Usai menatap Binar dengan lekat, Channing menyandarkan punggung sembari mengembuskan napas panjang.
Kali ini dia percaya Binar tidak main-main, karena adiknya itu bukanlah anak kecil seperti dulu. Namun, tetap saja tidak masuk dalam pikiran Channing. Mereka sejak kecil sudah tumbuh bersama, bagaimana mungkin bisa ada cinta?
Ya, dari dulu sampai saat ini, Channing tetap menganggap Binar sebagai adik belaka. Bukan perempuan yang patut dicintai, apalagi sampai memiliki hatinya secara utuh. Tidak! Membayangkan saja Channing tidak bisa. Terlalu aneh.
"Dari sekian banyak cowok, kenapa harus aku sih, Bin? Aku ini kakakmu loh. Apa tanggapan Mama Papa coba kalau tahu kamu kayak gini," ujar Channing setelah berpikir lama.
"Kamu bukan kakakku, kita hanya saudara sambung. Mama sama Papa juga pasti ngerti kok kalau kita nggak ada hubungan darah, wajar kalau jatuh cinta." Binar tetap bersikeras dengan perasaannya, yang menurutnya wajar. Memang benar tidak ada larangan dalam hal itu, namun bagi sebagian masyarakat masihlah sesuatu yang tabu.
"Bin, coba deh mulai sekarang kamu lihat ke luar. Ada banyak cowok yang jauh lebih tampan dan lebih segalanya dari aku. Coba buka hati untuk mereka, jangan melulu terpaku dengan kepedulian dan perhatianku selama ini. Aku melakukan itu karena kamu adik cewek, udah kewajibanku sebagai kakak untuk menjaga kamu. Kalau saja Axel terlahir cewek, aku juga akan memperlakukan kalian dengan sama. Semua ini murni sebagai saudara, Bin, nggak lebih. Kuharap banget kamu pun bisa mikir gitu."
Penjelasan Channing kali ini lebih serius. Dia tak mau adik yang disayangi terus tenggelam dalam perasaan yang tak mungkin berakhir baik. Dia berusaha keras menyadarkan Binar akan sikapnya selama ini, yang tak lebih dari sekadar perasaan sayang dari kakak untuk adik, yang sialnya mendapat tanggapan lain dari Binar.
"Nggak ada yang lebih baik dari Kak Channing. Dan nggak ada yang aku cintai selain Kakak. Sekarang ataupun nanti, aku cuma mau kamu yang jadi pasanganku, Kak," ujar Binar, sama sekali tidak terpengaruh dengan penjelasan Channing yang panjang lebar.
Lelaki yang kini sudah mendapat gelar sarjana administrasi bisnis itu mengacak rambut mullet-nya dengan kasar. Sudah habis kalimat untuk membujuk dan memberi pengertian kepada Binar. Kini tak ada lagi cara lain, selain berterus terang. Meski itu akan menyakitkan, tetapi harus diungkapkan. Karena cinta yang semula dikira candaan dan akan dilupakan seiring berjalannya waktu, nyatanya tetap dijaga oleh Binar hingga detik ini.
"Maaf, aku nggak bisa, Bin. Aku udah ada pacar dan hanya sama dia aku punya cinta. Kamu ... sampai kapanpun tetaplah adikku."
Mata Binar membelalak seketika, bersamaan dengan tangan yang mendekap mulutnya sendiri. Setelah sekian lama ditolak dengan alasan masih kecil dan terikat hubungan keluarga, kini ia ditolak karena ada cinta yang lain. Hati yang semula utuh dan berbunga-bunga pun hancur remuk tak berbentuk.
"Kak___"
"Kamu juga pasti bisa menemukan cowok yang kamu cintai selain aku, Bin. Cukup dengan membuka hati pada yang lain, pasti nggak akan sulit," pungkas Channing.
Namun, Binar spontan membuang pandangan. Lantas memejam agar air matanya tidak keluar.
"Binar!"
"Kamu pikir aku nggak pernah melakukan itu, Kak?" ujar Binar dengan lirih. Tak sanggup ia bicara keras karena tangis sudah menyesak di dada.
Channing terdiam.
"Sejak kuliah aku udah sering mencoba melihat cowok lain, tapi nggak bisa. Tetap kamu yang ada di sini, Kak." Binar kembali menatap Channing, sembari menyentuh dadanya sendiri dan dengan air mata yang terburai tentunya. "Kalau dari awal cuma nganggap aku adik, harusnya kamu nggak usah perhatian dan peduli banget. Kalau perlu abaikan aja aku sekalian, biar nggak ada perasaan yang kayak gini. Kamu pikir aku yang mau ini, Kak? Nggak! Ia ada dengan sendirinya. Kalau aja boleh milih, aku juga nggak mau jatuh cinta sama kamu!" sambungnya dengan bentakan.
Channing tak bisa berkata-kata, terlebih lagi ketika melihat tangis Binar yang makin pecah.
Sementara Binar sendiri, masih kalut dalam perasaannya. Sampai-sampai tak acuh dengan tatapan pengunjung lain yang mengarah padanya. Dengan membawa sejuta kecewa, Binar bergegas bangkit dan pergi meninggalkan Channing.
Cinta. Sejatinya dia pun pernah merenung dan merasa bahwa itu salah. Tak seharusnya mencintai Channing yang notabennya adalah kakak sambung yang tinggal satu atap. Namun, hati begitu sulit dikendalikan. Dari waktu ke waktu kian menggebu dan menuntut untuk dikejar. Nyaris seperti obsesi.
Anehnya, sikap Channing juga seperti merespon baik hal itu—meski bibirnya pernah menolak secara terang-terangan. Hingga akhirnya, Binar benar-benar jatuh dan buta dalam perasaannya. Sampai mengesampingkan rasa malu dan menyatakan cinta itu lagi untuk yang kesekian kali.
Sayangnya ... kini luka dan kecewa yang ia terima.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
FUZEIN
Baru start baca ni....
2023-10-09
1
Kendarsih Keken
kamu masih muda Binar masih luas pandangan untuk yng lain , so jangan terlalu memaksa kan diri kalo memang Chaning jodoh mu pasti suatu saat akan menyatu
ingat Bin kamu tuh anak perempuan bersikap lah yng swettt jangan terlalu open begitu 😒😒
2023-09-09
1
millie ❣
semoga dapet cowo yg lbh segala'y Binar bintang loe mungkin bukan ama.chaning deh but felling gua chaning jg suka deh cuman byk pemikiran aja klo itu g lazim mybe siapa tau 🤔🤔🤔
2023-09-09
1