Eps 3. Flashback: masa lalu Raka Terungkap

Tiba-tiba, suara keras memecah keheningan.

BUUUKKK...

Sebuah pukulan brutal mendarat di pipi Raka. Ia tak sempat bersiap, tak ada waktu untuk menangkis atau menghindar. Kepalanya terpental ke samping, dan tubuhnya terhuyung mundur sebelum akhirnya jatuh terduduk di lantai.

"Sampah, untuk apa kau masuk ke sekolah ini?" ujar Andi dengan nada meremehkan yang mendalam. Wajahnya memancarkan rasa puas sadis, menikmati setiap detik kesengsaraan Raka.

Sorakan liar bergema di ruangan dari geng Andi menghina dan melecehkan. Mereka tertawa dan bertepuk tangan, menyemangati aksi bully yang dilakukan oleh pemimpin mereka.

Raka berbaring di lantai dingin sekolah, tubuhnya gemetar karena rasa sakit dan pengejekan yang menusuk hatinya. Dia mencoba bangkit tapi pukulan tadi telah mengambil sebagian besar tenaganya.

Mata murid-murid lain berkerumun di sekeliling mereka namun tak ada satupun yang bergerak membantu. Wajah-wajah itu penuh dengan ketakutan dan pengecutan - semua orang tahu apa yang akan terjadi jika mereka melawan Andi dan gengnya.

"Ayo lihat apa yang bisa kau lakukan!" tantang Andi, wajahnya terpulas senyum jahat, matanya berkilat dengan kepuasan sadis. Suaranya bergema di ruangan, disertai tawa cemoohan dari gengnya.

Di sudut ruangan yang jauh dari kerumunan, seorang sosok berdiri. Pak Robert, guru yang dikenal dekat dengan keluarga Andi. Dalam diam, ia memperhatikan adegan itu berlangsung - melihat Raka terkapar dan tak berdaya - namun ia tidak melakukan apa-apa.

Setelah insiden itu mereda dan murid-murid mulai bubar, Pak Robert mendekati Raka yang masih duduk lemas di lantai. "Kenapa kau tidak berhenti membaca dan bergaul sedikit?" katanya dengan nada datar. "Mungkin jika kau lebih banyak berinteraksi dengan teman-temanmu, mereka akan mulai menghargaimu."

Raka menatap Pak Robert dalam diam. Di balik tatapan kosongnya ada rasa kecewa mendalam pada guru yang seharusnya melindungi murid-muridnya.

"Sial," gumam Raka pelan setelah Pak Robert pergi meninggalkannya sendirian lagi di ruangan itu. "Sepertinya percuma saja... Bahkan guru pun tak bisa berkutik di depan anak sialan ini."

Dalam kegelapan ruangan yang sepi, rahasia tersembunyi tentang pengaruh keluarga Andi mulai terungkap. Mereka bukan sekadar keluarga biasa di sekolah ini, mereka adalah salah satu penyumbang terbesar yang menjaga roda sekolah tetap berputar.

Kekuasaan dan dominasi keluarga Andi tidak hanya berasal dari kekayaan mereka, tetapi juga dari posisi mereka sebagai pemilik salah satu perusahaan farmasi terkuat di negeri ini. Dalam industri farmasi yang penuh dengan intrik dan kepentingan politik, keluarga Andi telah membangun kerajaannya sendiri.

Sumbangan besar mereka telah memastikan bahwa sekolah ini bergantung pada dukungan finansial mereka. Sebagai imbalannya, Andi dan keluarganya memiliki kendali mutlak atas segala hal di sekolah - dari kebijakan hingga perlakuan khusus.

Tidak ada yang berani melawan mereka. Para guru pun termakan oleh bayang-bayang kekuasaan tersebut. Mereka takut akan konsekuensi jika melawan atau bahkan mencoba menegur perilaku buruk dari anak-anak keluarga Marco, termasuk putra sulung mereka Andi Marco.

Raka merasakan beban besar yang menghimpit dadanya ketika menyadari betapa kuatnya pengaruh keluarga itu. Ia menjadi saksi bisu bagaimana uang dan kekuasaan bisa mengubah sebuah institusi pendidikan menjadi medan permainan bagi orang-orang berpengaruh.

