Walau berangkat bersama, malam itu Binar dan Channing pulang sendiri-sendiri. Binar menggunakan taksi, sedangkan Channing mengendarai mobil yang tadi mereka gunakan untuk berangkat. Kendati begitu, keduanya tiba bersamaan di kediaman, sehingga orang tua mereka tak curiga. Karena selain itu, Binar pun sudah menyeka habis sisa air mata.
"Katanya mau sambil belanja, kok pulang nggak bawa apa-apa?" tanya Athena—ibu kandung Binar—ibu sambung Channing.
"Nggak jadi, Ma. Tiba-tiba tadi ada orderan desain lagi dan deadline-nya lusa. Jadi, aku cicil dari sekarang aja." Binar berdusta. Tak lupa ia sunggingkan senyuman lebar agar ibunya makin percaya.
"Sudah banjir orderan saja anak Papa. Tapi ingat ya, kamu masih uliah. Jangan terlalu memforsir diri sampai mengurangi waktu istirahat," timpal Kendrick—ayah sambung Binar, yang kala itu sedang menonton TV bersama Athena.
"Siap, Pa."
Usai menjawab demikian, Binar langsung melenggang menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Channing pun tetap setia mengikuti di belakang, karena kamarnya juga berada di sana.
"Binar!" panggil Channing ketika keduanya sudah tiba di lantai dua.
Jangankan menjawab, menolah pun tidak. Binar tetap melanjutkan langkahnya, bahkan lebih cepat dari sebelumnya.
"Binar, tunggu!" Channing tak segan menahan tangan Binar, hingga gadis itu menoleh dan menatap ke arahnya.
"Aku capek, Kak, mau tidur." Binar menjawab datar, sembari menepis tangan Channing yang menggenggam lengannya.
Belum sempat Channing bicara lagi, tiba Axel membuka pintu kamar dan menghampiri keduanya. Axel adalah anak kandung Athena dengan Kendrick, yang kebetulan kamarnya berada di antara kamar Binar dan Channing.
"Kak, aku___"
"Besok aja. Aku masih ada tugas," pungkas Binar tanpa membiarkan Axel menyelesaikan kalimatnya. Lantas, ia langsung pergi dan masuk ke kamarnya sendiri.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Channing. Ia berbalik tanpa menunggu Axel mengatakan maksudnya.
Ketika dua pintu kamar milik kakaknya sudah tertutup, Axel mengernyitkan kening. Ia kebingungan seorang diri.
"Pada kenapa sih?" gumamnya.
Mau tidak mau, Axel pun turut kembali ke kamar. Karena ditunggu sampai beberapa saat pula, tidak ada yang menghampiri lagi. Baik Channing maupun Binar, tetap tega mengabaikannya.
"Padahal aku cuma mau bilang kalau tadi lemarinya udah kuisi snack. Malah pada cuek bebek, ya udah besok kumakan sendiri aja," gerutu Axel sambil mendaratkan tubuhnya ke atas ranjang.
Memang sudah menjadi kebiasaan mereka bergantian mengisi lemari dan kulkas dengan aneka camilan dan minuman, yang diletakkan di ruang bersantai, di depan kamar mereka. Sambil mengobrol ringan dan bercanda di waktu malam, mereka akan perlahan menghabiskan persediaan itu.
Namun sepertinya ... malam ini tidak akan ada candaan atau sekadar obrolan.
Tak ingin kesal seorang diri, Axel memilih memainkan gitar kesayangan dan mendendangkan lagu Innocence milik Avril Lavigne.
Dalam sekejap, Axel larut dalam dunia yang disukainya—musik.
Sementara itu, di kamar yang berbeda, Channing tak bisa larut dalam pikiran yang tenang. Berulang kali dia berdecak kesal karena Binar tak jua membalas pesannya. Padahal, sudah berulang kali ia mengirim, dari ucapan maaf yang singkat, sampai yang panjang dan mencapai satu layar penuh.
Bukannya tak mau memberi waktu bagi Binar untuk menenangkan diri, melainkan terlalu khawatir kepada gadis itu. Pikiran Channing mendadak pendek, berbagai prasangka buruk memenuhi otaknya tanpa permisi. Ada ketakutan akan tindakan ceroboh Binar, ada pula ketakutan atas kebencian yang mungkin berlangsung dalam jangka lama.
Tidak! Channing tak mau dua hal itu terjadi.
"Bin, please lah. Seenggaknya baca dan balas dulu pesanku. Biar aku yakin kalau kamu baik-baik aja," gumam Channing seorang diri.
Setelah beberapa saat menunggu dan tak ada tanggapan dari Binar, Channing nekat mengirimkan pesan ulang, lagi-lagi dalam jumlah yang cukup banyak.
Senyum pun terkulum ketika usaha itu membuahkan hasil. Bukan hanya dibaca, melainkan juga ada simbol bahwa Binar sedang mengetik pesan untuknya.
Namun, baru beberapa detik saja senyuman Channing kembali pudar. Balasan dari Binar tak membuat hatinya tenang, malah makin cemas. Makin banyak prasangka yang silih berganti menghantui.
"Binar." Dengan suasana hati yang kacau, Channing menggumamkan nama adiknya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
ummu audia
k blm up jg
2023-09-11
2
Zeni Supriyadi
itu Chaning kyaknya minta dikasi pelajaran deh Thor... mungkin dgn Binar ngilang pergi jauh ke luar negeri atau pisah rumah jgn seatap sm Chaning gt.. biar Chaning bisa merasakan perasaannya yg sbenarnya buat siapa pacarnya atau Binar. Pastinya buat Binar dong Thor...🤭
2023-09-10
1
Kendarsih Keken
Rumittt , sementara hati nya Chaning sebenar nya tertuju ke Binar tapi entah lah
2023-09-09
2