"Loe sekolah disini?" Tanya Divio, seolah tak percaya. Bagaimana bisa ia satu sekolah dengan cewek galak yang sudah memarahinya 2 hari lalu.
Diluar dugaan Divio yang mengira Gadis itu akan banyak bicara dan hendak memangsanya, respon Raya justru hanya sebatas anggukan kepala.
Bahkan kemudian gadis itu berlalu tanpa berkata apa-apa. Membuat Divio terheran. Beda sekali sifatnya dengan yang waktu itu.
Disaat yang sama..
"Bo.. Gimana yah reaksi si kampret kalau dia tahu cowok itu pindah sekolah, bahkan duduk sebangku sama dia?" Tanya Keyla, penasaran setengah mati. Rupanya Divio mendapat tempat duduk di sebelah Raya. Karena untuk saat ini, hanya itulah satu-satunya tempat yang kosong.
Meisya menggeleng. "Gue juga gak tahu til."
Tiba di kelas, Raya heran melihat sebuah tas yang tergeletak di atas meja selain tasnya sendiri.
"Tas siapa nih?"
Meisya dan Keyla saling bertukar pandang dan enggan menjawab. Raya jadi kesal "Woy! Jawab Kek."
"Itu tasnya..." Keyla menggantung ucapannya.
Disaat yang sama, Divio juga muncul. Meisya pun melanjutkan ucapan Keyla sambil menunjuk Divio.
"Dia.."
Kedua insan itu sama-sama terkejut. Bahkan Raya tampak kesal. Namun ia memilih bungkam dan tidak banyak bicara. Sejak kepergian Randy, ia seolah berubah menjadi introvert.
Divio berjalan mendekati mereka. "Jadi gue duduk sama loe?" Tanyanya pada Raya yang duduk dengan pandangan kosong di sebelah bangkunya.
Dan bukannya menjawab, Raya malah tiduran, meletakkan kepalanya diatas meja.
Membuat Divio bingung sekaligus heran. Bahkan merasa jika Raya saat ini dan yang waktu itu berbeda orang.
**
Saat istirahat, Keyla mengajak Raya ke kantin. Namun Gadis itu tak merespon karena tampaknya ia benar-benar lelap tertidur. Akhirnya Keyla dan Meisya pergi ke kantin tanpa Raya.
Divio sendiri tengah asyik main game online di handphonenya. Sarapan 2 piring nasi goreng membuat perutnya masih kenyang dan tidak berniat makan di kantin. Mending push rank ye kan.
Sesaat kemudian, Raya tiba-tiba mengigau. Ia menangis dalam tidurnya. "Ran plis jangan tinggalin aku Ran.. Aku mohon."
Divio heran. Kenapa sama cewek ini? Dan siapa yang dimaksud Ran?
"Nggak Ran.. Plis jangan pergi.. Randy.. RANDY!" Raya menjerit dan akhirnya terbangun dari mimpi buruknya. Ada rasa senang karena ia bisa bertemu lagi dengan mantan kekasihnya meski hanya dalam mimpi, namun juga rasa sedih saat tersadar sosok itu sudah tidak ada lagi di dunia ini.
Raya menunduk dan menghela nafas panjang. Sesakit inikah ditinggal mati seseorang yang begitu dicintai?
"Loe gak papa?" Tanya Divio lembut, ketika melihat kesedihan yang tergambar jelas di wajah Raya.
Raya terperanjat dan baru menyadari keberadaan Divio di sisinya.
"Hei? Loe baik-baik aja kan?" Divio melambaikan tangan di depan wajah Raya.
Tanpa diduga, Raya menjawab. "Nggak, gue nggak baik-baik aja." Lalu bangkit dan berlari pergi dengan airmata yang kembali berderai.
Divio jadi penasaran. Apa yang terjadi pada Gadis itu sebenarnya?
**
"Gue khawatir deh sama si Raya." Ucap Meisya setelah meneguk oren jus pesanannya.
Keyla yang sedang touch up, balik bertanya. "Khawatir kenapa?"