Dalam keheningan yang mencekam, suara terputus-putus memecah kesunyian.

"Maafkan aku, Raka..." ucap Ucup teman sebangku Raka dengan suara gemetar. Wajahnya pucat pasi, matanya terlihat seperti kaca yang pecah berkeping-keping. Kedua tangannya gemetar tak terkendali, mencerminkan ketakutan yang melanda dirinya hingga membuatnya hampir kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri.

"Aku... Aku memang pengecut..." lanjutnya dengan suara serak. Suaranya bergetar dengan rasa bersalah yang tak terbendung. "Aku tak sanggup membela mu..."

Tubuh temannya itu tampak tegang dan kaku seperti patung marmer. Matanya berkedip-kedip dalam ketidakpastian dan kepanikan yang mendalam. Dia menahan napas dengan susah payah, tampak seperti sedang berjuang melawan serangan panik.

Raka merasakan getaran emosi yang kuat menghantam dadanya saat melihat temannya dalam kondisi rapuh seperti ini. Ia merasakan rasa sakit tajam di hatinya - bukan hanya karena pengkhianatan dari seseorang yang diharapkan bisa membela, tetapi juga karena melihat betapa korup dan menindasnya lingkungan sekolah ini.

"Tidak perlu minta maaf," jawab Raka dengan suara lembut namun penuh kepiluan di hati. "Kita semua memiliki batasan kita sendiri."

Suasana kelas 11 B terasa tegang saat Bu Wati, wali kelas mereka yang memiliki aura keputusan di matanya, berdiri di depan mereka dengan tatapan serius.

"Dengar baik-baik!" serunya dengan suara yang menggetarkan hati. "Minggu depan akan menjadi momen penting bagi kita semua. Kompetisi kimia bergengsi akan digelar di sekolah ini, dan saya dengan bangga mengumumkan bahwa Raka akan menjadi perwakilan dari kelas 11 B!"

Seketika itu juga, hening memenuhi ruangan. Semua mata tertuju pada Raka yang duduk tegak dengan tatapan penuh tekad dan semangat.

Raka mengangkat kepala dan menjawab dengan suara mantap, "Siap bu! Saya tidak akan mengecewakan kalian semua. Saya akan berusaha yang terbaik."

Bu Wati tersenyum puas mendengarnya namun senyumnya segera berganti menjadi ekspresi serius saat dia melanjutkan, "Ujian nya adalah Percobaan Reaksi Redoks. Harap kamu pelajari dengan baik, Raka. Ini adalah kesempatanmu untuk menunjukkan kemampuanmu."

"baik bu," balas Raka sambil mengangguk tegas.

Di dalam hatinya yang penuh percaya diri, Raka merasa getaran semangat membara seperti api tak terpadamkan. Dia tahu Kimia adalah bidang keahliannya yang sudah dia kuasai dengan baik.

"Inilah bidang keahlianku," gumamnya dalam hati sambil tersenyum bangga pada dirinya sendiri. "Kita telah bersiap selama ini untuk momen seperti ini dan sekarang saatnya kita unjuk gigi."

Di pojok kelas 11 A, Andi duduk bersama gengnya - Dika dan Bima. Mereka berbisik-bisik, wajah mereka menunjukkan senyum licik yang tidak biasa.

"Andi, loe lagi mikirin apa sih?" tanya Dika dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.

Andi menoleh kepadanya, senyuman licik di wajahnya semakin lebar. "Oh, cuma mau kasih 'surprise' kecil buat temen kita Raka dari kelas 11 B," jawabnya sambil tertawa sinis.

Bima mengangkat alisnya, "Maksud loe apa? Kita bakal ngapain?"

Andi merentangkan tangannya dan tertawa seperti penjahat maniak dalam film-film. "Tentu dong! Gue gak bisa biarin dia nyuri panggung dari kita begitu aja. Gue udah punya rencananya."

