Emma menghilang setelah melakukan aksi gilanya. Kakeknya sangat murka karena Emma tidak pulang lagi setelah dia pergi. Acara pertunangan yang seharusnya berjalan dengan lancar menjadi batal sehingga membuatnya malu. Acara pertunangannya terpaksa di undur, Fedrick menyebar orang untuk mencari keberadaan cucunya yang menyembunyikan diri dengan begitu cerdiknya.
Tidak saja dicari oleh kakeknya tapi Emma juga dicari oleh Kendrick Maxton. Meski jati dirinya belum diketahui oleh Kendrick karena menyamar tapi Kendrick tetap mencari wanita yang sudah menjebaknya dan yang sudah mengambil keuntungan darinya. Sudah dua bulan berlalu semenjak kejadian itu, Emma berada di persembunyian dengan was-was. Hanya dua kemungkinan jika dia ketahuan, jika ketahuan oleh kakeknya maka dia akan langsung dipaksa untuk menikah dan jika aksinya sudah ketahuan dan dia ditangkap oleh Kendrick maka pria itu pasti akan membunuhnya. Sepertinya lebih baik dia pergi dari kota itu sebelum Kendrick menangkapnya dan membunuhnya.
Mendadak dia merasa sudah melakukan hal yang salah. Jika dia bisa melarikan diri dari kakeknya lalu untuk apa dia menjebak Kendrick dan menghabiskan malam dengannya? Sungguh bodoh, dia justru telah memberikan keperawanannya untuk sebuah ide gila padahal dia bisa lari dari sang kekak dengan mudah. Sekarang tidak saja rugi tapi dia pun menjadi buronan Kendrick dan dengan kekuasaan yang dimiliki oleh pria itu, dia yakin cepat atau lambat dia akan ketahuan. Pada saat itu tiba maka habislah dia.
"Kau benar-benar bodoh, Emma!" ucapnya pada diri sendiri. Sudah dua bulan dia bersembunyi, kakeknya pun tidak menemukan keberadaannya. Jika pada saat itu dia langsung melarikan diri tanpa perlu menjebak Kendrick, bukankah kakeknya tak akan menemukan keberadaannya juga? Dia benar-benar telah melakukannya tanpa pikir panjang.
Emma beranjak dari tempat tidur, karena dia sedang berbaring saat itu namun sakit kepala luar biasa membuatnya kembali berbaring. Tunggu, dia memang sudah merasa tidak enak badan sejak kemarin. Emma diam sejenak untuk berpikir. Beberapa detik dalam keadaan seperti itu sampai membuatnya sadar jika dia sudah tidak datang bulan lagi sejak kejadian itu. Tangan Emma sudah berada di perut, celaka, sungguh celaka karena dia salah perhitungan tapi tidak apa-apa. Dia tidak merasa menyesal malah dia merasa kalau memang dia hamil, maka dia tidak perlu bersembunyi lagi dan dia bisa pulang dan mengatakan hal itu pada kekeknya meski dia harus tetap waspada terhadap Kendrick.
Tidak mau membuang waktu, Emma pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Apa yang dia duga ternyata benar. Emma sangat senang, sekarang kakeknya tidak akan bisa menjodohkan dirinya lagi dan dia tidak perlu bersembunyi. Meski dia sempat berpikir jika tindakan yang dia lakukan sudah salah tapi janin yang ada di rahimnya justru membuatnya tidak menyesal.
Emma pulang ke rumah dengan penuh percaya diri. Fedrick sangat kecewa padanya akibat kepergian Emma sehingga dia harus menahan rasa malu terhadap cucu sahabatnya. Melihat ekspresi kakeknya, Emma hanya bisa menunduk dan tidak berani mengangkat wajahnya.
"Dari mana saja kau selama dua bulan belakangan ini, Emma?" tanya kakeknya dengan sinis.
"Aku tidak pergi ke mana-mana, aku hanya bersembunyi!" jawab Emma yang tak merasa bersalah sama sekali.
"Kau benar-benar kurang ajar, Emma. Kau sudah mempermalukan aku tapi kau tidak merasa bersalah sama sekali!" ucap kakeknya dengan nada tinggi.
"Sudah aku katakan pada Kakek jika aku tidak mau menikah tapi kakek justru memaksa aku. Aku memiliki kehidupanku sendiri, Kakek. Kau yang telah membuat aku mengambil jalan nekat ini!"
"Aku melakukan hal ini untuk kebaikanmu. Apa kau tidak tahu akan hal ini? Tidak ada lelaki yang lebih baik selain cucu sahabatku dan hanya dia yang pantas untuk menjadi suamimu!"
"Aku tidak peduli dengan hal itu, Kakek. Aku hanya tidak mau menikah dengan orang yang tidak aku kenal dan tidak aku cintai. Seharusnya kakek tidak memaksa aku dan memberikan kebebasan padaku untuk memilih jalan hidupku sendiri!"