"Gue khawatir dia bakal jadi pribadi yang introvert dan traumatis sama cowok. Tadi aja gue pikir dia bakal ngamuk ketika ngelihat cowok itu.
Tapi nyatanya? Dia biasa aja dan seolah gak terjadi apa-apa diantara mereka."
Keyla manggut-manggut. Iya juga sih, semenjak Raya ditinggal Randy, sahabatnya itu seolah berubah sikap dan perilakunya. Ia pun menyuruh Meisya untuk banyak berdoa.
"Semoga aja apa yang loe takutin gak bakal terjadi. Dan kalaupun terjadi, kita harus bisa bikin dia jadi Raya yang dulu lagi."
Meisya mengamini. Ia pikir kisah cinta Raya-Randy akan berakhir bahagia. Namun rupanya tidak jauh berbeda dengan nasib dirinya dan Keyla. Raya pun harus mengalami kegagalan cinta saat ini.
Saat Meisya mengedarkan pandangannya, tanpa sengaja ia melihat Regy yang saat itu sedang duduk di sebuah meja bersama Rangga.
Regy pun menyadari hal itu, dan tersenyum pada Meisya. Kemudian dengan isyarat, Regy memberi tahu Meisya jika orang yang sedang duduk bersamanya adalah Rangga.
Meisya manggut-manggut dan akhirnya tahu.
"Oh.. Jadi itu anaknya? Dia kan yang waktu itu nabrak gue."
Keyla mengikuti arah pandang Meisya. "Siapa?"
"Hah? Ng.. Nggak." Meisya keceplosan. Merasa Keyla tidak perlu tahu tentang si Rangga yang menyukainya.
"Dih.. Oiyah." Keyla mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya. "Siapa itu Rangga Aditiya?"
Meisya terbelalak saat melihat gulungan surat kusut yang berada di tangan Keyla. "Heh kok bisa ada di loe? Sini!" Meisya merebutnya, namun dengan cepat Keyla menghindar.
"Jawab dulu! Rangga Aditya itu siapa?"
Kalau sudah seperti itu, Meisya tidak punya pilihan lain selain menceritakan semuanya pada Keyla. Gadis itu pun menyimak dengan seksama.
"... Gitu ceritanya."
Keyla manggut-manggut. Ia terpikirkan sesuatu. "Yaudah, loe move on aja sama si Rangga. Daripada nungguin si Rizvan yang kaya tai."
Meisya menghela nafas kesal. "Plis deh til.. Loe pikir move on itu segampang ngeluarin kentut dari pantat gituh?"
"Iyah! Loe move on tinggal move on aja.. Ngapain ngarepin orang yang gak jelas hatinya buat siapa."
"Anjir enteng banget loe ngomong kaya gitu. Sedangkan sendirinya juga masih belum bisa move on dari si Fathan. Sungguh lawak!"
Keyla manyun dan tidak berkata apa-apa lagi. Merasa di skak mat oleh Meisya yang memang tidak salah dengan ucapannya.
**
Jika sebelum-sebelumnya Raya selalu mengantar Keyla dan Meisya pulang dengan mobilnya, hari itu Raya meminta maaf karena tidak bisa mengantar mereka pulang dengan alasan akan berziarah ke makam Randy.
Meisya dan Keyla no problem. Keduanya justru menyemangati Raya dan menyuruhnya untuk tetap kuat menjalani hidup ini. Raya hanya tersenyum getir sebelum akhirnya pergi.
"Loe mau pulang naik apa?" Tanya Keyla.
"Grab. Loe?"
Keyla teringat sesuatu dan langsung mengeluarkan handphonenya. Mencari kontak Aby, lalu menelfonnya. Untungnya segera diangkat.
'Iya Halo dengan Pangeran tampan disini.'
Keyla pura-pura muntah mendengar kenarsisan Aby. "Jemput gue dong bi."
'Hah jemb*t?'
"Heh! Jorok!"
'Eh Sorry gue salah denger.. Jemput loe? Berani bayar berapa?'
