Mera Adalah Nama Terlarang

Perlahan pemilik bulu mata lentik itu membuka mata. Netra coklatnya menelisik barang-barang di sekitar. Dia melihat nuansa putih dalam ruangan yang ia tempati. Bau obat-obatan menusuk indera penciumannya.

Di mana ini? Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana bisa di ada di tempat ini? Berbagai tanda tanya ada dalam benak wanita itu.

Hingga pintu ruangan terbuka menampilkan sosok pria yang sama sebelum dia jatuh tak sadarkan diri.

"Apa yang kamu lakukan padaku, Arga?" tanya Mera dengan pelan, tetapi penuh penekanan. Kepalanya berdenyut nyeri. Mungkin efek obat bius yang diberikan Arga amat kentara.

"Membawamu ke rumah sakit untuk menolong anakmu yang sekarat," balas Arga datar seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Mera mendengus dingin. Ingin rasanya dia menghajar Arga. Akan tetapi, tubuhnya masih sedikit lemah.

"Aku tidak mau menolong siapa pun!" bantah Mera yang masih berpegang teguh pada pendiriannya.

Dia sudah jenuh menolong orang lain. Atau mengorbankan diri demi kebahagiaan orang lain. Tidak akan mau lagi! Cukup di masa lalu dia bodoh dan lugu. Sekarang dia sudah dewasa dan mampu membedakan mana yang menguntungkan atau merugikan untuknya.

"Dia anakmu, Mera!" desis Arga penuh penekanan. Berharap wanita yang keras kepala ini sadar kalau sang anak sedang membutuhkan pertolongannya.

Mera menatap tajam Arga. Tatapan wanita itu berubah. Dulu ada banyak kehangatan dan kelembutan di dalamnya. Sekarang sudah tiada lagi. Hanya tersisa amarah dan dendam yang membara.

"Dia anak yang tidak pernah aku harapkan kehadirannya!" Mera berkata dengan sarkas. Entah sekeras apa hati wanita ini. Yang jelas terlalu pahit dan getir masa lalunya, sehingga mengubah wanita yang dulunya lembut nan manis menjadi kejam dan berhati dingin.

Arga yang kesal segera menggendong Mera. Wanita itu memberontak. Dia tidak suka diperlakukan sesuka hati Arga.

"Turunkan aku, Arga!" titah Mera dengan nada tinggi.

Namun, Arga menulikan telinganya. Dia membawa Mera menuju sebuah ruangan. Wanita itu tidak berani berteriak atau memberontak. Karena mereka sedang berada di rumah sakit.

Arga menurunkan Mera di depan pintu. Lalu membuka handle dan langsung menarik kasar tangan Mera membuat wanita itu meringis kesakitan.

"Lepaskan tanganku, Arga. Sakit–

Ucapan Mera terpotong saat dia melihat sosok gadis belia yang terlelap di atas ranjang rumah sakit. Gadis itu bernafas dengan bantuan medis. Ada beberapa alat medis yang tidak diketahui Mera terpasang pada tubuh gadis itu.

"Dia …," gumam Mera pelan. Wanita itu membawa langkahnya mendekati brankar. Tanpa sadar cairan bening keluar dari pelupuk mata dan membasahi pipinya.

Tangannya terulur ingin membelai pelipis gadis belia itu.

"Dia menderita anemia aplastik yang mengharuskan segera mendapatkan donor tulang sumsum belakang. Dokter memberi waktu paling lama dua Minggu. Bila dalam jangka waktu yang ditetapkan Mikayla belum juga operasi. Maka, dia–

"Aku siap mendonorkan sumsum tulang belakang ku," potong Mera cepat membuat Arga terhenyak.

Tanpa sadar seulas senyuman manis terpasang di wajahnya. Pria itu tampak ceria mendengar ucapan Mera.

Tubuh Arga tak bisa dikendalikan. Hatinya teramat bahagia. Dia mendekati Mera lalu memeluk wanita itu dari belakang. Tubuh kecil Mera tenggelam dalam pelukan Arga. Pria itu menyimpan wajahnya di ceruk leher Mera.

"Terima kasih … terima kasih, Mera. Terima kasih." Air mata tak dapat lagi dibendung. Keduanya menangis dalam diam. Sekeras apapun hati seorang ibu bila melihat sendiri kondisi anaknya yang amat menyedihkan membuat hatinya ikut terluka. Meski, rasa benci mendominasi. Namun, seorang ibu tetaplah malaikat tak bersayap untuk anaknya.

***

Operasi berjalan lancar. Rasa bahagia tak terbendung lagi. Keluarga besar Aditama menangis haru, karena Mikayla tak lama lagi akan sembuh.

Gadis belia itu tak lagi merasakan sakit yang amat dalam.

"Akhirnya, Ga. Ada yang mau mendonorkan tulang sumsum nya untuk Mikayla," ujar Sri; ibu Arga dengan suara parau.

"Siapa yang mendonorkannya, Ga? Papa mau memberikan hadiah untuk dia dan keluarganya," tanya Damar Aditama selaku ayah Arga.

Arga tersenyum tipis. "Mera …." Semua orang terkejut mendengar nama itu. "Mera Larasati, ibu kandung Mikayla. Gadis yang dulu menjadi korban pemerkosaan kak Vano," jelas Arga dengan sengaja membongkar identitas Mera.

Suasana haru itu berubah menjadi tegang dan mencekam, ketika nama terlarang bagi keluarga Aditama disebutkan oleh Arga.

Ya, Mera adalah korban pemerkosaan putra sulung Aditama.

*

*

Bersambung.

Jangan lupa like coment vote dan beri rating lima yah kakak.

Salem Aneuk Nanggroe Aceh 🤗🤗

Terpopuler

Comments

Yusria Mumba

Yusria Mumba

lanjut,

2023-12-06

0

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

benar tindakan Arga, karena sejatinya seorang ibu pasti akan terenyuh bila melihat langsung kondisi anaknya walo dulu diabaikan,,,

2023-11-20

1

Sweet Girl

Sweet Girl

Alhamdulillah...

2023-10-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!