Perjodohan Paksa Dengan Crush

Perjodohan Paksa Dengan Crush

Bab 1 Berita Perjodohan

Suara dentingan alat makan diatas piring begitu nyaring terdengar.

Malam ini keluarga Wardana sedang makan bersama. 

"Ayah mau jodohkan kamu dengan anak teman ayah," ucap laki-laki dengan sedikit rambut putih diantara hitam rambut lurusnya. 

Aliza Wardana yang merupakan anak terakhir dari Reno Wardana dan Nita Ayu Wardana itu menghentikan kegiatan makannya lalu menatap sang bunda yang berada di seberangnya yang terhalang oleh meja makan.

Namun, Nita hanya mengangguk sebagai balasan jika memang putrinya akan dijodohkan.

"Aku nggak salah dengar, Yah?" tanya Aliza masih tidak percaya menatap Reno serius.

"Nggak. Kamu nggak salah dengar. Ayah dan bunda sudah mempunyai rencana untuk menjodohkan kamu," jelas Reno lalu melanjutkan kegiatan makannya yang sempat terhenti.

"Iya, Al. Kamu sudah cukup umur buat menikah. Ayah dan Bunda ingin melihat kamu segera menikah dan segera mempunyai momongan." Nita tersenyum diakhir kalimatnya seakan memiliki isyarat yang tak bisa dijelaskan.

Reno sudah memikirkan ini matang-matang putri bungsunya pasti tidak akan menolak. Karna dia tau betul jika anaknya ini selalu menurut dengan dirinya.

Apalagi Aliza anak terakhir.

Dengan perlahan Aliza meletakan sendok dan garpunya. Entahlah, tiba-tiba moodnya menjadi buruk. Sudah tidak ada selera makan.

"Siapa yang akan dijodohkan dengan Aliza, Yah?" Gadis dengan rambut panjangnya yang indah itu memberanikan diri untuk bertanya. Sebenarnya dirinya takut jika laki-laki yang akan jodohkan itu jauh dari ekspektasinya.

"Nanti kamu juga tau kalo sudah bertemu," jawab Reno menatap anak bungsunya itu.

"Besok malam kita akan bertemu dengan mereka. Membicarakan tentang perjodohan ini," lanjutnya.

"Besok malam?"

"Iya sayang. Besok kamu harus dandan yang cantik," sahut Nita dengan senyum tulus dan bahagia seorang ibu.

Aliza ingin sekali menolak tapi dirinya juga bingung bagaimana caranya?

Sejauh ini dirinya selalu menurut dan hampir tidak pernah membantah orang tuanya.

Namun, kali ini rasanya dia ingin sekali menolak. Karna Aliza juga masih ingin fokus dengan karirnya.

Walaupun hanya seorang owner toko roti tapi dirinya bangga. Dia memiliki rencana untuk perkembangan tokonya. Aliza ingin membuka cabang toko roti.

"Apa aku boleh berpendapat, Ayah?" tanya Aliza hati-hati takut jika nanti akan membuat ayahnya marah.

Reno mengangguk. "Boleh."

"Jujur aku belum mau menikah, Yah. Aku pengen fokus dulu sama toko roti yang sudah aku bangun susah payah sampai sekarang. Aku juga ingin menikah dengan orang pilihan ku sendiri, Yah," ucap Aliza meneguk ludahnya susah payah.

"Kalo udah menikah kamu tetep bisa fokus sama toko roti mu itu dan masalah orang pilihan kamu atau orang pilihan ayah dan ibu itu nggak ada bedanya. Tunggu saja besok ya. Ayah yakin kamu pasti mau menerima perjodohan ini." Reno segera beranjak karna dirinya sudah selesai makan disusul dengan Nita.

Sebenarnya Reno dan Nita hanya memberi ruang untuk putrinya.

"Orang pilihan ayah dan bunda nggak ada bedanya sama pilihan kamu." 

suara itu terus berputar dikepala Eliza.

"Apa maksudnya?" gumam Eliza menatap langit-langit rumahnya.

Gadis itu segera mengambil handphone nya diatas nakas lalu mengetikan sesuatu untuk dikirim ke sahabatnya. Ya, satu-satunya teman yang selalu ada untuk Aliza. 

Baru sedetik dirinya mengirimkan pesan, layar handphone Aliza sudah berubah memunculkan tombol merah dan hijau. Dengan segera Aliza menekan tombol hijau.

"Halo?" suara itu berasal dari sebrang.

"Aliza. Halo?"

"Iya, Halo."

"Lo beneran mau dijodohin?" tanya Melia pada sahabatnya.

"Iya, Mel. Gue nggak pengen dijodohin. Gue pengen nangis rasanya," ungkap Aliza seraya menutup setengah wajahnya dengan tangan kirinya.

Lelah sekali rasanya. Batinnya seakan ditekan perlahan dengan pasti.

Dia ingin menolak tapi tidak bisa. Rasanya Aliza ingin berteriak sekarang juga.

Mengadu pada semesta kenapa hidupnya seperti ini?

Sedari kecil dirinya hampir tidak pernah membangkang pada orang tuanya. Aliza terkenal dengan anak yang sangat penurut.

Namun, sekarang kenapa jalan hidupnya seakan membuat Aliza untuk tidak mematuhi kedua orang tuanya.

"Terus gimana? Lo tolak perjodohannya?" tanya Melia penasaran. 

Dia tahu betul tentang watak sahabatnya itu. 

"Gue nggak bisa nolak," jawab Aliza dengan air mata yang mulai meluncur membahasi pipinya.

Nah, benar kan dugaan Melia. Aliza pasti tidak bisa menolak.

"Eh, lo nangis ya?" Melia yang mendengar isakan kecil milik Aliza itu sudah bisa dipastikan sebenarnya. Selain jadi anak yang penurut Aliza juga sangat gampang menangis.

Ya, hanya terdengar isak tangis yang semakin terdengar jelas. 

"Nangis aja. Nggak bakal gue matiin teleponnya. Tapi jangan salahin gue kalo gue ketiduran."

Tak ada balasan dari Aliza. Gadis itu terus menangis sampai rasanya air mata sudah kering hingga gadis itu terlelap masih dengan air mata yang mambanjiri pipinya.

"Halo? Aliza. Za?" tanya Melia yang ternyata masih belum tidur. Sebenarnya dirinya sengaja membuka media sosial yang lain demi menemani Aliza yang sedang bersedih.

"Lah? Tidur beneran nih anak?" 

"Bukannya gue yang tidur duluan malah dia," kesal Melia. Bagaimana tidak kesal kalo udah ditemenin dari nol gini malah ditinggal tidur? 

Maksudnya ditemani pas lagi sedih. Eh malah ditinggal pas lagi sayang-sayangnya.

***

"Aliza sayang! Udah siap?" teriak Nita dari bawah. Sepasang suami istri itu sudah siap dengan pakaian yang begitu rapi.

Malam ini adalah malam dimana mereka akan bertemu dengan keluarga calon menantunya yang tak lain adalah sahabat Reno sedari mereka masih SMA.

"Sebentar, Mah." Aliza bingung dengan pakaian apa yang harus dirinya pakai malam ini. Jujur saja Aliza sangat malas untuk makan malam tapi apalah dayanya.

Mana bisa dirinya menolak. Ya, itu adalah salah satu kelemahan Aliza.

Akhirnya dengan gaun berwarna merah maroon itu Aliza turun menemui kedua orangtuanya.

"Cantiknya anak, Mamah," puji Nita seraya mengelus pipi mulus dan putih milik putrinya itu.

"Anak Papah juga dong." Reno menatap Aliza dengan senyum yang begitu bahagia. Melihat putrinya yang begitu anggun dan elegan malam ini.

"Ayo kita berangkat!" ajak Reno lalu berjalan mendahului mereka.

"Kamu nanti harus senyum ya. Senyum yang manis." Nita memperingati agar putrinya bisa menjaga diri. Menerapkan sopan santun. Walau sebenarnya Nita juga tau putrinya tidak ingin pergi malam ini untuk bertemu dengan calon yang akan dijodohkan dengannya.

"Senyum dong!" ucap Nita ketika melihat wajah putrinya masih memberenggut.

Aliza langsung tersenyum walau sebentar.

"Nah, gitu dong. Cantik banget kalo senyum," ungkap Nita lalu berjalan menyusul suaminya.

Aliza ingin sekali kabur saja malam ini.

Dirinya punya pilihan atas hidupnya bukan? Kenapa harus selalu orang tuanya yang mengatur bahkan untuk pasangan hidup pun dia tidak diberi kesempatan untuk memilih.

Rasa sesak dalam dada itu terus membuat Aliza menahan tangisnya. Sepanjang perjalanan Aliza hanya diam tanpa memperdulikan pertanyaan dari orangtuanya.

Terpopuler

Comments

Witri A

Witri A

bab 2

2024-02-29

0

Erni Fitriana

Erni Fitriana

chocolate...sepertinya manis nih karyanya😘

2023-12-30

1

Darellia

Darellia

hay kak, salam kenal semangat berkarya ya maaf aku telat mampir

2023-10-15

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!