"Ntar gue kasih cewek cantik."
'Up! Buat apa Cewek cantik. Gak bikin kenyang."
"Yaudah ntar gue kasih baso segerobak sekalian sama abangnya."
'Stress!'
"Loe yang stress! Udah buruan jemput gue yak? Gue tunggu, Bye!" Klik! Keyla menutup telfonnya.
10 menit kemudian, Aby tiba di sekolah Keyla dengan masih mengenakan putih abu-abu yang artinya Aby tidak pulang dulu dan langsung menjemput Keyla di sekolahnya.
Dilihatnya Keyla yang sedang menyedot satu cup jus alpukat sambil duduk di sebuah bangku panjang, disamping penjual jus buah.
"Maheswari!"
Keyla yang semula tengah menatap kendaraan yang berlalu-lalang di hadapannya, seketika menoleh dan tersenyum melihat kedatangan Aby.
"Eh Anak Daddy Ginanjar udah dateng." Keyla bangkit dan berjalan menghampiri Aby.
Tanpa banyak bicara Aby merebut jus alpukat di tangan Keyla dan langsung menyedotnya tanpa permisi.
Keyla melongo, kemudian mengomel. "Ih itu kan bekas gue."
"Emang kenapa kalau bekas loe?" Aby mengembalikan jus yang tinggal tersisa setengahnya.
"Loe gak jijik emang?"
"Kenapa harus jijik? Emang liur loe bersifat najis mugholadoh?"
Keyla membuang muka dan menghela nafas panjang. Kadang ia tidak habis pikir, kok ada manusia macam si Aby yang kalau ngomong suka nyeleneh dan tidak masuk nalar.
"Yaudahlah terserah, gue laper. Jadi gak punya tenaga buat debat sama loe."
"Siapa juga yang ngajakin loe debat. Aneh!"
"Lu yang aneh!"
"Dih."
Setelah Keyla duduk dibelakangnya, Aby langsung melesat. Membawa motornya dengan kecepatan sedang.
Saat tiba di sebuah pertigaan, Keyla dibuat heran ketika Aby membelokkan motornya dan bukannya lurus.
"Loh, kita mau kemana?"
"Gak tahu nih motornya belok sendiri."
Plok! Keyla menggaplok bahu Aby. "Serius Napa! Becanda mulu hidup loe."
"Yaudah si loe diem aja. Gak bakal gue culik ini."
5 menit kemudian, Aby menghentikan motornya di depan kedai baksk favoritnya. Sungguh perhatian.
"Turun!" Titahnya setelah mencopot helm.
Keyla turun seraya menggerutu. "Bilang kek daritadi."
Aby mendekati si penjual bakso yang sedang sibuk meracik pesanan. Dari belakang, Keyla mengikuti.
"Pak Yadi, bikin dua yah. Yang satu campur, yang satu mangkoknya ajah."
Plok! Keyla kembali menggampar punggung Aby. Manusia satu ini memang pandai membuatnya kesal!
**
Divio merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ia memiliki seorang Kakak perempuan bernama Devi yang usianya terpaut 3 tahun lebih tua darinya. Sayang, 2 tahun yang lalu, Devi meninggal akibat bunuh diri dengan cara menggantungkan dirinya di langit-langit kamar.
Saat ini, Divio mengunjungi Sang Kakak di peristirahatan terakhirnya.
Setelah menabur bunga dan menyiramkan air doa, Divio menatap nisan yang berada di hadapannya.
"Assalamualaikum Kak, Divio datang."
Tiba-tiba Divio teringat akan kenangan yang pernah ia lewati bersama sang Kakak. Terutama kenangan saat mereka kecil.
Masih tergambar jelas dalam ingatan Divio ketika ia jatuh tersandung sepulang dari warung. Ia menangis meratapi kakinya yang terluka. Dan Devi, dengan penuh kasih sayang akhirnya menggendong Divio sampai ke rumah sambil terus menenangkannya sepanjang perjalanan.
