"Mama! Mama! Jangan tinggalkan Mika, Ma." Gadis belia itu mengigau dalam tidurnya membuat Arga yang sedari tadi berjaga langsung siap siaga menekan tombol nurse.
"Sayang … Mika, Nak. Bangun, Nak. Ini papa," ujar Arga lembut seraya membelai pipi Mikayla. Perlahan pemilik netra coklat yang sama indahnya dengan Mera terbuka.
Gadis belia itu meneteskan air matanya di kala yang pertama kali dia lihat adalah wajah sang ayah.
"Papa." Lirihnya parau membuat Arga tanpa sadar meneteskan air matanya. Dia mengecup pelipis sang anak dengan penuh kasih sayang.
"Iya, Nak. Ini papa."
Pintu ruangan terbuka. Dokter masuk ke dalam ruangan guna memeriksa keadaan Mikayla. Senyuman cerah terpasang di wajah dokter tua. Cukup merasa bahagia melihat gadis kecil yang selama ini sakit perlahan sembuh.
"Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" tanya Arga serius.
"Baik, sangat baik. Tidak akan lama lagi Nona Mika sudah bisa bermain seperti anak seusianya," balas sang dokter dengan senyuman tulus tak luntur dari wajahnya.
Hati Arga menghangat mendengarnya. Dia langsung melabuhkan kecupan di seluruh wajah sang anak.
"Terima kasih, Sayang. Karena sudah mau berjuang hidup," bisik Arga pelan.
Mikayla melirik ke segala penjuru ruangan. Tak ia temukan wanita cantik yang biasa dia panggil mama dalam mimpi.
"Mama di mana, Pa?" tanya Mika lembut dengan suara imutnya membuat tubuh Arga terhenyak. "Muka mau ketemu mama, Pa," sambung gadis itu lagi.
*
*
Mera menghela nafas berat. Berada di rumah sakit selama tiga hari sangat membosankan. Untung saja dokter sudah mengizinkannya pulang hari ini. Dia sudah bersiap-siap. Wanita itu tak memiliki apa pun. Hanya pakaian dan sendal yang ia pakai sebelumnya.
Mera membawa kakinya melangkah keluar. Baru berada di depan pintu dia bertemu dengan Arga yang kini berada di hadapannya.
"Mau ke mana kamu?" tanya Arga datar, ketika melihat Mera sudah rapi.
Usia keduanya terpaut enam tahun. Mera berusia 22 tahun, sedangkan Arga 28 tahun.
"Tugasku sudah selesai. Aku ingin kembali ke desa," balas Mera tak kalah datar. Nyaris tak ada emosi di wajah wanita itu.
"Sayangnya tugasmu belum selesai." Tanpa menunggu bantahan Mera, Arga langsung menarik tangan wanita itu kasar.
Mera hanya bisa pasrah. Percuma melawan, dia tetap kalah. Karena Arga. memang tipikal pria keras kepala dan ambisius.
*
*
Saat tiba di ruang rawat Mika. Arga menghentikan langkahnya. Dia harus berdiskusi dengan Mera terlebih dahulu, agar wanita itu tidak berbuat ulah di dalam.
"Aku mohon, bicaralah dengan Mika. Dia sangat merindukanmu," pinta Arga serius membuat Mera memutar matanya malas.
"Tapi aku tidak rindu padanya," balas Mika santai membuat Arga menggertak giginya.
"Berhentilah membohongi dirimu sendiri. Aku tahu siapa kamu, Mera. Sekarang ikut bersamaku dan temui Mika."
Arga membuka pintu dan membawa Mera masuk. Semua orang yang berada di dalam sana mengalihkan atensi kepada Mera.
"Mera," gumam Sri pelan.
Mera memasang wajah datar. Dia tidak mau bertatapan dengan semua orang yang ada dalam ruangan, kecuali Mika.
Gadis belia itu tersenyum cerah, ketika melihat sang ibu datang.
"Mama!" pekik Mika semangat dengan mata berbinar. Dia merentangkan kedua tangannya minta dipeluk.
Dengan perasaan campur aduk. Mera mendekati Mika dan memeluk gadis itu.
"Mama! Mika rindu. Tolong jangan pergi lagi. Mika janji tidak akan nakal, asalkan Mama ada bersama Mika," pinta gadis itu dengan suara parau.
Iya, Mika menangis sesenggukan dalam pelukan ibunya. Pelukan pertama yang ia dapatkan.
Permintaan gadis kecil itu mampu membuat semua orang dewasa di sana meneteskan air mata.
Oh, Mika yang malang.
*
*
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating yah kakak
Salem Aneuk Nanggroe Aceh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
putrinya usia berapa yah, ko umur Mera baru 22 tahun
2023-11-20
0
Sweet Girl
😭😭😭😭😭
2023-10-07
0
Bu Kus
demi ke egois ada hati yg terluka apa gak kasihan tu sama mika nya masih kecil kurang kasih sayang
2023-09-09
0