Dika dan Bima saling pandang dengan ekspresi campur aduk antara rasa penasaran dan kekhawatiran. Mereka tahu Andi cukup pintar untuk merencanakan sesuatu yang besar namun mereka juga sadar bahwa rencana jahat Andi mungkin berpotensi mendatangkan masalah besar bagi mereka semua.

Namun terlepas dari semua itu, satu hal yang pasti adalah bahwa kehidupan di sekolah ini akan menjadi lebih rumit dalam beberapa hari ke depan...

Raka sedang berjalan di koridor sekolah ketika tiba-tiba dia tergelincir dan jatuh dengan keras. Di belakangnya, Andi dan gengnya tertawa terbahak-bahak. Mereka berdiri dengan sikap angkuh, menikmati penderitaan Raka.

Andi menghampiri Raka yang masih tergeletak di lantai, "Wah, kasihan banget sih loe, Raka," katanya sambil tertawa. "Coba kalau loe punya kekayaan dan kekuasaan seperti gue. Gue bisa belajar kimia dari guru pribadi yang super pintar dan punya semua sumber daya yang gue butuhkan."

Dia melanjutkan dengan nada suara tinggi penuh hiperbola, "Guru gue itu lho mantan peneliti NASA! Dia ngajarin gue segala hal tentang reaksi kimia sampai ke level atom! Bayangkan betapa hebatnya ilmu yang udah gue dapat!"

Andi kemudian menunjuk dirinya sendiri dengan bangga, "Dan lihatlah hasilnya! Gue jadi siswa paling jago kimia di sekolah ini. Loe pikir loe bisa ngalahin gue hanya dengan belajar sendirian? Ha!"

Setelah Andi selesai berbicara, Bima dan Dika, dua anggota gengnya, maju mendekati Raka yang masih tergeletak di lantai.

Bima melipat tangannya di dada dan berkata dengan nada mengejek, "Gue pikir loe itu pintar, Raka. Tapi ternyata cuma bisa jatuh doang ya?"

Dika tersenyum sinis dan menambahkan, "Bukannya belajar kimia, mending loe belajar gimana caranya jalan tanpa jatuh!"

Tertawa puas melihat ekspresi Raka yang semakin muram, Andi berbalik dan pergi bersama teman-temannya sambil meninggalkan Raka yang masih mencoba bangkit dari jatuhnya.

Episodes
1 Eps 1. Di Balik Tatapan Tajam Seorang Dokter Muda
2 Eps 2. Rahasia Cheat Dokter Muda
3 Eps 3. Flashback: masa lalu Raka Terungkap
4 Eps 4. Tiba waktu kompetisi
5 Eps 5. Round robin penyisihan group
6 Eps 6. Bertepuk Sebelah Tangan: Kisah Cinta Adit dan Sari
7 Eps 7. Pertarungan Menuju Puncak: Penyisihan Grup B
8 Eps 8. Beban yang Tak Terduga: Operasi di Tengah Krisis
9 Eps 9. Simfoni di Ruang Operasi: Balet Medis dalam Ketegangan
10 Eps 10. Kejutan di Semifinal: Strategi Rahasia Andi
11 Eps 11. Energi Terbarukan: Tantangan Babak Final
12 Eps 12. Konsep Energi Terbarukan
13 Eps 13. Biodiesel vs Realitas
14 Eps 14. Hidrogen vs Biofuel
15 Eps 15. Kegelapan yang Menginspirasi
16 Eps 16. Tragedi yang Memilukan
17 Eps 17. Kembali ke Masa Lalu
18 Eps 18. Penyesuaian diri
19 Eps 19. Keputusan Menyembunyikan Sistem
20 Eps 20. Tantangan di Tengah Badai Dingin Global
21 Eps 21. Perekrutan
22 Eps 22. Persiapan Seleksi
23 Eps 23. Jalan yang Belum Terlihat
24 Eps 24. Membaca Pola di Balik Data
25 Eps 25. Cryofluenza
26 Eps 26. Misi Pemulihan
27 Eps 27. Pertemuan Pertama
28 Eps 28. Strategi dan Keberanian
29 Eps 29. Quantum Healing: Level 3
30 Eps 30. Konfrontasi dan Pencerahan
31 Eps 31. Perjuangan Melawan Waktu
32 Eps 32. Puzzle Cryofluenza: Misteri, Penemuan, dan Harapan
33 Eps 33. Gladys dalam Bahaya
34 Eps 34. Detik-Detik Kritis Gladys
35 Eps 35. Langkah Besar Menuju Harapan Baru
36 Eps 36. Misi Terakhir untuk Menghidupkan Kembali Gladys
37 Eps 37. Babak Baru dalam Penelitian Cryofluenza
38 Eps 38. Pencapaian dan Kejutan Nobel
39 Eps 39. Harapan dalam Setiap Detik
40 Bab 40. Pencapaian Luar Biasa
41 Eps 41. Variant baru CryoFluenza
42 Bab 42. Variant baru CryoFluenza (2)
43 Eps 43. Variant baru CryoFluenza (3)
44 Eps 44. Variant baru CryoFluenza (4)
45 Bab 45. Flashback: Asal-usul CryoFluenza
46 Bab 46. Flashback: CryoShield-G Max
47 Bab 47. Kebijakan Wajib Vaksin
Episodes

Updated 47 Episodes

1
Eps 1. Di Balik Tatapan Tajam Seorang Dokter Muda
2
Eps 2. Rahasia Cheat Dokter Muda
3
Eps 3. Flashback: masa lalu Raka Terungkap
4
Eps 4. Tiba waktu kompetisi
5
Eps 5. Round robin penyisihan group
6
Eps 6. Bertepuk Sebelah Tangan: Kisah Cinta Adit dan Sari
7
Eps 7. Pertarungan Menuju Puncak: Penyisihan Grup B
8
Eps 8. Beban yang Tak Terduga: Operasi di Tengah Krisis
9
Eps 9. Simfoni di Ruang Operasi: Balet Medis dalam Ketegangan
10
Eps 10. Kejutan di Semifinal: Strategi Rahasia Andi
11
Eps 11. Energi Terbarukan: Tantangan Babak Final
12
Eps 12. Konsep Energi Terbarukan
13
Eps 13. Biodiesel vs Realitas
14
Eps 14. Hidrogen vs Biofuel
15
Eps 15. Kegelapan yang Menginspirasi
16
Eps 16. Tragedi yang Memilukan
17
Eps 17. Kembali ke Masa Lalu
18
Eps 18. Penyesuaian diri
19
Eps 19. Keputusan Menyembunyikan Sistem
20
Eps 20. Tantangan di Tengah Badai Dingin Global
21
Eps 21. Perekrutan
22
Eps 22. Persiapan Seleksi
23
Eps 23. Jalan yang Belum Terlihat
24
Eps 24. Membaca Pola di Balik Data
25
Eps 25. Cryofluenza
26
Eps 26. Misi Pemulihan
27
Eps 27. Pertemuan Pertama
28
Eps 28. Strategi dan Keberanian
29
Eps 29. Quantum Healing: Level 3
30
Eps 30. Konfrontasi dan Pencerahan
31
Eps 31. Perjuangan Melawan Waktu
32
Eps 32. Puzzle Cryofluenza: Misteri, Penemuan, dan Harapan
33
Eps 33. Gladys dalam Bahaya
34
Eps 34. Detik-Detik Kritis Gladys
35
Eps 35. Langkah Besar Menuju Harapan Baru
36
Eps 36. Misi Terakhir untuk Menghidupkan Kembali Gladys
37
Eps 37. Babak Baru dalam Penelitian Cryofluenza
38
Eps 38. Pencapaian dan Kejutan Nobel
39
Eps 39. Harapan dalam Setiap Detik
40
Bab 40. Pencapaian Luar Biasa
41
Eps 41. Variant baru CryoFluenza
42
Bab 42. Variant baru CryoFluenza (2)
43
Eps 43. Variant baru CryoFluenza (3)
44
Eps 44. Variant baru CryoFluenza (4)
45
Bab 45. Flashback: Asal-usul CryoFluenza
46
Bab 46. Flashback: CryoShield-G Max
47
Bab 47. Kebijakan Wajib Vaksin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!