Sampai saat ini, Divio terkadang masih tak percaya jika sang Kakak yang begitu ia cintai sudah tidak ada lagi di dunia ini.
Tak lama kemudian, mata Divio menangkap sosok yang tidak asing. Berjarak kurang lebih 15 meter, ia melihat seorang gadis yang juga tengah berziarah ke sebuah makam yang tanahnya masih tampak merah, pertanda kuburan itu belum lama ada.
Ya, gadis itu adalah Raya. Cukup lama gadis itu berada disana. Membuat Divio urung pergi Karena sesungguhnya ia penasaran dan ingin memastikan sesuatu.
20 menit kemudian, Raya akhirnya pergi.
Langsung saja Divio mendekati makam yang semula didatangi Raya. Disana tertulis:
Randy Prasetyo bin Ahmad Prasetyo
Lahir : 12 Januari 1997
Wafat : 17 Juli 2023
Divio akhirnya menemukan jawaban. Jadi Ran itu Randy? Dan Divio sangatlah yakin jika Almarhum pemuda ini adalah kekasih Raya sekaligus orang yang membuat sifat Raya berubah dalam sekejap.
**
Pukul 20.00 WIB, Meisya tiba di kafe Omnya yang bernama Diamond cafe. Kafe bernuansa klasik yang setiap malamnya tidak pernah sepi pengunjung.
Setelah bersiap-siap, Meisya maju ke panggung kemudian duduk dan memegang standing micropon yang ada di hadapannya.
"Selamat malam semuanya..
Kembali lagi bersama saya Meisya Adriana yang akan menghibur anda semua dengan lagu-lagu populer sepanjang masa.. Selamat mendengarkan." Gaya Meisya sudah seperti penyanyi profesional. Wajar, sudah hampir setahun ia menjadi penyanyi disana.
Lagu pertama yang Meisya bawakan adalah lagu milik Kangen Band yang berjudul pujaan hati. Lagu lawas yang entah kenapa ingin sekali Meisya nyanyikan saat ini.
"Hai pujaan hati apa kabarmu
Kuharap kau baik-baik saja
Pujaan hati andai kau tahu
Ku sangat mencintai dirimu
Hai pujaan hati setiap malam
Aku berdoa kepada Sang Tuhan
Berharap cintaku jadi kenyataan
Agar ku tenang meniti kehidupan
Pujaan hati.. pujaan hati.."
Seiring Meisya menyanyikan lagu tersebut, sosok Rizvan berserta seluruh kenangan manisnya mendadak muncul di pikiran Meisya.
Membuat gadis itu semakin hanyut dalam nyanyian yang sedang ia bawakan.
"Mengapa kau tak membalas cintaku
Mengapa engkau abaikan rasaku
Ataukah mungkin hatimu membeku
Hingga kau tak pernah pedulikan aku
Cobalah mengerti keadaanku
Dan cobalah pahami keinginanku
Kuingin engkau menjadi milikku
Lengkapi jalan cerita hidupku"
Benar-benar lagu yang sangat sempurna mewakili perasaan Meisya terhadap Rizvan.
Setelah menyanyikan 10 buah lagu, hingga waktu pun telah menunjukkan pukul 23.30, Meisya akhirnya pamit pada Sang Om.
Si Om memuji penampilan Meisya yang tidak pernah gagal, seraya memberi amplop bayaran.
"Jangan lupa, jaga kesehatan."
Meisya tersenyum seraya mengangguk. Tiba-tiba seorang pelayan mendekati Meisya dan memberikan sebuah coklat.
Gadis itu heran. "Dari siapa mas?"
"Tadi ada seorang pengunjung yang menyuruh saya memberikan coklat ini pada Kakak. Katanya dia pengagum rahasia kakak."
"Pengagum rahasia?" Setelah diperhatikan, ada sebuah memo dibalik coklat itu.
(Sebelum dimakan, jangan lupa baca doa dulu yah)
"Dari siapa Mei?" Sang om kepo.
Meisya mengangkat bahu. "Gak tahu Om."
Mungkinkah coklat itu dari Rangga?
-bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments