Bab 2 Makan Malam

"Ya ampun. Kita sudah lama ya nggak ketemu?" ucap seorang wanita paruh baya yang menyambut mereka yang baru saja datang.

"Kamu apa kabar?" tanya wanita itu lagi seraya bersalam pada Nita.

"Aku baik, Ma. Kamu apa kabarnya?" tanya Nita balik.

"Aku juga baik. Eh, ayo duduk!" Ema mengajak calon besannya itu untuk duduk.

"Eh, ini Aliza?" tanya Ema menatap Aliza dengan sorot binarnya.

Nita mengangguk. "Iya."

"Udah besar ya. Udah gadis. Terakhir kita ketemu itu kamu masih kuliah deh," ungkap Ema seraya memegang lengan Aliza.

Jangan ditanya bagaimana reaksi Aliza sekarang? Kata syok mungkin bisa mendeskripsikan wajah gadis itu sekarang.

Aliza mengangguk seraya tersenyum.

"Iya, Tante."

"Kamu cantik banget." Ema memuji dengan begitu tulus. Tak bisa dipungkiri jika memang Aliza malam ini sangat cantik bak putri kerajaan.

Aliza tersenyum. "Makasih, Tante."

"Eh, kok Tante? Panggil bunda aja. Kan nanti kamu juga bakalan manggil bunda. Buat latihan biar nggak kaget nantinya," ungkap Ema mengajak Aliza untuk duduk disebelah Nita.

Aliza susah payah menelan ludahnya.

Apa? Bunda? Bagaimana bisa memanggil Bunda? Maksudnya bagaimana?

Dirinya sudah mengenal Ema itu sedari dia duduk dibangku SMA.

Ya, Aliza juga tau anak dari wanita paruh baya itu siapa. Atau jangan-jangan? Yang akan dijodohkan dengan dirinya itu ….

"Mana Arsen?" tanya Ema pada Ravli, suaminya yang baru saja datang bersama Reno sahabat karib suaminya.

Ravli Jaya dan Ema Jaya adalah sepasang suami istri yang sudah menjadi sahabat dari orang tua Aliza.

Arsen? Nama itu … tidak asing ditelinga Aliza. Nama yang selalu membuatnya berdebar kala bertemu, nama yang selalu membuatnya berbunga-bunga.

Bahkan sekedar mendengar namanya seperti sekarang pun getaran itu masih. Masih sama seperti dulu.

Ada apa ini? Apakah takdir akan mempertemukannya? Apakah takdir akan menyatukannya dalam ikatan yang halal?

"Baru dateng. Bentar lagi juga kesini," ucap Ravli lalu mengajak Reno untuk duduk.

Tak lama seorang pria dengan jas hitam melekat padanya berjalan kearah meja yang sudah ada orang tuanya dan ya ada tiga orang yang mengalihakan fokusnya. Terutama gadis bergaun maroon.

Aliza yang ditatap begitu serius langsung menundukkan kepalanya. Ada rasa malu sekaligus senang bercampur menjadi satu.

"Akhirnya anak Bunda dateng," ucap Ema yang membuat dada Aliza semakin berdebar tak karuan.

"Sini duduk!" perintah Ema untuk duduk disampingnya yang bersebrangan dengan Aliza.

Akhirnya gadis dengan gaun berwarna maroon itu mendongak. Tatap mereka bertemu. Wajah yang selalu dirinya rindukan kini tepat berada didepannya.

Mata yang begitu tajam menatap Aliza membuat gadis itu tersenyum sebentar seraya mengangguk lalu memalingkan wajah. Entahlah, rasanya tatapan itu seakan menunjukan ketidak sukaan padanya.

Berbeda dengan waktu dirinya masih SMA atau kuliah dulu.

"Sekarang kita makan dulu baru kita bahas perjodohan ini," ucap Ravli memandang kedua insan yang akan dijodohkan itu.

***

"Lo terima perjodohan ini?" tanya pria berjas hitam yang sudah berada disampingnya.

Arsen Kusuma Jaya, pria dengan tinggi badan yang jauh berbeda dengan Aliza.

Sosok yang sudah membuatnya jatuh cinta sejatuh-jatuhnya.

Dia merupakan CEO dan pewaris perusahaan orangtuanya yang sudah mulai menua karena umur.

Sedari dirinya duduk dibangku SMA Aliza sudah menyukai Arsen. Hingga gadis itu masuk kuliah pun rasa itu masih sama.

Senyumnya selalu menjadi candu setiap saat, sifat ramah yang tertanam dalam diri pria itu membuat Aliza semakin menyukai Arsen.

Bahkan saat kuliah Aliza meminta untuk satu kampus dengan Arsen. Walaupun beda jurusan setidaknya dia tetap bisa memandang pujaan hatinya setiap hari walau hanya sedetik sekalipun.

Namun, setelah Arsen lulus kuliah Aliza sudah tidak pernah lagi bertemu dengan pria itu. Lalu sekarang apa? Semesta seakan mempertemukan dengan tiba-tiba.

"Gue nggak bisa nolak, Kak." ungkap Aliza menoleh menatap Arsen yang tengah menatapnya dengan serius.

"Kenapa nggak bisa nolak?" tanya Arsen menahan amarahnya karena dia ingin gadis disampingnya ini menolak. Sama dengan dirinya. Arsen pikir jika mereka sama-sama menolak perjodohan ini maka perjodohan konyol ini akan dibatalkan.

Aliza menatap langit yang penuh bintang dengan bulan yang begitu bersinar dengan terangnya. Ya, malam ini mereka izin ingin berbicara empat mata dengan keluarga setelah makan malam.

Mereka memilih balkon restoran sebagai tempat untuk membicarakan hal penting ini.

Tatapan Arsen masih terfokus pada Aliza.

Hidung yang mancung dengan bibir tipis dan mata yang begitu indah itu membuat Arsen terlena beberapa saat.

"Cantik," batinnya.

"Gue nggak bisa, Kak." Aliza masih menatap langit tak menoleh sedikitpun pada Arsen.

"Lo bisa nolak. Kita harus sama-sama menolak agar orang tua kita batalin perjodohan gila ini," ucap Arsen penuh penekanan diakhir kalimatnya.

Aliza tersenyum getir mendengar ucapan Arsen. Sebegitu tidak diinginkan dirinya dalam hidup pria ini?

Ah, iya Aliza lupa jika Arsen masih menjalin hubungan dengan pacarnya yang bernama Risa Elmira.

Mereka menjalani hubungan sejak SMA hingga sekarang. Cukup lama bukan?

"Gue tetep nggak bisa, Kak," putus Aliza.

Jujur dirinya juga tidak bisa menolak perjodohan ini karena orang tuanya.

Namun, disisi lain dia tidak ingin melihat orang yang dia cintai menjadi menderita gara-gara menikah dengannya tapi disisi lain juga Aliza tidak bisa membohongi dirinya sendiri jika ikatan halal bersama orang yang dicintai itu menjadi harapan terbesarnya.

"Arghhh!" Arsen mengacak rambutnya frustasi.

Aliza memejamkan matanya ketika mendengar Arsen berteriak.

Dalam hatinya dia ingin sekali mengatakan "Aku cinta kamu."

Cukup diam itu menurut Aliza yang terbaik. Dia tidak siap untuk menerima apa yang akan kemungkinan terjadi setelah dirinya jujur perihal perasaannya.

Bahkan sebelum Aliza mengungkapkan pun sebenarnya gadis itu sudah tau jawabannya apa.

Jadi, untuk apa mengungkapkan jika tidak melakukan hal itupun dia sudah tau jawabannya.

"Gue nggak akan terima perjodohan gila ini bagaimana pun caranya!" tekad Arsen yang sudah mulai tenang.

Arsen berjalan sedikit menjauh dari Aliza.

Pria itu bergelut dengan pikirannya sendiri bagaimana caranya agar perjodohan ini batal.

Setelah beberapa menit Arsen menghampiri Aliza lagi yang masih ditempat yang sama.

"Aliza. Lo tau kalo gue udah ada pacar. Ada hati yang harus gue jaga, gue pengen nikah sama orang yang gue sayangi," ungkap Arsen mengajak Aliza berbincang lebih serius.

Aliza kini menatap Arsen dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.

"Iya gue tau kok, Kak."

Entahlah, rasanya sakit sekali ketika mendengar kalimat terakhir dari Arsen.

Memang Aliza harus sadar diri jika dirinya bukan perempuan yang menjadi tujuan akhir dari pria dihapadannya ini.

"Gue harap lo mau memahami ini dan setuju. Gue mau kita nikah kontrak selama setahun. Setelah itu kita akan bercerai dan melanjutkan kehidupan kita masing-masing," ucap Arsen memandang Aliza penuh harap.

"Gue juga nggak mau lo nikah sama gue cuma karena terpaksa. Gue juga takut kalo lo nanti bakalan nggak bahagia. Lo bakalan banyak sedihnya. Gue nggak bisa jamin lo bakalan hidup bahagia bareng gue." Arsen mentap Aliza dengan begitu serius.

Arsen takut jika setelah menikah dia tidak bisa membahagiakan Aliza. Karena sebagai suami dia bertanggung jawab penuh atas Aliza. Dia takut jika hubungannya dengan Risa masih berjalan akan menambah rumit kehidupannya.

"Gue …."

Terpopuler

Comments

Silvi Aulia

Silvi Aulia

hai Thor aku mampir nih 🤗
jangan lupa mampir di novel aku juga ya Thor buat beri dukungan nya 🙏

2023-10-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!