"Cukup, Emma. Kau terlalu keras kepala dan membangkang!" teriak kakeknya lagi.
"Aku benar-benar tidak suka dengan rencana kakek oleh sebab itulah aku membangkang. Kakek tidak pernah mau bertanya akan pendapatku dan kakek selalu memutuskan apa pun sesuka hati tanpa tahu apakah aku suka atau tidak!"
"Aku tidak mau mendengar apa pun lagi. Kau sudah kembali jadi perjodohan itu dapat kembali dijalankan. Kali ini jangan berharap kau bisa melarikan diri karena aku tidak akan membiarkan kau lari sehingga perjodohan itu batal untuk yang kedua kalinya!"
"Aku tidak bisa, kakek!" Emma mengeluarkan sesuatu dari dalam tas dan itu adalah surat dari dokter yang menyatakan jika dia sedang hamil. Dia akan memberikan surat itu agar kakeknya tahu dan tidak menjodohkan dirinya lagi dengan siapa pun. Kini dia kembali merasa jika tindakan yang dia lakukan dengan menjebak Kendrick sudah benar.
"Jangan main-main karena kali ini kau tidak bisa menolak!" ucap kakeknya.
"Tidak kakek, tidak bisa. Kali ini aku tidak bisa karena aku sedang hamil!" ucap Emma seraya memberikan hasil pemeriksaannya pada kakeknya.
"Apa kau bilang?" Fedrick berteriak akibat terkejut.
"Aku sedang hamil jadi aku tidak bisa mengikuti perjodohan itu!" ucap Emma.
"Beraninya kau Emma!" teriak kakeknya murka. Kertas hasil pemeriksaan direbut dengan cepat. Fedrick melihatnya dan kembali terkejut. Kertas di cengkeram dengan erat, Fedrcik pun memegangi dadanya yang tiba-tiba terasa nyeri.
"Be-Beraninya kau, Emma. Beraninya kau?!" ucapnya sambil menahan rasa sakit.
"Kakek!" Emma bergegas mengambil obat kakeknya lalu dia memberikan obat itu dengan cepat. Emma tampak ketakutan, dia tahu keadaan kakeknya tidak sedang baik-baik saja. Fedrick meminum obatnya dengan cepat dan setelah keadaannya lebih membaik, Fedrick menepis tangan Emma lalu bersandar di kursi untuk memulihkan keadaan. Dia tampak kecewa dengan apa yang baru saja Emma katakan.
"Apa kakek baik-baik saja?" tanya Emma.
"Diam kau!" jawab kakeknya dengan bentakan.
"Kakek yang membuat aku mengambil jalan nekat ini. Jika kakek tidak memaksa aku maka aku tidak akan melakukan perbuatan bodoh dan nekat ini!" ucap Emma membela diri.
"Siapa ayah dari bayi itu?" tanya Kakeknya yang tak mau memandangi Emma akibat kecewa. Emma diam, dia tidak bisa mengatakan pada kakeknya siapa pria yang sudah dia jebak untuk menghabiskan malam dengannya.
"Jawab, Emma!" teriaknya seraya berpaling. Kali ini Fedrick menatap cucunya dengan tajam, tentu dengan perasaan kecewa.
"Maaf, aku tidak bisa mengatakannya!" ucap Emma.
"Kurang ajar, beraninya kau?!" Fedrick sudah beranjak dan hendak memukul cucunya namun dia urungkan.
"Sekali lagi jawab pertanyaanku dengan baik. Siapa ayah dari bayi itu?"
"Aku tidak bisa menjawabnya kakek, maaf."
"Baiklah jika itu yang kau inginkan," Fedrick kembali duduk dengan perasaan kecewa yang teramat sangat.
"Aku benar-benar tidak mau dijodohkan, kakek!"
"Cukup, kau memang tidak akan dijodohkan lagi karena kau bukan bagian dari keluarga ini!"
"Apa?" tanya Emma terkejut.
"Kau bukan cucuku lagi jadi pergi dari sini!" usir Fedrick.
"Kakek, apa maksudmu?"
"Pergi, Emma. Aku tidak memiliki cucu seperti dirimu lagi jadi pergi!" Fedrick kembali mengusir, dia tidak menyangka Emma akan mempermalukan dirinya sampai sejauh itu. Emma berusaha membujuk dan meminta maaf tapi kakeknya sudah tidak mempedulikan dirinya dan tetap mengusir Emma.
Dua orang pelayan bahkan ditugaskan untuk membereskan barang-barang Emma dan seorang penjaga ditugaskan untuk menarik Emma keluar. Emma yang merasa jika memang dialah yang salah tidak bisa melakukan banyak hal saat dia diusir oleh kakeknya. Sekarang dia benar-benar pergi dari rumah itu untuk selamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Herol
njutttt
2023-12-29
4
Herol
gasss
2023-12-29
1
Aidah Djafar
ooh Emma di pecat deh jadi cucu 😁
2023-12-21
1