5. MIRIP LUKISAN?

SMA KHARISMA BINTANG merupakan sekolah swasta yang sangat terkenal. Sekolah ini selalu menciptakan murid-murid pintar dan cerdas selain itu mereka juga sering mengirim murid mereka di setiap lomba baik lomba tingkat sekolah bahkan tingkat internasional. Walaupun biaya sekolah ini mahal namun sangat sepadan dengan cara guru-guru disana mengajari dan membimbing mereka belum lagi fasilitas milik sekolah yang lengkap dan bahkan terlihat megah, seperti sekolah internasioanl lainnya.

Enora Violleta A.M, berjalan melewati koridor sekolah sesekali bersapa ria dengan teman sekolahnya yang lain. Gadis itu bersekolah di SMA KHARISMA BINTANG ini dengan mendapatkan beasiswa. Sesampainya dia di kelasnya X-1 dia disambut oleh sahabatnya sejak SMP Callie Avaline Raden.

“Pagi Enora” sapa Callie.

“Pagi..” balas Enora sambil menguap dan duduk di bangkunya.

“Kamu kurang tidur ya, Enora?” Tanya Callie.

“Iya nih, ngantuk banget” jawab Enora.

“Pasti semalam lo ke festival lagi, ya kan?” Tanya Noah sahabat kecilnya yang juga satu kelas dengannya. Enora hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

“Pulang jam berapa lo?” tanya Noah lagi. Noah datang dan langsung duduk di bangku sebelah Enora.

“Jam setengah satu malam” ucap Enora.

“Apa?! ” kaget Noah dan Callie bersamaan.

“Kamu pulang sendirian?” Tanya Callie tak percaya. Namun lagi-lagi Enora hanya menganggukkan kepalanya.

“Kenapa ngga telpon gue atau papa biar dijemput?! Ini malah pulang tengah malam! Mana sendirian pula itu kalo ada yang niat jahat sama lo di jalan gimana?! Ingat lo perempuan!” ujar Noah khawatir yang terselimuti emosi.

“Gue sampai tujuan dengan selamat, udah gak usah emosi lo.” ucap Enora.

“Tapi lo ngga pikirin apa resiko kalo perempuan pulang malam kayak gitu?!” ucap Noah dengan nada sedikit meninggi.

“Dih apaan dah, santai aja kali yang pentingkan gue aman dan selamat. Masih pagi juga udah kenal ngomel gue” ucar Enora.

“Lo kalo orang lagi ngomong bukan didengerin malah ngeyel!”

“Siapa yang ngeyel?!"

Suara mereka yang tadinya rendah sekarang mulai meninggi membuat teman-teman kelas yang lainnya melihat mereka. Keduanya saling menatap dengan tatapan tajam seakan ingin saling menerkam satu dengan yang lain. Sifat Enora yang keras kepala selalu membuat Noah kewalahan dengannya, hingga akhirnya Callie lah yang akan menjadi penengah.

“Udah-udah tenang dulu jangan berantem lagi” ucap Callie membuat mereka memutuskan pandangan mereka.

“Noah kalo kamu khawatir sama Enora kamu kan bisa ngomong baik-baik jangan langsung dengan emosi” lanjut Callie menasehati Noah.

“Dengerin tuh, hipertensi baru tau rasa lo!” celetuk Enora.

“Dan Enora juga, apa yang dikatakan Noah benar kalo udah tengah malam mending kamu telpon minta dijemput dari pada pulang sendiri, soalnya banyak kejahatan yang sering terjadi di malam hari dan kebanyakan korbannya itu perempuan.” lanjutnya lagi untuk menasehati Enora.

“Gue bilang juga apa, tuh dengerin kata-kata Callie barusan! Jangan masuk di telinga kanan keluar di telinga kiri!” celetuk Noah.

Noah Leonidas Mahbrata, sahabat Enora sejak kecil bahkan bisa dibilang keduanya adalah saudara persesusuan karena sejak satu minggu Enora lahir, ibu gadis itu meninggal dan ibu Noah-lah yang menjadi ibu susu untuk Enora.

Setelah melerai keduanya, kini Callie menatap Enora lekat tentu saja apa yang dia pikirkan semalam itu benar. Enora mirip dengan lukisan yang ada di fotonya. Enora yang merasa sedang diperhatikan mengerutkan keningnya.

“Kenapa liat gue kek gitu?” Tanya Enora.

“Kamu mirip banget sama lukisan yang ada di foto aku, bentar”

Callie mengambil tasnya mengeluarkan foto yang ia maksud dan menaruh foto itu diatas meja. Di foto itu terdapat sekitar sepuluh anak, empat anak diantaranya kira-kira berusia 10-13 tahun. Sepuluh anak didalam foto itu berdiri dibawah sebuah lukisan besar dengan wajah tersenyum riang di foto itu.

“Ini coba kalian berdua lihat ini” ucap Callie dan memperlihatkan foto itu kepada kedua temannya.

“Lah foto ini sama kayak yang ada dirumah Noah” ujar Enora.

“Hah? Serius?” Tanya Callie menatap Noah tak percaya, Noah mengangguk kepalanya membenarkan ucapan Enora.

“Ini gue” tunjuk Noah pada foto dirinya yang waktu itu berusia sepuluh tahun.

Di foto itu Noah kecil berdiri sambil menggenggam tangan seorang anak gadis yang seusianya. Callie menganga tak percaya ternyata yang menggenggam tangannya itu Noah.

“Trus lo yang mana, Callie?” Tanya Noah.

Callie ingin menghilang sekarang dia yakin jika Noah tau gadis disebelahnya itu dirinya, pasti pria itu akan menertawakannya. Gadis itu melirik kearah Noah dan ternyata pria itu sedang menunggu jawabannya.

“Lah gadis yang lo gandeng tangannya kan Callie, Call muka lo ngga berubah yah tetap cantik dari dulu” ucap Enora yang sedari tadi memperhatikan foto itu.

“Oh ternyata itu lo” ujar Noah sambil tertawa kecil. Tentu saja sejak awal dia tau kalau gadis itu Callie karena wajahnya tidak jauh berubah.

Wajah Callie memerah.

Mengingat kembali kejadian waktu itu yang dimana Callie kecil menangis sejadi-jadinya karena patung-patung yang ada didalam Gallery, membuat ayahnya terus membujuknya. Tapi bukannya diam, Callie kecil malah ingin pulang namun sayangnya tidak bisa karena acara ini milik bos ayahnya dan tidak enak hati jika pulang terlebih dahulu. Tiba-tiba datanglah Noah kecil dan mengajaknya bermain di taman samping gedung itu. Tentu saja, Callie pun mau untuk bermain, selain bermain Noah kecil juga membujuknya untuk masuk ke dalam Gallery dan akhirnya berhasil walaupun gadis itu masih sedikit takut.

“Tapi kenapa ada Gema disini?” Tanya Enora.

“Gema?”

“Gema”? Tanya Noah dan Callie bersama sambil melihat foto itu.

Enora pun menunjuk kepada salah satu anak berkaca mata yang berdiri dibarisan belakang dengan wajah datar.

Gema Sadewa Archandra, rival Enora di kelas. Walaupun sebenarnya hanya Gema dan teman-teman kelas mereka yang menganggap gadis itu rival sedangkan Enora sendiri tidak peduli.

Sontak mereka bertiga berdiri dan berjalan ke bangku paling depan tempat dimana Gema duduk.

Sesampainya mereka dihadapan Gema mereka mendekatkan wajah pada pria itu. Gema yang sedang membaca pun berhenti dengan aktifitasnya karena keberadaan ketiga teman sekelasnya.

“Ada apa?” ujar Gema dengan wajah datarnya.

Enora meletakan foto itu diatas meja membuat pria berkaca mata itu mengerutkan keningnya.

“Ini lo kan?” Tanya Enora.

Gema melihat kearah dimana gadis itu tunjuk kemudian dia menganggukkan kepalanya.

“Berarti benar kata orang kalo dunia itu sempit” ujar Callie pikirnya.

“Terus kenapa? Apa hubungannya dengan gue?” ucap Gema judes.

“Berarti cuma gue doang yang nggak ada di foto ini” ucap Enora mengabaikan perkataan Gema membuat pria itu memutar matanya malas.

Callie mengingat kembali alasan ia menunjukan foto itu.

“Oh iya! Maksud aku mau nunjukin foto ini karena lukisan ini” tunjuk Callie pada lukisan yang ada didalam foto itu.

“Kamu harus percaya Enora kalo lukisan ini mirip banget sama kamu” lanjut gadis itu.

“Hah?” Enora bingung dengan ucapan Callie.

Tentu saja tidak mungkin lukisan dirinya ada disana dan jika dilihat pun lukisan itu seperti wanita dewasa yang berusia dua puluhan tahun. Dan jika itu lukisannya tidak mungkin sang kakek mau menjual lukisan dirinya pada orang lain karena yang dia tau sang kakek selalu menutup keberadaannya selama sang kakek hidup.

“Itu lukisan Nyonya Alora Abraham, istri Tuan Muda Mordekhai” ucap Noah.

Terpopuler

Comments

Tara

Tara

wahjangan 2 enora anak tuan muda Mordekhai.🤔🤗😱🫢🤔👍👏

2024-05-12

0

jeesomoody_

jeesomoody_

oh oke gw ngerti. alora mirip sama enora karena mrka mama-anak. ya kan?

2024-04-25

1

Roxy-chan gacha club uwu

Roxy-chan gacha club uwu

Terhibur!

2023-09-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!