tapi itu siapa ya?" gumam Weni.
"Wih cantik tuh" ujar Satrio sambil membelalakkan matanya.
"Hai..nunggunya lama ya, eh iya inget engga ini siapa, hayo?" kata Lani sambil menoleh kearah Disti.
"Tiffany Adisti" jawab Abbe.
Waktu dulu, Adisti bersekolah di SMU yang berbeda dari Lani dan teman-temannya. Namun saat libur tiba ia sering singgah dan menginap di rumah Lani.
"Eh iya Disti, ko aku udah pangling ya..makin cantik aja soalnya hehe" seru Satrio.
"Satrio nih, kalo masalah cewe aja gercep huu" cetus Runi sambil sedikit manyun.
"Hihi udah-udah yuk kita lanjut lagi ngobrolnya" sambung Lani.
Tak terasa waktu semakin cepat berlalu. Bayang-bayang pohon pinus nampak semakin jelas diterangi matahari. Tak lama kemudian suara adzan dzuhur terdengar. Mereka semua menjalankan ibadah sholat kecuali Abbe dan Adisti yang beragama katolik.
Sepeninggalnya Lani, Satrio, Weni dan Runi, Abbe bersama Adisti melanjutkan obrolan.
"Bbe kamu apa kabar? mau tinggal disini lagi ya?" tanya Disti
"Aku baik, emm..belum tau sih Dis kenapa ya?" Abbe balik bertanya.
"Ooh iya ga papa sih. Ya seneng aja kalau bener hehe" ujar Disti.
Sekitar 5 menit an Lani dan yang lain nampak keluar dari mushola SMU. Mereka semua kembali berkumpul.
Tiba-tiba terdengar suara kruyuk-kruyuk dari perut Lani. Spontan, semua menoleh kearah Lani dan dibalasnya sambil meringis.
"Aku traktir yuk, kita makan pizza. Gimana?" ajak Abbe.
"Let's go !" ucap semua serentak.
Mereka berenam saling berboncengan menuju cafe pizza tempat favorit Lani dan Abbe. Sesampainya di cafe mereka segera memesan makanan dan beberapa jus buah. Tak lupa satu porsi pizza ukuran jumbo.
Sedari dulu Lani dan Abbe terlihat begitu akrab sampai temannya yang lain mengira mereka ada hubungan spesial. Tak lama, pesanan pun datang. Dengan lahap mereka menyantap kudapan yang ada di meja sambil bercerita hangat dan saling bergurau.
Setelah hari yang panjang dan penuh kenangan. Mereka memutuskan untuk pulang.
*
*
*
Diatas ranjang tidur Lani dan Disti terlihat saling memoles wajah dengan kuas tepat saat itu pukul 20:00 WIB. Ya mereka sedang menggunakan masker wajah.
*
*
*
Sementara diseberang terlihat Abbe dan Mang Aan sedang mengobrol di teras rumah sambil menyeruput secangkir kopi. Mang Aan merupakan teman akrab ayah Abbe yang dianggapnya sudah seperti kakak kandung. Ia sudah punya istri dan dua orang anak yang ditinggalnya merantau ke Banten saat ini. Keluarga kecilnya berada di Jogja. Kadang tiga bulan sekali Mang Aan pulang kesana.
Sebenarnya dulu Kakek Abbe sangat menentang hubungan kedua orangtuanya. Kakeknya merupakan seorang pengusaha yang sukses di Belanda. Sementara keluarga sang ayah menjalankan bisnis ayam potong turun temurun. Saat gadis, Ibunya pergi berlibur ke Indonesia untuk mengunjungi beberapa pantai dan tempat wisata. Yang paling membuat Ibunya penasaran adalah benteng Amsterdam yang terletak di kecamatan Hila, tepatnya 42 km dari pusat kota Ambon. Sampai pada akhirnya terjadi pertemuan antara sang Ayah dan Ibu. Hingga berlanjut ke jenjang pernikahan.
Setelah sekian kali perpanjangan paspor, Ibunya memutuskan untuk pulang ke Belanda bersama Ayah Abbe. Mereka memutuskan untuk membeli rumah sendiri dan hidup berdua di Den Haag. Ayah Abbe merupakan seorang lulusan sarjana tata boga. Yang menjadikannya seorang chef handal di hotel berbintang. Profesi tersebut membawa sang Ayah menemukan pendamping hidup yaitu Ibu Abbe istrinya. Sehari-hari mereka berkomunikasi dengan bahasa Inggris.
Satu tahun pernikahan, Ibu Abbe mengandung. Bersama datangnya kabar baik itu, bisnis pastry sang ayah juga mulai dikenal pasar luas. Ayah Abbe terus beradaptasi di lingkungan barunya dan belajar bahasa Belanda, pun sebaliknya mengajari sang istri Bahasa Indonesia. Hingga kini keduanya fasih melafalkannya.
Abbe mempunyai seorang kakak laki-laki bernama Isaac Christopher. Saat kelahiran kakaknya bisnis sang ayah semakin maju hingga punya cabang di kota lain. Perbedaan usia Abbe dan kakaknya terpaut 10 tahun.
_______
"Abbe..Lani itu anaknya sopan banget ya. pinter nyari duit juga. Bulik mu tuh kepincut skincarenya, kalau pulang ke Jogja pasti Mang Aan bawain beauty skincare punya Lani hehe. Bisnis ayahmu gimana Bbe, lancar kan?" tanya Mang Aan.
"Bisnis Ayah lancar Mang, Kak Isaac ikut terjun bantuin cabang yang lain" tutur Abbe.
"Syukur kalau gitu Mang Aan seneng dengernya" timpal Mang Aan.
Tak terasa malam semakin larut dan sunyi. Mereka menyudahi obrolan dan bergegas masuk untuk beristirahat.
_______
"Makklunting" (suara handphone Lani berbunyi, terlihat notif pengirim bernama Abbe)
Sementara itu, Disti terlihat sudah terbaring tidur disebelah dinding setelah ikut menjajal produk beauty skincare miliknya. Lani kemudian menatap wajah Disti.
"Ya ampun Dis aku masih ga nyangka walau seakrab ini dulu kita pernah bertengkar hebat sampai memutuskan untuk tidak bertemu hanya karena salah paham. Aku tahu kamu menyukai Abbe, Dis. Sampai saat ini pun aku tahu kamu masih menyimpannya. Aku ga mungkin Dis rela menyakiti sahabatku sendiri. Toh, aku dan Abbe juga cuma sekedar berteman baik".
Lani kemudian membaringkan tubuhnya di samping Disti, setelah membaca doa ia memejamkan mata. Hari yang panjang membuatnya cepat tertidur.
Tak terasa malam berlalu.
_______
Terdengar suara kicauan burung saling bersahutan. Ternyata Lani sudah bangun lebih dulu untuk menunaikan ibadah sholat subuh. Hari baru pun kembali dimulai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments